Orang Jahat Berasal dari Orang Baik yang Tersakiti

Belum lama ini aku bertemu dengannya di persimpangan jalan, ia menyapaku dengan senyum manisnya. Namun aku tak menggubris dan memasang wajah jutek lalu melanjutkan dengan membuang mukaku jauh. Aku tak peduli ketika ia memanggil-manggilku, dengan cepat aku berlalu begitu saja seakan tak mengenalnya sama sekali.

Di sepanjang jalan, aku kehilangan mood hari itu dan membatalkan semua rencana yang sudah ku susun. Tujuan utamaku hanya ingin segera rebahan di kasur kesayanganku dan meratapi diri. Ah, hari yang buruk, sangat buruk, jika tahu akan seperti ini lebih baik aku tetap di rumah saja menjalani kehidupanku yang sendiri.

Sesampainya di rumah, ku lihat layar hape dan ada pesan dari nomor baru.

" Kamu kok menghindar sih? Apa sebegitu bencinya kamu sama aku sampai ku sapa malah kabur?"

Meski nomor baru, aku tahu siapa yang mengirimkan pesan itu. Tidak ku balas dan langsung ku hapus dari draft pesan di hape.

Hapeku berbunyi, ternyata ada pesan lagi. Masih dari nomor baru itu dan isinya tak berbeda, dia menanyakanku dan meminta maaf kepadaku. Masih tetap ku abaikan dan langsung ku hapus semua pesan yang satu per satu masuk ke hape.

Hingga akhirnya dia menelponku, tidak hanya sekali, tapi berkali-kali dan lama-lama membuatku terganggu. Akhirnya ku angkat panggilan itu dan menjawab salam darinya, tentu dengan nada yang dingin.

Aku : "ada apa?"
Dia : "kamu kenapa sih? kenapa pesanku nggak kamu gubris?"
Aku : "nggak penting!"
Dia : "kamu kok sekarang kasar sih?" Terdengar suara isak tangis
Aku : "Iya aku kasar, nggak usah kenal sama aku!"
Dia : "dulu kamu nggak kayak gini, kenapa kamu kayak gini sih, sedih aku tuh" masih menangis.

Aku sudah muak dengan omongan yang diselingi tangis darinya dan langsung ku matikan telepon itu tanpa mengatakan apapun.

Setelah itu, dia masih terus mencoba menghubungiku namun tak ku gubris dan ku matikan telepon. Lalu ku lanjutkan hidupku dengan tiduran di kasur, merenung dan segala perasaan negatif berangsur campur aduk di dalam diriku.

Esok paginya ku hidupkan hape yang sedari malam ku matikan. ada banyak sekali pesan, sebagian kecil dari teman nongkrong yang mencariku dan yang paling banyak adalah pesan darinya, pesan yang isinya pasti masih membahas hal yang sama seperti malam tadi.

Ku buka pesan itu satu per satu, dia masih menanyakan tentang perubahanku, dia meminta maaf berkali-kali dan penyesalan yang mendalam atas apa yang terjadi beberapa bulan lalu.

*

Teringat kejadian bulan lalu dimana aku sedang jalan-jalan di mall dan mendapati pacarku, ah mantan maksudnya, tengah jalan dengan seorang pria. Mereka berjalan berdua, bergandengan, mesra. Aku seakan tak percaya dengan apa yang ku lihat karena sebelumnya ia mengatakan sedang belajar di rumah temannya.

Ku ikuti mereka, ku coba menghubungi nomornya dan terlihat dia melihat hape namun tak mengangkat telepon itu. Benar! Tak salah lagi, itu memang dia. Hatiku seakan hancur melihat kejadian itu dan tak tahu harus bagaimana, rasanya begitu sedih.

Ingin rasanya aku datangi mereka dan marah-marah, tapi aku terlalu lemah, aku takut, sedih, bingung dan saat itu juga aku lari, keluar dari mall dan pulang ke rumah. Karena kejadian yang begitu membuatku kaget, aku mengalami kecelakaan di jalan dan harus dirawat di rumah sakit.

Ketika sadar, aku sedang dirawat di ruangan rumah sakit, tubuhku terasa sakit dan ku lihat ibuku di sampingku sedang menungguiku dengan sabar dan tentunya panik. Aku memanggil ibu, ia menangis dan memelukku seakan sangat bersyukur melihatku sadar kembali. Kemudian, ku lihat dari kejauhan dia datang dengan raut muka sedih, air matanya mengalir di pipi dan mendekatiku seakan ingin memelukku dan menanyakan banyak hal kepadaku.

