Ingin Segera Menikah Tapi Malah Menolak Lamaran Berkali-kali

Aku punya teman, namanya Tati, umurnya sudah hampir 30 tahun tapi belum juga menikah hingga saat ini. Dia cantik, mengikuti perkembangan zaman, mandiri karena sudah bekerja dan sikapnya juga terbilang cukup baik serta bersahabat. Keluarganya memang tidak terlalu kaya, namun jika dilihat dari segi ekonomi, mereka sangat berkecukupan.

Masalah utama dalam hidup Tati adalah "kapan ia akan menikah?".

Banyak orang yang bertanya-tanya, kenapa seorang Tati belum juga menikah, padahal banyak yang naksir. Bahkan aku sendiri ingin sekali menanyakan hal itu kepadanya, namun aku tidak tega mengatakannya karena sama saja menyiksa batinnya.

Beberapa kali Tati datang ke rumahku, menangis sesenggukan dan aku hanya bisa menenangkannya serta memberikan sedikit nasehat agar dia tetap bersabar. Alasannya menangis tak lain adalah pertanyaan tentang pernikahan dari orang-orang di dekatnya. Yah, umur 30an, bagi seorang wanita yang belum menikah adalah umur yang cukup berbahaya.

Sebenarnya Tati bukan wanita yang tertutup, dia sempat beberapa kali dekat dengan lelaki. Tapi sayangnya, hampir semua lelaki yang dekat dengan Tati tak bertahan lama. Kalaupun sampai pacaran, mereka hanya jalan beberapa bulan saja dan yang lain hanya sekedar dekat, jadi sosok teman yang siap menemaninya saat kondangan.

Tati cukup terkenal di desanya, banyak pemuda dan duda yang nekat mendekatinya, berharap bisa bersanding dengan Tati yang cantik itu. Tapi sikap Tati kurang bersahabat dengan para lelaki yang coba mendekatinya.

Menurut cerita Tati kepadaku, dia tidak suka dengan para pria di desanya karena cita-citanya bisa menikah dengan pria dari kota yang cukup kaya dan kalau bisa punya jabatan, entah pegawai negeri maupun orang kantoran dengan jabatan bagus. Yah, tak salah, cita-citanya itu memang sebuah keinginan yang bagus untuk sosok wanita desa yang ingin memperbaiki kehidupannya.

3 bulan sudah aku tak mendengar kabar dari Tati, ku pikir dia sedang sibuk atau mungkin ada yang melamarnya. Aku hanya berharap nanti kalau Tati datang ke rumah akan membawa kabar baik, entah undangan pernikahan atau setidaknya membawa calonnya untuk dikenalkan denganku.

Minggu pagi di kala mentari bersinar cerah, Tati datang ke rumah dan seperti biasa, ia memasang wajah sedih, bingung dan aku sudah paham apa yang hendak ia katakan. Sebelum ia nyerocos curhat tentang kisah cintanya, aku potong saja dengan bertanya "putus lagi?".

Dia melotot dan menjawab bahwa ia tidak putus dan tidak punya pacar ataupun teman dekat sama sekali. Dia malah menceritakan kehidupannya yang penuh dengan kejutan dalam waktu 3 bulan belakangan ini.

Ternyata dalam durasi 3 bulan itu, ada 3 pria yang datang ke rumahnya dan melamar Tati, tapi malah ditolak semuanya. Kini giliranku melotot, bertanya alasannya. Ia menjawab bahwa pria pertama yang ia tolak karena umurnya terlalu tua, pria kedua ditolak karena Tati menganggapnya kurang mapan, sedangkan pria ketiga ditolak hanya karena suka merokok.

Aku geleng-geleng kepala, mengelus-elus kepala Tati dan bingung mau ngomong apa. Maunya apa sih? Nyari yang sempurna? Di dunia ini tidak ada yang sempurna, Tati.

Dia menangis sesenggukkan, meminta nasehat agar bisa segera menikah, tapi kali ini aku tidak memberikan nasehat apapun. Aku hanya memberikan sebuah jawaban yang mungkin akan membuatnya marah. Yah, aku menyuruhnya untuk ngaca.

Cita-citanya, mungkin tidak ada yang salah jika kita berharap mendapatkan jodoh sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tapi jangan sampai cita-cita itu malah jadi penghambat ketika Tuhan mengirimkan jodoh terbaik dari sisi-Nya.

Sejak saat itu, Tati tak pernah datang ke rumahku lagi, mungkin merasa jengkel denganku.

Updated at: 6:01 AM

0 comments:

Post a Comment