Saya mengingat tentang seorang sahabat nabi Muhammad SAW yang rela menahan lapar bersama keluarganya hanya demi bisa memberikan jamuan makan malam kepada seorang sahabat Anshar. Nabi SAW mengatakan bahwa Allah SWT tersenyum (senang) dengan perlakuan sahabat tersebut.
Saya mengalami kejadian seperti itu pula, tepatnya belum lama ini dimana sebuah jamuan makan sederhana yang istimewa mampu meredam amarah dan bahkan memberikan sebuah jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi tuan rumah.
Alkisah pak Joko menjual sebidang tanah warisan kepada pak Bambang, pembayaran sudah lunas dan tanah akan segera ditempati. Namun ternyata ada masalah, dimana pak Joko secara tidak sadar telah menjual tanah yang tidak dia ketahui luasnya.
Pak Joko datang ke rumah pak Bambang dengan emosi, dia meminta bayaran tambahan karena merasa tanahnya lebih luas ketimbang yang dia jual. Sedangkan pak Bambang tidak mau membayarnya karena sudah terjadi jual-beli yang sah di depannya tadi. Pak Joko marah-marah dan pulang ke rumahnya.
Selang 2 hari pak Joko datang lagi bersama istrinya, bahkan dia mengajak petugas desa untuk membantunya memecahkan masalah ini. Mereka melakukan debat yang cukup panjang di rumah pak Bambang, masing-masing pihak merasa benar. Pak Joko merasa sudah salah menjual tanah, sedang pak Bambang merasa sudah membelinya dengan benar.
Setelah 2 jam lamanya terjadi perundingan yang alot, kemudian anak pak Bambang keluar dari dapur dan datang ke ruang tengah yang sedang dijadikan sebagai tempat perundingan. Dengan senyum, dia mengajak semua yang ada di ruangan itu untuk makan dulu, meski awalnya mereka semua menolak karena urusan belum beres, namun mereka terpaksa mengiyakannya karena memang lapar dan tidak enak kepada anak pak Bambang yang sudah menyediakan makanan itu.
Mereka semua datang ke ruang makan, menikmati hidangan yang ala kadarnya namun terasa enak. Pada awal makan mereka masih bersitegang, namun lama kelamaan anak pak Bambang ini memulai candaan kecil dan pertanyaan basa-basi yang membuat suasana lebih tenang.
Akhirnya di meja makan itu, mereka yang berseteru kembali berdamai dan omongan menjadi lebih santai dengan beberapa candaan. Emosi yang tadi meluap-luap hilang tertelan dengan makanan yang mereka nikmati, dan perdebatan hilang seperti tak pernah ada.
Sambil makan, akhirnya masalah ini dibahas dengan lebih damai dan saling menerima. Pak Joko tidak mempermasalahkan tanahnya lagi, dan pak Bambang memberikan sedikit uang tambahan kepadanya pak Joko dan istrinya sebagai ganti rugi kalau mereka salah saat jual-beli.
Pak Bambang tidak menerima masalah dan amarah pak Joko sekeluarga, dan pak Joko pula tidak mempermasalahkan lagi tanahnya. Mereka berdua mengakui kesalahannya dan akhirnya saling menerima, hanya karena makanan yang sederhana dan ala kadarnya.
Ini merupakan salah satu hal yang sederhana namun mulia, jika kalian punya tamu yang bermasalah dan ngeyel, ada baiknya kalian ajak makan dulu dan jangan bahas masalah itu. InshaAllah ada titik temu yang bisa diterima semua pihak karena jamuan makanan yang ikhlas.
0 comments:
Post a Comment