Aku tak menginginkannya, saat itu juga, saat aku masih setengah sadar, dengan menahan sakit, ku usir dia dengan kasar dan semua orang di ruangan itu kaget dengan apa yang ku katakan. Mereka menasehatiku agar tenang, tapi dia seakan kaget dengan apa yang ku katakan, mungkin dia tahu maksudku melakukan hal mengejutkan itu. Dia yang sepertinya mulai takut dan malu karena aku terus mengusirnya akhirnya mundur dan keluar dari ruangan, meski ada saudaraku yang mengejarnya, mungkin hanya memastikan keadaannya saja.

Ibuku menangis, dia menanyakan kenapa aku bisa begitu, dia juga menanyakan apa yang terjadi hingga aku berbuat kasar dengan kekasihku itu. Yah, ibu hanya tahu jika aku sangat menyayanginya dan ingin menjalin hubungan serius dengannya, tanpa mengetahui apa yang sebelumnya terjadi di mall hingga aku mengalami kecelakaan.

Sepulangnya dari rumah sakit, beberapa kali dia datang menjengukku dengan membawa berbagai macam makanan tapi selalu ku tolak dan aku tak mau makan makanan yang dia bawa. Aku bahkan melarang dia masuk menemuiku di dalam kamar. Ibu dan ayah bahkan sampai memarahiku karena kelakuanku yang mungkin keterlaluan. Tapi aku benar-benar tak peduli dan seakan aku benar-benar membencinya setelah apa yang ku dapati kala itu.

Aku tak pernah menceritakan apa yang terjadi kepada siapapun, bahkan ketika orang tuaku bertanya tentang hubungan kami, aku tak mau menjawab dan melarang mereka membahasnya. Dia juga tetap berusaha datang ke rumah berkali-kali, ingin menemuiku tapi selalu ku tolak.

Seminggu kemudian aku beli hape baru karena hapeku remuk dan hancur saat kecelakaan. Aku juga menggunakan nomor baru karena yang lama hilang saat hapeku hancur. Dan anehnya, dia langsung tahu nomorku dan mengirimkan pesan serta coba menelponku berkali-kali.

Aku tidak mau meresponnya, tidak ada niat untuk menanyakan kejadian di mall, aku terlalu merasakan sakit hati untuk sekedar bertanya, bahkan berhubungan dengannya melalui hape saja sudah membuatku jengkel dan kesal sendiri.

Sebulan sudah berlalu, dia terus menggangguku dan seakan semuanya baik-baik saja, dia seperti tidak punya perasaan bersalah sama sekali atau sekedar menyadari kesalahannya yang sangat fatal. Hal itu membuatku semakin marah hingga aku membalas pesan terakhirnya yang membuatnya kaget bukan kepalang. Aku hanya menuliskan pesan "aku ada di belakangmu saat di mall".

Dia baru tahu jika kebohongannya sudah ku ketahui dan saat itu pula ia terus coba menelponku meski percuma karena aku tak menggubrisnya. Berbagai pesan masuk darinya, yang awalnya ia berusaha menemuiku dengan berbagai dalih seperti kangen lah, khawatir lah, ini lah, itu lah. Kini pesannya berubah, semuanya tentang penyesalan dan permintaan maaf. Aku langsung memblokir nomornya saat itu juga.

Sejak saat itu dia tak pernah datang ke rumahku, mungkin malu karena kebohongannya sudah terbongkar. Tapi kata saudara dan teman-temanku, dia sangat ingin menemuiku dan menitipkan salam kepadaku, tak lupa permintaan maaf tanpa mengatakan yang sebenarnya.

*

Beberapa hari kemudian setelah pertemuan itu, aku sedang berjalan di jalan setapak. Hingga tiba-tiba dia datang, memelukku dari belakang, menangis sesenggukkan dan meminta maaf kepadaku. Aku melepas pelukannya dan menjauh darinya, orang-orang seakan melihatku dengan tatapan marah, mereka mungkin berfikir jika aku adalah orang jahat yang super tega. Yah, aku memang orang jahat. Seorang yang jahat karena keadaan. Mungkin dulu aku orang yang baik, tapi setelah kau sakiti aku dengan kelakuanmu, semua itu menuntunku menjadi seorang yang jahat, khususnya kepadamu.

Updated at: 6:46 AM

0 comments:

Post a Comment