Banyak orang yang bilang bahwa cinta pertama takkan terlupakan, meski telah terpisahkan oleh waktu dan pihak ketiga. Ku pikir itu hanya bualan saja, ilmu yang baru dipelajari di bangku sekolah saja langsung terlupa, apalagi hanya sosok yang menghadirkan rasa cinta. Dulu memang ku pikir seperti itu, namun ternyata aku merasakan hal yang ku tolak itu.
Pacar pertama yang mengajariku untuk mencintai, memiliki, berbagi rasa, berbagi apa yang ku punya, ia yang ku jaga, yang ku harapkan menjadi pendamping dan yang memberikan warna dalam kehidupanku. Secara tiba-tiba meninggalkanku karena orang ketiga dan keadaan. Yah, aku pikir alasannya seperti itu. Di saat aku masih hidup susah dan kesulitan, lalu muncul orang ketiga yang lebih dariku, ia memilih untuk menyingkirkanku dan menerima yang baru.
Aku bukan orang yang bodoh, mengetahui alasan yang menurutku sangat jahat itu, akhirnya aku memutuskan untuk menerimanya meski berat dan sejak saat itu aku menjauh dan memintanya untuk tidak menghubungiku lagi, bahkan aku sempat berkata agar kita sama-sama melupakan semua yang telah terjadi kala masih bersama hingga memaksa untuk pura-pura saling tak mengenal.
Sakit hati adalah bumbu pahit kehidupan, putus cinta adalah warna tersendiri, tapi tak ku kira ini adalah sesuatu yang benar-benar pahit, lama dan membayangi kehidupanku selama bertahun-tahun lamanya.
Jika ku pikir-pikir, lagunya Sheila On 7 yang judulnya Mudah Saja sangat tepat untuk menggambarkan keadaanku setelah tak bersamanya. Mungkin aku terlihat acuh dan tak peduli hingga tak pernah mengejarnya kembali atau sekedar menghubunginya. Aku menghilang, menjauhi segala hal tentangnya dan bahkan acuh jika mendengar kabarnya. Pun begitu saat bertemu, aku pura-pura tak melihatnya atau mengacuhkannya.
Perasaan sakit hati yang ku pikir hanya sebentar dan bisa tergantikan oleh orang lain, nyatanya bertahan lama, sangat lama. Bayang-bayangnya terus menghantui, rasa yang dulu ada terus muncul dalam kehidupanku yang bukannya membaik seperti mimpi dan cita-citaku, namun seperti berjalan di tempat dan semakin tidak jelas.
Kala hidup sedang bahagia, aku bisa melupakannya, namun saat keadaan memburuk, sosoknya langsung terbayang. Masa-masa indah bersamanya, saat ia memberikan dukungan, kala kami memimpikan kehidupan yang indah bersama, ah semua itu selalu saja muncul dalam kehidupanku ini, entah sampai kapan.
Bahkan ketika aku mencoba menjalin hubungan dengan sosok lain, tidak ada rasa yang sama seperti yang dulu. Aku merasa hambar dan membohongi diri hingga akhirnya aku memutuskan untuk menyudahinya saja. Rasanya jahat sekali membohongi perasaan orang yang mencintai kita dengan cinta yang palsu, aku tak mau meneruskannya.
Kini ia sudah berkeluarga, punya kehidupan yang bahagia dan sejahtera, sementara aku masih saja memikirkannya meski tak ku tampakkan. Ia adalah mimpi indah yang kemudian merubah dirinya menjadi sebuah mimpi buruk. Membayangi kehidupanku di kala gelap, ia sosok bercahaya di kegelapan yang begitu menyakitkan.
Mungkin dulu aku tidak percaya efek cinta pertama, namun dengan pengalaman hidupku, kini aku meyakini betapa besarnya efek cinta pertama.
0 comments:
Post a Comment