Pukul 17.00, ibuku masuk ke kamar dan mengelus kepalaku, namun aku tetap memalingkan wajahku dengan tidur membelakangi ibu. Beliau memberikan beberapa nasehat dan kata-kata manis agar aku bisa menerima kenyataan yang terjadi ini. Nasehat ibu bukannya membuatku semangat, tapi malah membuatku semakin sedih dan terus menerus menangis. Ibu yang tadinya tersenyum dan berusaha tegar juga akhirnya ikut menangis tersedu-sedu sembari memelukku.
Bagaimana mungkin aku tidak bersedih hati? Ini adalah pengalaman pertama dan mungkin akan jadi yang terakhir yang begitu menyedihkan dan rasanya akan selalu ku ingat sepanjang hidup.
Hari minggu yang cerah, aku bangun dengan perasaan bahagia karena ini adalah hari ulang tahunku. Tepat 17 tahun usiaku dan bagi para remaja, ini adalah salah satu momen yang seakan merubah status remaja menuju kedewasaan.
Aku membuka handphone dan ada beberapa notifikasi berupa pesan dari teman-temanku yang mengucapkan selamat ulang tahun. Aku membacanya sembari tersenyum sendirian, rasanya sangat bahagia dan susah untuk diungkapkan dengan kata-kata. Rasanya hari ini kebahagiaan tengah menyelimuti kehidupanku.
Kemudian aku membalas pesan mereka satu per satu sembari mengundang untuk bisa merayakan ulang tahunku siang ini. Mereka pun menyanggupinya tanpa ada satupun yang menolak undangan itu.
Aku bergegas bangun dan langsung mandi, bersama ibuku, kami mempersiapkan berbagai makanan yang nantinya digunakan untuk menjamu teman-temanku sembari merayakan ulang tahunku ini.
Dari pagi hingga siang hari, aku dan ibu telah bekerjasama memasak berbagai masakan spesial. Kami yang biasanya hanya makan nasi dengan lauk alakadarnya, hari ini masak besar karena ini adalah momen spesial. Berbagai masakan sudah siap, ada ayam goreng, telor dadar, gorengan, sayur kangkung, sayur lodeh, kerupuk, sambal, dan berbagai cemilan lain yang dari baunya saja sudah terasa enak.
Iseng aku foto makanan yang sudah ku masak dan ku kirimkan ke teman-temanku, semoga mereka tergoda dengan masakanku hingga buru-buru datang ke rumah.
Tepat pukul 1 siang, aku deg-degan menunggu kedatangan teman-temanku yang akan merayakan ulang tahunku. Aku bahkan tak bisa duduk dan mondar-mandir di dalam rumah, tak sabar menunggu kedatangan mereka semua. Ah, teman-teman yang ku anggap sahabat sejati, ah bukan, mungkin mereka sudah seperti saudaraku sendiri.
Setengah 2 siang, belum ada teman yang datang, aku mulai merasa resah dan akhirnya mengirimkan pesan kepada mereka. Beberapa tidak membalas, ada yang membalas pesan itu tapi ternyata tak bisa datang karena berbagai alasan. Aku mulai sedih dan merasa tidak semangat, tapi ku paksakan untuk tetap ceria karena ini adalah hari yang spesial.
Jam 2 siang dan belum ada yang datang, pesanku juga belum dibalas hingga akhirnya ku coba menelpon mereka, namun tak ada yang mengangkatnya. Dalam hati aku bertanya-tanya, apakah mereka lupa dengan undanganku, atau mereka malah sedang menyiapkan kejutan untuk ulang tahunku ini?
Hingga jam 3 tidak ada satupun yang datang, keluargaku juga belum makan siang karena niat awalnya kami hendak makan siang bersama dengan para tamu undangan sekaligus merayakan ulang tahunku. Aku tahu keluargaku mulai lapar sehingga aku menyuruh mereka untuk makan duluan, tapi mereka tidak mau karena mereka juga masih menunggu para tamu undangan.
