Salah satu hal yang membuat saya sangat mengidolakan Cak Nun adalah betapa tegarnya ia dalam menjalani kehidupan ini, meski bagi sebagian besar orang di sekitarnya malah merasa kasihan dan nelangsa dengan kehidupan yang dialami oleh beliau. Namun, nyatanya beliau tetap tegar dan bahagia dalam menjalani kehidupannya tersebut tanpa mengeluh sama sekali.
Suatu ketika Cak Nun pernah menceritakan betapa sengsaranya kehidupan yang ia jalani, namun ia tak merasakan seperti itu. Baginya, itu adalah sesuatu yang telah Allah berikan kepadanya dan ia harus menjalaninya karena memang seperti itu seharusnya.
Cak Nun lahir dari keluarga sederhana, saudaranya banyak dan masalah ekonomi sudah menerpa mereka sejak lama. Namun, mereka tak menyerah terus berusaha untuk menjadi manusia yang berguna bagi orang lain. Cak Nun sendiri sejak kecil sudah hidup dalam keadaan yang tahan banting dengan segala hal yang ia alami.
Masa sekolah adalah masa dimana Cak Nun mulai mencari jati dirinya dan banyak hal yang berlawanan dengan keinginannya sehingga ia tak sampai menjadi sarjana karena terlanjur keluar dari kampusnya di semester awal.
Secara kemampuan dan peluang, Cak Nun bisa saja menjadi orang sukses karena sudah lama ia menjadi seorang penulis yang handal dan hasil tulisannya banyak dimuat di berbagai media cetak. Namun, beliau enggan untuk menggantungkan hidup dari kreasinya, karena menurut pengakuannya, ia jarang sekali mengambil gaji dari hasil tulisannya itu kecuali memang sudah terjepit.
Cak Nun menikah dengan istri pertama dan punya anak bernama Sabrang (Noe Letto), dalam menjalani kehidupan setelah pernikahan itu, ia dan keluarga kecilnya juga harus hidup apa adanya di rumah kontrakan yang sempit dan keadaan ekonomi yang sangat menyedihkan. Bahkan, Cak Nun pernah disindir oleh mertuanya sendiir ketika mengetahui keadaan rumah tangganya yang cukup membuat orang tua merasa nelangsa.
Cak Nun bercerai dengan istrinya dan hidup di jalan, seperti yang dikatakan teman-teman seperjuangannya. Hidup di jalan maksudnya bukan jadi gembel atau anak jalaan, beliau hidup untuk menjadi makhluk sosial dan punya andil banyak bagi bangsa ini di jamannya Pak Harto, beliau juga memasyarakatkan berbagai gerakan seperti gerakan sholawat dan berhijab.
Jika mau kaya, sudah sejak lama Cak Nun kaya raya karena banyak orang yang menawarinya uang, bahkan pernah suatu ketika ada yang memberinya cek dengan nominal yang fantastis namun ia tolak. Gaji dari pemerintah Jogja juga tak ia ambil. Jika ditanya darimana ia bisa mendapat rejeki, pasti jawabannya Allah yang menanggungnya, sungguh seorang yang imannya sangat kuat.
Kini Cak Nun aktif untuk Maiyahan dengan para jamaah, keliling Indonesia bahkan sampai ke luar negeri. Namun seperti dulu kala ia tak pernah berubah karena ia tak mencari penghidupan dari kariernya tersebut. Orang mungkin akan geleng-geleng kepala jika mengetahui sosok yang satu ini, beliau adalah orang yang unik dan hebat.
Hidup itu memang berat, kadang manusia menambah beratnya hidup dengan banyak mengeluh! Jadilah seperti seorang Cak Nun yang tabah dalam menjalani kehidupan yang keras ini, yakinkan diri ada Allah dan bergantunglah kepada-Nya.
0 comments:
Post a Comment