Sinta adalah seorang gadis yang cantik, ia bekerja di toko pakaian yang tepat berada di sebelah tempat kerjaku. Mau tak mau, hampir setiap hari kami bertemu, dan dari situlah muncul sebuah rasa yang hinggap ke hatiku. Orang bilang itu cinta pada pandangan pertama, aku mengatakannya sebagai sebuah kekaguman.
Awalnya aku malu-malu ketika bertemu Sinta, namun lama-kelamaan aku berani menyapanya ketika bertemu. Agak jutek, tapi dia tetap menyapa balik dengan senyum dan sedikit kata-kata yang terdengar sangat merdu. Mungkin juga hanya sebuah balasan basa-basi demi menghargai aku yang adalah tetangga di tempat kerjanya.
Aku sendiri bekerja di sebuah kantor kecil, mungkin tidak tepat dibilang kantor karena rekan kerjaku yang menjadi bos di kantor ini memilih sebuah ruko kecil sebagai tempat kami menjalankan bisnis online. Meski sudah berjalan agak lama, namun orang-orang di sekitar situ tidak terlalu paham dengan bisnis yang kami jalankan. Bahkan ada pula yang mengira kalau kantor kami hanya sebuah kamar kost, yah tidak salah juga jika mereka mengira begitu, karena tidak ada satupun yang memakai pakaian resmi dan rapi.
Sinta, seorang gadis muda yang menurutku sangat memukau. Tubuhnya ramping, wajahnya memancarkan aura yang berbeda, kulitnya tak terlalu putih namun juga tak hitam, ia adalah penggambaran wanita Indonesia pada umumnya. Entah mengapa, aku seakan jatuh hati padanya dan bayangnya selalu mengganggu hari-hariku.
Setelah beberapa kali saling sapa, aku mulai berani berinteraksi dengannya, entah sekedar ngobrol ringan atau menggodanya. Meski tetap saja jutek dan acuh, namun aku sangat menikmati momen awal kami berkenalan dan mungkin ini yang namanya PDKT kali yah.
Singkat cerita aku mendapatkan kontak Sinta dengan bantuan temannya yang ada di toko, aku mulai mendekatinya melalui chat WA. Sikapnya tetap saja dingin, namun aku tak menyerah dan terus mencoba mendekatinya. Aku mengajaknya makan di luar, nonton film dan bahkan ingin main ke rumahnya. Belum ada tanggapan mengiyakan ajakanku itu, tapi aku harus bersabar.
Perjuangan tak menghianati hasil. Setelah sekian lama ku ajak jalan, akhirnya ia mau dan tau gak? Dia mau diajak jalan, tapi harus dibelikan baju. WHAT! Ini baru pertama kali, ngajak jalan seorang gadis dan langsung minta sesuatu, wow!
Tapi tak apa lah, orang lagi jatuh cinta mah, disuruh apa juga bakalan mau. Lagipula, secara ekonomi aku juga gak miskin-miskin amat, jadi bukanlah sebuah masalah bagi isi dompetku. Cuma ya itu si, jadinya kok rada ilfil yah.
Aku ingat saat itu malam minggu, langit cerah dipenuhi bintang, aku memacu motor bebek tua yang menemaniku selama ini menuju ke rumah Sinta. Sesampainya di depan rumah, ku parkirkan motor dan berjalan ke depan pintu. Belum juga ku ketuk pintu, keluarlah seorang bapak-bapak bermuka masam dengan jenggot tebal.
Bapak : ada apa mas?
Aku : maaf pak, apakah benar ini rumahnya Sinta?
Bapak : iya. ada keperluan apa?
Aku : saya temennya Sinta pak, mau ketemu Sinta.
Bapak : tunggu yah.
Beliau masuk ke dalam rumah dan aku gak disuruh masuk rumah gitu, hmm nunggu di depan pintu kayak tukang tagih utang dah.
Selang beberapa saat Sinta keluar, ia tak terlalu mempedulikan aku yang ada di depannya dan tau gak? Matanya langsung tertuju ke motorku.
Sinta : kita jadi jalan? Pakai motor itu?
Aku : iya jadi dong. adanya motor bebek tua, gak apa-apa kan? (dalem ati "buset dah")
Sinta : oh yaudah.
Sinta masuk ke rumah mengambil helm yang penuh dengan stiker distro, memakai pakaian anak muda yang fashionable banget lah. Bapaknya keluar rumah, tak berkata apa-apa dan seakan ikut menghakimi motor tuaku. Duh!
Aku meminta ijin kepada bapaknya karena mau mengajak Sinta jalan, tanpa banyak bicara dan tanpa ekspresi apapun, ia hanya mengangguk.
Dengan motor bebek tua yang ku punya ini, ku boncengkan seorang gadis cantik yang menurutku sudah jadi pacarku karena sebelumnya aku sudah mengungkapkan isi hatiku melalui sambungan telepon dan dia mengiyakan meski datar dan kurang begitu meyakinkan. Yah, terserah lah, aku ikuti aja dulu nih anak.
Sebenarnya aku ingin mengajak Sinta nongkrong di kedai kopi langgananku, eh tapi dia menolak ajakan itu dan malah memaksa masuk ke mall. Yah, terpaksa deh kudu manut. Keliling mall, langsung menuju ke tempat pakaian dan dia langsung mengambil pakaian yang harganya cukup mahal dan akupun harus membayarnya. Selesai belanja, dia mengajak makan di foodcourt, memesan makanan yang gak dimakan-makan karena sibuk mengabadikannya di kamera dan sepertinya langsung diunggah ke media sosialnya. Pamer.
