Aku ingat kala pertama masuk SMP, aku datang terlambat dengan seorang pria muda, kami tak kebagian tempat duduk dan harus dihukum oleh petugas MOS. Aku dan dia berdiri di luar kelas dengan satu kaki diangkat, entah kenapa saat itu aku curi-curi pandang padanya, dan dia acuh padaku.
Hari-hari di awal SMP, aku duduk dengannya di bangku belakang, namun hampir 1 bulan lamanya kami tak pernah bertegur sapa sama sekali. Aku adalah sosok perempuan yang pemalu, sangat pemalu bahkan untuk sekedar menyapa seorang yang baru ku kenal, dan mungkin dia juga sama sepertiku.
Tapi ini adalah perasaan yang baru pertama aku rasakan, aku selalu memikirkan tentang sosok pria kecil yang menemani hari-hariku di SMP, meski dia tak pernah benar-benar melihatku kecuali ada sesuatu yang dia butuhkan.
Setelah beberapa bulan, akhirnya aku mulai tahu tentang dirinya, namanya Andre (aku tahu dari buku absen) dan sampai saat ini kami belum pernah berjabat tangan sekalipun. Kadang aku bete sendiri, kenapa harus duduk dengan sosok menyebalkan ini, dia seperti batu dia seperti tiang listrik, ah dia benar-benar orang yang menyebalkan. Namun dibalik perasaan bete yang ku rasa, aku benar-benar penasaran padanya dan hampir tiap saat aku selalu memikirkannya.
Sampai kelas 3 SMP, aku belum pernah benar-benar mengenal siapa itu Andre, dan dia seakan menghilang karena kami harus berpisah kala naik kelas. Hmm, kadang aku sengaja menyendiri melihat Andre sedang duduk di perpustakaan, ketika aku datang eh dia pergi entah kemana. Dia seakan menghindar dariku, mungkin aku dianggap pengganggu kali yah.
Moment itu datang ketika perpisahan SMP, aku yang sudah tak bisa menahan perasaan ini akhirnya menyapa andre, ini pertama kali aku berjabat tangan dengannya, dia tersenyum meski sikapnya tetap dingin. Kami menghabiskan waktu yang singkat hanya dengan saling mendiamkan, entah kenapa mulutku kaku untuk bertanya kepadanya, dan dia tetap acuh ugh.
Setelah lulus SMP kami berpisah, dia masuk SMK dan aku masuk SMA, namun Tuhan masih saja menggodaku. Berkali-kali aku bertemu Andre, kadang di jalan berpapasan, kadang di angkot bersama, namun tetap saja sikapnya sungguh mirip es batu yang keras dan dingin.
Di masa SMA, aku mulai mengenal percintaan, banyak temanku yang sudah pacaran, dan aku, iya aku, masih saja jomblo. Aku merasa bahwa Andre adalah cinta pertamaku, namun entah kenapa rasanya begitu jauh. Beberapa kali aku ditembak kakak kelas dan teman sekelasku, semuanya ku tolak dengan alasan kalau aku sudah punya pacar, yah pacar khayalanku itu si Andre.
Aku bertahan dalam ketidak pastian, jangankan pacaran dengan andre, sejak pertama jabat tangan di perpisahan SMP dulu, kami tak pernah jabat tangan lagi. Aku memang punya kontaknya, namun enggan sekali untuk menghubunginya dulu, aku kan cewek. Kadang aku geregetan dengannya, dia yang misterius itu seakan susah ku dekati, seperti ada tembok besar yang menghalangiku untuk mengenalnya.
Pernah aku nekad mengajak andre jalan di malam minggu, tapi apa yang aku dapat? dia hanya membaca pesanku tanpa membalasnya sama sekali, aku nangis waktu itu, rasanya malu dan menyesal karena sudah mengajaknya jalan tanpa balasan yang pasti.
Lulus SMA, aku masuk universitas negeri di kotaku, dan uniknya lagi, Andre masuk ke kampus itu juga. Hmm, rasanya ada peluang untuk mendekati si tiang listrik itu, aku senyum sendiri kala mengetahui Andre satu kampus denganku. Meski sikapnya terus-terusan dingin, namun entah kenapa cintaku semakin besar padanya, yah ku pikir ini hal yang aneh untuk seorang wanita sepertiku saat ini.
Di kampus tak beda jauh seperti masa SMA dulu, masih saja ada pria yang mendekatiku dan mengungkapkan cintanya padaku, bahkan pernah suatu kali ada yang nembak aku di kelas, dan itu di depan Andre, tapi dia acuh dan tak melirikku sama sekali, JAHAT! Jawabanku tetap sama, aku selalu menolak mereka dengan alasan aku sudah punya pacar.
Masa kuliah bagi seorang jomblo itu sangat sulit, aku sudah cukup dewasa dan sudah mulai banyak yang menanyakan pacar, calon suami, dan lain sebagainya. sementara aku masih berharap kepada sosok pendiam yang penuh misteri, kadang aku berpikir apakah dia normal, apakah dia suka padaku, apakah dia ini itu dan lain sebagainya. Namun aku selalu meyakinkan diri bahwa dia adalah cinta pertamaku, dia adalah sosok yang lama aku tunggu.
