Pengalaman Kerja Bersama Bapak Mertua yang Selalu Membuat Salah Tingkah

Bisa kalian bayangkan betapa salah tingkahnya aku selama ini? Dari awal menikah hingga saat ini, aku harus bekerja bersama bapak mertuaku. Oh iya, jangan membayangkan aku bekerja di kantoran dengan pakaian rapi. Aku hanya seorang kuli angkut!

Puluhan tahun silam aku adalah seorang anak muda yang tidak punya pengalaman kerja, masih menganggur dan tentunya hidup miskin di desa. Namun, entah pikiran apa yang dulu merasukiku. Aku nekat melamar seorang wanita yang sangat ku kagumi. Dengan modal nekat itu, nyatanya lamaranku diterima dan tak lama aku menikahinya.

Setelah menikah, aku tinggal bersama keluarga istriku dan saat itu aku harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan keluarga baruku. Istriku punya 2 adik dan aku harus bisa akrab dengan mereka, selain itu aku juga harus bisa bersosial dengan mertua dan tetanggaku. Yah, itu bukan masalah yang besar karena aku dan istri masih satu desa dan tentunya aku bukan orang asing di mata mereka.

Masalah mulai datang ketika beberapa bulan aku menikah, sementara aku masih menganggur dan kebutuhan hidup tentu semakin banyak. Apalagi istriku hamil dan aku juga harus mulai berfikir untuk bisa mandiri serta punya pekerjaan yang bisa menghasilkan yang yang cukup untuk keluarga baruku ini.

Sebelum menikah, aku masih bergantung kepada orang tuaku. Setelah menikah, aku pun masih bergantung kepada orang tuaku. Pekerjaanku serabutan, terkadang jadi kuli angkut, terkadang membantu tetangga membangun rumah dan pekerjaan keras lainnya yang memang sepertinya sudah jadi takdirku karena aku tak punya keahlian khusus.

Sekitar 7 bulan setelah menikah, keuanganku belum juga membaik dan kebutuhan keluarga semakin banyak. Ditambah lagi, saat itu sudah seminggu lebih aku tidak punya pekerjaan dan tentu tidak ada pemasukan kecuali dari belas kasih orang tua yang masih sering memberikan uang kepadaku agar aku tidak sampai kebingungan saat membutuhkan uang.

Ternyata bapak mertuaku mengetahui kondisiku, ia kemudian menasehatiku agar bisa mandiri dan tidak terus-menerus bergantung dengan bantuan dari orang tua. Itu adalah sebuah nasehat yang membuatku menundukkan kepala karena aku memang belum bisa mandiri, padahal sudah sekian bulan menikah.

Singkat cerita, bapak mertuaku kemudian mengajakku bekerja bersamanya. Ia juga menasehatiku agar aku tidak malu karena bekerja kasar bersama bapak mertua. Yah, aku manut saja dengan ajakan bapak mertua karena kondisiku saat itu memang tidak punya pilihan sama sekali.

Awalnya aku sangat bingung bekerja bersama bapak mertua, aku merasa minder, merasa gagal sebagai menantu dan berbagai perasaan negatif menyelimutiku. Bahkan, setelah hari pertama bekerja bersama bapak mertua, mulai banyak omongan nyinyir yang membuatku semakin minder untuk meneruskan pekerjaan ini.

Bisa kalian bayangkan? Aku harus bekerja menjadi kuli, bersama bapak mertuaku sendiri. Rasanya aku benar-benar gagal dan tidak bisa menjadi menantu yang bisa dibanggakan oleh keluarga. Sedih dan bingung harus berbuat apa lagi.

Mungkin di cerita kehidupan orang lain, keadaan akan membaik dan berubah jadi lebih baik dengan waktu yang singkat. Tapi tidak dengan cerita hidupku. Setelah sekian puluh tahun berlalu, aku masih menjadi kuli dan sedihnya lagi, aku masih harus bekerja bersama bapak mertuaku. Meski sudah hidup di rumah sendiri yang kondisinya sangat sederhana, tapi nyatanya aku masih harus bekerja bersama bapak mertua.

Entah ini memang takdirku atau memang aku yang tidak bisa melangkah ke jalan lain, namun sepertinya Tuhan memang memberikanku takdir yang seperti ini. Entah sampai kapan, aku masih harus bekerja keras seperti ini, bersama mertuaku sendiri.

Bukan bermaksud untuk tidak bersyukur, aku sangat-sangat bersyukur dengan rejeki dari Tuhan selama ini. Aku juga tidak menyalahkan keadaan hingga harus bekerja bersama mertua dan pekerjaan itu bukan pekerjaan yang diidamkan oleh banyak orang saat ini. Tapi anggap saja ini hanya sebuah curhatan terpendam saja, karena aku tidak pernah menceritakan perasaan ini, bahkan kepada anak dan istriku sekalipun.

Updated at: 5:19 AM

0 comments:

Post a Comment