Berbagai keperluan dan perlengkapan sudah siap, tinggal menghitung jam karena 3 hari lagi aku akan menikah dengan pria yang ku pilih. Namun tiba-tiba ayah dan ibuku memanggilku di sore itu, dia menyuruhku untuk memanggil calon suamiku datang ke rumah karena ada hal yang penting untuk dibicarakan bersama.
Aku bertanya-tanya kepentingan apa yang membuat orang tuaku memanggil calon suamiku itu, namun sebagai anak yang berbakti aku mengikuti perintah mereka dan menyuruh suamiku datang ke rumah.
Selang beberapa jam calon suamiku datang ke rumah, kami duduk di tempat makan dan mulai membicarakan hal yang serius. Betapa kagetnya ketika aku melihat raut muka ayah dan ibuku berubah sedih dan mereka menangis, sambil menahan tangis yang semakin menjadi mereka mengutarakan maksudnya.
Ternyata ayah tak bisa menjadi wali nikahku!
Kenapa? aku bertanya dalam hati karena saat itu aku seperti orang bisu yang kaget dengan uacapan ayah, namun calon suamiku ternyata sudah mengerti dengan hal itu. Aku yang masih kebingungan kemudian bertanya tentang alasan keputusan ayah itu, apakah dia tidak sayang kepadaku atau dia tidak ikhlas menikahkanku dengan pria yang ku cintai ini?
Sambil terisak air mata, ayah dan ibuku meminta maaf kepadaku, dan mereka menceritakan masa lalunya yang suram kepadaku. Ternyata mereka pernah berbuat dosa pada masa mudanya, dan hasil perbuatannya adalah lahirnya seorang anak perempuan yang tak lain adalah aku sendiri.
Seperti disambar petir, selama 23 tahun mereka berdua menyembunyikan rahasia besar yang menyangkut tentang diriku. Aku ingin berlari, berteriak, mengeluh, menyesal, dan aku ingin bertanya kepada Tuhan, kenapa hal seperti ini harus terjadi kepadaku di saat aku akan merasakan kebahagiaan karena akan menikah?
Aku ini anak zina, seorang anak dari hasil perbuatan dosa kedua orang tuaku, dan itu adalah hal yang sangat memalukan bagiku. Rasanya aku ingin memarahi kedua orang tuaku, namun calon suamiku menasehatiku dengan ramah, dia tak keberatan apapun keadaanku dan dia menerima hal itu.
Aku sungguh terpaksa menerima hal ini, aku menikah tanpa diwalikan oleh ayahku sendiri dan hal itu sungguh membebaniku. Di hari pernikahan, banyak rekan dan saudara yang melihat kami dengan sinis, sepertinya mereka mengetahui masalah ini. Saat itu aku seakan menjadi tersangka, dan mereka seakan menghakimiku secara sepihak untuk sebuah dosa yang tak ku lakukan sama sekali.
Pernikahanku sah dengan wali hakim, ayah dan ibu tersenyum bahagia meski air matanya menetes karena kesedihan yang mendalam akibat penyesalannya. Aku menahan air mata yang sudah menumpuk, semua itu karena senyum suamiku yang menasehatiku agar bersabar dengan ujian ini.
Wahai anak muda yang sedang menikmati indahnya pacaran, hati-hati kalian dengan yang namanya zina karena akibatnya sangat menyesakkan baik di dunia maupun di akhirat kelak! Jangan sampai terjadi hal menyedihkan dan memalukan seperti ini. (Kisah nyata dari pengalaman teman)
0 comments:
Post a Comment