Hingga jam 4 sore tidak ada satupun yang datang, makanan yang sudah dihidangkan mulai dingin dan aku tak kuasa menahan rasa sedih ini. Akhirnya aku memutuskan untuk ke kamar dan menangis sesenggukkan. Hari yang ku harapkan akan bahagia malah berakhir dengan rasa sedih yang begitu terasa.
Ibuku bolak-balik datang ke kamar, beliau bahkan sampai membawakan sepiring nasi dan lauk, beliau menyuruhku makan karena sedari siang aku belum makan. Rasanya aku tidak lapar sama sekali, perut dan dadaku terasa sesak dengan kondisi ini. Aku merasa sedih, malu, marah dan sangat kecewa dengan mereka semua, yah mereka yang sudah ku anggap sebagai sahabat, bahkan saudara.
Kenapa mereka tega melakukan ini kepadaku?
Padahal seumur-umur aku tidak pernah merayakan ulang tahun dan ini adalah yang pertama kalinya. Ku pikir akan jadi pesta ulang tahun yang menyenangkan, tapi nyatanya ini benar-benar menyedihkan dan aku takkan bisa melupakan kejadian buruk ini. Bukankah aku selalu datang menghadiri undangan pesta ulang tahun mereka? Kenapa mereka tega melakukan hal ini kepadaku?
Berbagai pertanyaan terus terbayang di kepalaku, kenapa semua ini terjadi dan membuatku merasakan kesedihan yang sangat dalam di hari yang seharusnya membuatku bahagia.
Hingga malam aku masih di dalam kamar sendirian, meskipun keluargaku menyuruhku untuk keluar kamar dan melupaka kejadia ini. Namun rasanya sangat sulit, ini benar-benar pengalaman yang tak terduga dan tentu saja tidak ku harapkan sama sekali.
Sembari terus meratapi nasib, aku iseng membuka media sosial dan betapa kagetnya aku. Ternyata beberapa temanku memasang foto sedang liburan bersama, mereka yang ku undang untuk merayakan ulang tahunku lebih memilih liburan bersama dan mengabaikan undanganku tanpa alasan. Bahkan lebih nyeseknya, ada yang membuat status "mending liburan ye kan, daripada cuma makan sayur sama ayam, tiap hari juga makan gituan".
Aku benar-benar terpukul dan merasa sangat kecewa, ternyata mereka tak mau menghadiri undangan pesta ulang tahunku karena makanan yang aku pamerkan tadi siang. Menurutku itu adalah makanan yang sangat mewah, tapi ternyata itu adalah makanan yang membosankan bagi mereka.
Meski air mataku akhirnya menetes lagi, namun kali ini aku bisa tersenyum. Sambil menahan kepedihan yang ku rasa, akhirnya aku mulai menyadari perbedaan yang sangat jelas antara aku dan mereka.
Yah, aku memang berasal dari keluarga yang sangat sederhana, bahkan mungkin bisa dibilang miskin. Sangat jauh berbeda dengan kondisi teman-temanku yang merupakan anak orang kaya. Mereka mau berteman denganku karena aku dianggap pintar dan sering membantu mereka mengerjakan tugas sekolah.
Mungkin aku yang terlalu berharap dan salah mengira, mereka hanya memanfaatkanku saja, namun aku menganggap mereka seperti sahabat, bahkan saudaraku. Ini adalah sesuatu yang harus ku sadari mulai saat ini.
Aku tidak lagi marah apalagi dendam dengan mereka, aku hanya bisa berterimakasih karena mereka sudah menyadarkanku. Yah, aku ini miskin dan aku hanya jadi teman, oh tidak, maksudnya kenalan mereka, hanya saat mereka membutuhkanku saja.
Sejak dulu, aku dan keluargaku tak pernah merayakan ulang tahun, ini akan menjadi ulang tahun pertama dan yang terakhir yang kami rayakan. Terimakasih untuk kalian semua yang memilih berlibur bersama dan mengabaikan undangan pesta ulang tahunku.
0 comments:
Post a Comment