Selesai urusan di mall kami langsung pulang ke rumah, gak jadi nongkrong dah. Sesampainya di rumah, aku pun gak disuruh masuk ke dalam dan dia cuma berterimakasih sudah dibeliin ini itu dan yah, aku seakan diusir secara halus saat bapaknya tiba-tiba nongol bersama emaknya.
Bapak : sudah malem yah
Emak : Sinta masuk rumah yah
Sinta : iya mak. Yaudah yah, makasih udah jalan.
Aku : iya. ya udah aku pamit dulu yah.
Pamit sama orang tuanya yang seakan gak suka denganku dan yah ini adalah pengalaman baru dalam hidup yang cukup berbeda.
Tidak ada yang spesial, aku pulang ke rumah, mencoba menghubungi Sinta namun tak ada balasan, mungkin sudah tidur.
Besok paginya aku teringat bahwa ada barang yang ketinggalan di tas Sinta dan aku menghubungi Sinta namun tidak ada tanggapan. Saat masuk ke kantor aku sempat mampir ke toko, namun katanya Sinta sudah keluar kerja. Hah?!
Setelah jalan berdua, Sinta seakan menghilang dan tak ada kabar. Padahal aku membutuhkan barang yang ketinggalan di tasnya. Niatnya ingin langsung ke rumah tapi takutnya gak diterima, jadi ku usahakan untuk menghubunginya dulu. Berkali-kali ku sms, chat, telepon hingga akhirnya ada respon darinya.
Dia bilang gak usah hubungi dia lagi. Mendadak. Padahal baru jalan yah. Baiqlah, saatnya mundur mas! Aku mengatakan bahwa aku hanya ingin mengambil barang yang ketinggalan dan gak akan mengganggunya lagi. Dia mengiyakan, aku boleh ke rumah malam ini karena siangnya dia tak ada di rumah.
Saat iseng membuka media sosial, aku melihat status Sinta yang cukup mengagetkan dan membuatku seperti air yang mendidih karena kepanasan. Beberapa status yang berisi foto makanan yang kemarin kami makan bersama, baju baru yang aku belikan dan status yang menyinggungku.
"dasar cowok miskin, ngajak jalan kok pake motor bebek, emangnya aku galon air apa diboncengin motor gitu"
Ah benar-benar membuatku jengkel. Gak masalah sih aku dikatain miskin, tapi kok rasanya nyesek juga yah. Gimana yah, motor jadulku ini bisa dibilang motor kesayangan sih, soalnya motor pemberian bapak yang sudah meninggal dunia dan aku sangat menyayangi motor ini. Padahal di rumah ya ada motor gede juga, cuma jarang ku pakai karena adek yang memakainya, mobil juga ada 2 meski jarang dipakai. Keluargaku memang lebih suka hidup sederhana, memakai seperlunya saja dan gak ingin terlihat sok kaya gitu.
Aku yang sudah dipanasi oleh Sinta akhirnya mengeluarkan mobil di garasi, membawanya ke rumah Sinta dan dia kaget karena aku membawa mobil. Saatnya pertunjukan!
Sinta : kamu punya mobil?
Aku : iya hehe
Sinta : kok gak pernah liat?
Aku : enakan pake motor, ini juga mobil jarang dipake
Sinta : oh gitu. Sini masuk rumah dulu gih
Bapaknya tiba-tiba keluar dan memasang senyum yang manis, ibunya juga keluar dan mengajakku masuk ke dalam rumah.
Emak : mas masuk dulu sini, nanti tak buatkan minuman
Bapak : ayo mas masuk, diluar dingin
Aku : maaf pak bu, lagi buru-buru hehee. Aku kesini cuma mau ngambil barang yang ketinggalan kok.
Sinta : masuk dulu aja mas, gak enak loh
Ku pikir juga gak sopan yah, bertamu tapi gak masuk rumah, jadi akhirnya aku masuk ke dalam, dibikinin minuman dan diajak ngobrol ngalor-ngidul yang fokusnya sama harta. Bapak ibunya yang kemarin cuek kini ramah banget, nanya harga mobil, nanya punya apa aja, nanya rumahnya dimana, usaha orang tua dan lain sebagainya. Ku jawab seperlunya saja tanpa menambah-nambahi, tapi mereka meresponnya dengan begitu terpukau.
Setelah kejadian itu, Sinta yang sebelumnya menghilang dan memintaku untuk tidak mengganggunya lagi kini rajin banget menghubungiku dari pagi, siang dan malam tiada henti. Tapi aku yang sudah ilfil akhirnya membalasnya seperlunya saja. Halooow, aku masih inget sama kesan pertama kita loh, aku juga inget betapa kamu dengan ringannya menghilang, menyuruhku untuk tidak mengganggu lagi, merendahkan aku karena motor tuaku dan hanya dengan mobil saja kamu dan orang tuamu berubah begitu drastis, aku juga gak sebodoh itu yah.
Aku tak lagi menggubris Sinta, meski dia yang sebelumnya menjauh kemudian mendekat kembali, memamerkan aku sebagai pacarnya di media sosial yang membuatku malah jadi malu hingga akhirnya ku blokir saja dia. Berkali-kali dia ngajakin jalan lagi, ngajakin liburan bareng orang tuanya dan tau gak, dia ngajakin nikah. hahaha.
Rasanya kok puas banget yah! bye Sinta, makasih atas kesan pertamamu, maaf kita gak sejalan dan gak usah ganggu aku lagi karena aku sudah menemukan penggantimu dan kami akan segera menikah.
0 comments:
Post a Comment