Puasa Ramadhan tahun ini semakin berbeda, selain umur yang semakin tua, ternyata banyak hal baru yang harus disesuaikan. Semakin kesini, rasanya semakin tertinggal saja jika mengingat teman-teman seperjuangan yang tengah sibuk menjalani hari-harinya. Ada yang sibuk mengurus rumah tangga barunya, ada yang sudah hidup menetap di perantauan, ada yang bersiap mudik lebaran dan ada pula yang senasib, hidup di kampung halaman dengan keadaan yang sama.
Bulan Ramadhan adalah momen yang selalu spesial bagiku, orang tua, saudara, teman dan tetangga di desa. Bulan penuh berkah ini adalah sesuatu yang sangat ditunggu, bukan hanya dipandang dari segi religi saja, namun juga dari segi ekonomi dan budaya yang sudah ada sejak lama.
Berbicara tentang Ramadhan, tentunya berhubungan pula dengan lebaran atau Idul Fitri. Hari kemenangan itu memang sangat spesial bagi kaum muslim. Hari yang ditunggu-tunggu setelah menahan diri selama satu bulan. Berbagai hal dipersiapkan jauh-jauh hari guna merayakan kemenangan bersama ini.
Selama bertahun-tahun, lebaran di desaku selalu identik dengan para perantau yang mudik sehingga membuat desa yang sebelumnya sepi jadi ramai kembali. Makanan khas lebaran juga sudah mulai mengisi meja tamu (biasanya dimulai dari h-10). Dan satu lagi tradisi spesial yang sampai saat ini masih terus dijalankan, yaitu membeli baju baru untuk lebaran.
Jaman dulu pas masih kecil, membeli baju lebaran adalah hal yang 'diwajibkan' karena jujur saja, baju yang ada di lemari kamar sudah usang dan memang tak pantas untuk menyambut acara sespesial Idul Fitri. Faktor ekonomi yang pas-pasan membuat momen membeli baju baru jadi sangat jarang, bisa dibilang hanya di momen tertentu saja seperti Idul Fitri ini.
Rasanya bahagia banget kalau menjelang lebaran, bapak ibu pasti mengajak pergi ke pasar, mencari baju lebaran bareng kakak dan dipilihkan yang sama, biar seragam gitu. Belinya di toko atau kadang di pinggiran, tergantung kemampuan isi dompet bapak. Tidak peduli berapa harganya dan apa merk bajunya, yang pasti kalau sudah punya baju lebaran rasanya sangat bahagia dan siap menyambut lebaran dengan senyum ceria.
Kini keadaan sudah jauh berbeda, kondisi ekonomi berubah lebih baik dan koleksi baju di lemari sudah menumpuk. Tapi menjelang lebaran, rasanya tetap susah meninggalkan tradisi membeli baju baru seperti dulu. Godaan diskon dari para penjual dan hasrat untuk belanja tetap saja terasa dalam diri, padahal uang di kantong sudah tidak berdaya jika harus mengikuti hawa nafsu.
Di usia yang sudah hampir kepala tiga ini, ternyata tradisi membeli baju baru untuk lebaran susah sekali dihilangkan dan tetap saja ada keinginan untuk berbelanja. Mungkin ini tradisi yang sejak awal memang bukanlah kewajiban, namun entah kenapa rasanya jadi malah wajib karena keadaan dan kondisi yang seperti itu.
0 comments:
Post a Comment