Diduakan oleh pacar adalah sesuatu yang pastinya tidak ingin dirasakan oleh siapapun. Sesuatu yang lebih mirip mimpi buruk dan tak ingin terwujud dalam kehidupan ini. Apalagi dengan indahnya masa-masa pacaran, tentunya itu adalah sebuah luka yang sangat mendalam dan tak jarang menjadi akhir sebuah hubungan.
Banyak orang yang bisa bertahan dengan kekurangan pasangan, entah itu materi, fisik, sikap dan lain sebagainya. Namun ketika hati mereka terluka karena diduakan oleh pasangannya, rasanya itu adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dimaafkan.
Tapi dengarkan dulu ceritaku ketika diduakan oleh pacar berikut ini.
Aku adalah seorang gadis berusia 19 tahun yang sedang bekerja di sebuah rumah orang kaya. Pekerjaanku merawat anak majikan yang masih kecil karena kedua orang tuanya sibuk bekerja. Gaji yang ku dapat cukup untuk kebutuhan hidupku. Meski begitu, aku terus memikirkan untuk bisa mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik dengan gaji yang lebih tinggi tentunya.
Kebetulan banget waktu itu aku sedang dekat dengan seorang pria, sebut saja namanya Yoyo. Sudah sebulan kami berhubungan melalui chat dan kadang kami ketemuan di warung mie ayam sebelah rumah majikanku. Aku mengenal Yoyo melalui temanku yang mengenalkanku kepadanya dan kami bisa nyambung dengan cepat.
Di hari minggu aku libur dan ku putuskan untuk jalan bareng Yoyo ke mall. Kami jalan-jalan sambil windows shopping karena sama-sama belum gajian dan gak punya duit. Tapi rasanya tetap seneng aja, kayaknya aku memang suka sama Yoyo dan dia juga begitu.
Singkat cerita Yoyo nembak aku dan akhirnya kita jadian. Itu adalah hari yang sangat membahagiakan bagiku karena sudah cukup lama aku menjomblo dan Yoyo begitu mempesona di mataku. Dia seorang yang penuh kasih sayang dan perhatian, meski jika berbicara tentang materi, kami sama-sama dalam kondisi yang cukup memprihatinkan.
Hubungan asmaraku dan Yoyo berjalan dengan baik, kami saling menyayangi meski kadang ada masalah kecil karena jarang bertemu. Aku hanya bisa libur di hari Minggu dan Yoyo yang bekerja di pabrik liburnya hari kamis, jadi kami jarang sekali bertemu. Kadang aku curi waktu buat ketemuan, kadang Yoyo yang bolos kerja di hari minggu demi bisa jalan bersamaku.
Sekian waktu bersama, aku menceritakan keinginanku untuk pindah kerja dan Yoyo langsung mengajakku untuk ikut bekerja di pabrik saja. Dia mencarikan pekerjaan untukku di pabriknya karena ia kenal dekat dengan atasan di pabriknya. Singkatnya aku keluar dari tempat kerja lama dan pindah ke pabrik.
Hubungan kami semakin dekat saja karena bekerja di tempat yang sama. Kadang diwaktu istirahat kami makan bareng, kadang Yoyo mengantarkanku pulang sekalian ngapel ke rumah. Oh iya, orang tuaku dan orang tua Yoyo sepertinya sama-sama mendukung hubungan kami berdua dan bahkan mereka mengharapkan hubungan kami berlanjut ke jenjang pernikahan. Ah, rasanya aku masih terlalu muda untuk menikah, tapi jika memang sudah waktunya mau tak mau.
Tapi bukanlah sebuah hubungan jika tidak ada permasalahan di dalamnya. Sudah seminggu aku jarang bertemu dengan Yoyo, dia juga seakan mulai acuh denganku, bahkan ketika bertemu juga seakan dia sangat berbeda dari biasanya. Aku merasa galau dan bingung, kalau ditanya dia bilang semua baik-baik saja, tapi sikapnya sangat berubah kepadaku. Ada apa gerangan?
Aku mulai kepo dan coba mencari tahu lewat teman-teman dekatnya. Hasilnya, dari informasi yang aku dapat katanya Yoyo sedang dekat dengan wanita lain. Rasanya sangat sakit mendengar hal seperti itu. Tapi aku tak boleh percaya begitu saja sebelum ada bukti yang pasti. Akhirnya aku ingin membuktikannya sendiri.
Sepulang kerja aku ke rumah Yoyo, tapi tak mengabarinya terlebih dahulu. Dan ternyata, saat aku datang ke rumahnya, Yoyo sedang bersama seorang wanita. Mereka terlihat mesra. Aku benar-benar marah dengan apa yang ku lihat, sebuah pemandangan yang membuatku sangat kecewa.
Saat itu aku menangis dan menumpahkan amarahku kepada mereka berdua. Aku memarahi Yoyo dan mengatai wanita di sampingnya. Setelah itu aku langsung pergi dari situ. Yoyo terlihat kebingungan, dia bingung karena kelakuannya ketahuan dan bingung mau membiarkanku pergi atau mengejarku.
Ternyata saat aku sudah beberapa jauh dari rumahnya, Yoyo lari mengejarku dan dia meminta maaf. Aku yang sudah kecewa tidak mengindahkannya dan aku langsung pulang ke rumah, meski Yoyo terlihat terus mengejarku di jalan. Hari yang begitu menyedihkan.
Berkali-kali Yoyo menghubungiku lewat hape, tapi ku abaikan semuanya. Ini seperti sebuah akhir, kekecewaan yang sangat mendalam dan tentunya menyakitkan.
Di rumah, aku bercerita kepada ibuku dan sepertinya ia juga merasakan kesedihan yang aku rasakan saat itu. Ibuku bingung dengan keadaanku, di sisi lain dia sudah suka dengan Yoyo dan punya keinginan untuk menikahkanku dengannya, tapi di sisi lain kelakuan Yoyo mengecewakannya dan mana ada ibu yang tidak ikut sedih ketika anaknya tersakiti?
Setelah kejadian yang menyedihkan tadi sore, malamnya aku mendapatkan kejutan lain yang tak terduga. Yoyo datang ke rumah, dia memaksa bertemu denganku dan aku yang masih kecewa terpaksa menemuinya meski aku diam saja tak menggubrisnya. Dia masih saja meminta maaf berkali-kali dan menjelaskan kesalahannya yang membuatku semakin eneg karenanya.
Karena sudah terlalu malam dan Yoyo tak mau pulang sebelum aku memafkannya, akhirnya aku menggertaknya. Aku berkata bahwa akan memaafkannya dengan syarat dia meninggalkan wanita itu dan harus segera melamarku. Yoyo terihat sangat kaget tapi dia mengiyakan syarat yang aku katakan itu. Aku sendiri spontan berkata seperti itu, tapi Yoyo malah mengiyakan. Padahal aku tahu jika Yoyo sedang kesulitan masalah uang, dia sedang banyak kebutuhan dan punya hutang pula. Tapi sikapnya yang menyanggupi syaratku terlihat sangat serius.
Benar saja, besok malamnya Yoyo dan keluarga datang ke rumah dan melamarku. Rasanya campur aduk, ada rasa kecewa namun senang juga. Kedua orang tua kami masing-masing tahu masalah kami, tapi mereka mengabaikannya karena mungkin di pikirannya itu adalah urusan anak muda.
Setelah lamaran itu, tak lama akhirnya kami menikah dan kini menjalani kehidupan rumah tangga yang sederhana tapi cukup membuatku bahagia.
Tidak ada yang salah untuk memaafkan kesalahan orang lain.
0 comments:
Post a Comment