Tak terasa kami semua sudah lulus menjadi sarjana, aku kerja di sebuah bank swasta dan ku dengar andre kerja di perusahaan milik pemerintah. senang mendengarnya mendapat tempat yang baik di perusahaan besar, aku semakin menunggu keajaiban itu datang ketika andre mau berubah sikap dan menyambut cinta yang ku jaga selama ini.
Lama aku bekerja di bank itu, kini umurku 33 tahun dan sudah menjadi hal yang umum kalau orang tuaku terus memaksaku untuk segera menikah, apalagi gunjingan tetangga yang mengetahui ada perawan tua juga semakin menekanku. Akhirnya aku nekad menghubungi andre, aku mengajaknya ketemu di suatu cafe, dan untungnya dia mau.
Malam itu aku sudah nekad untuk mengungkapkan perasaanku, diterima atau ditolak aku sudah siap menerimanya. Jam 8 malam kami sudah di caffe, memesan makanan dan minuman, dan saling diam adalah hal yang masih tetap, akhirnya aku yang tetap harus memulainya,
Aku : kamu a apa kabar ndre?
Andre : baik, kamu sehat?
Aku : iya sehat. emm mau nanya dikit yah
Andre : Silakan saja
Aku : kamu udah nikah belum?
Andre : belum, kamu juga belum kan yah?
Aku : kok tau sih? (seneng banget karena ternyata dia mengetahui kabarku)
Andre : iya belum lama ketemu teman SMP, dia cerita-cerita semuanya.
Aku : emm ndre, aku mau ngomong sesuatu nih
Andre : iya silakan
Aku : kamu kok dingin banget sama aku sejak SMP? kamu gak suka sama aku yah?
Andre : udah sifatku kayak gitu kok
Aku : ....
Aku gak kuat nahan rasa ini, aku mula nangis dan ucapan yang hendak aku katakan susah sekali terucap, aku menangis sesenggukan di depan andre. Entah kenapa tiba-tiba dia panik dan bingung melihatku menangis, dia kemudian pindah tempat duduk di sampingku. dengan ragu-ragu dia mengusap pundakkku, dia menghiburku dan menanyakan kenapa aku menangis. Reflek saja aku merebahkan kepala ke pelukan andre, dia sepertinya gemetaran dan terlihat panas dingin, aku diam sejenak di pelukannya dan aku mulai mengungkapkan lagi yang ingin aku katakan dari tadi,
Aku : kamu tahu ndre berapa umurku?
Andre : 33 tahun, kamu kenapa sih?
Aku : gak usah nanya dulu ndre. kamu tahu kenapa aku belum nikah? padahal umurku sudah cukup dan bisa dibilang ketuaan.
Andre : emang kenapa sih? kan banyak yang suka sama kamu
Aku : gara-gara kamu ndre
Andre : loh kok aku sih?
Aku : kamu cinta pertamaku sejak SMP, dari pertama kali kita ketemu, aku jatuh cinta sama kamu, tapi kamu acuh banget sama aku. Bahkan sampai saat ini, kamu seperti gak peduli sama aku. Apa kamu gak tahu kalau aku gak pernah pacaran hanya karena nunggu kamu ndre?
Andre : emm maaf, maafin aku yang kaku ini
Aku : kamu gak tahu tersiksanya aku ndre? hampir 20 tahun menunggu kamu yang tak pasti, berharap kamu datang dan menerima cintaku, tapi kamu tetap acuh dan aku tetap tak bisa lepas darimu. (nangis lagi)
Andre : sudah jangan nangis ya, aku bingung kalau di depan cewek yang nangis.
Aku : (mulai marah sama sikapnya yang tetap dingin) kamu emang gak tau perasaan ndre! (aku pergi dari caffe itu, ku tinggalkan dia tanpa ku tengok ke belakang).
Di jalan aku masih berharap Andre akan datang padaku, menghentikanku dan memelukku, tapi itu semua harapan bodoh yang tak terwujud. Sampai rumah aku masih menangis, dan aku masuk ke dalam rumah tanpa permisi sama sekali. Dan ada hal yang membuatku kaget saat masuk ke rumah, sosok Andre ada di rumahku, apa yang dia lakukan?
Ternyata harapan dan penantianku selama 20 tahun tak percuma, ku lihat si batu itu sedang duduk dengan orang tuaku, ketika aku menanyakan kedatangannya, dia bilang ingin melamarku langsung pada orang tuaku. Aku nangis lagi, ya Tuhan perasaan seperti apa ini, sungguh spesial dan aku merasa bahagia, aku memeluk ibu dan menangis sesenggukkan di depan mereka.
Setelah kejadian itu, akhirnya kami menikah secara sederhana, aku menikah dengan si tiang listrik itu yang tetap saja dingin dan kaku pada semua orang. aku sering bertanya kepadanya, kenapa dia acuh dan dingin padaku dari dulu, katanya dia tak ingin pacaran karena itu mendekati zina, dan secara jujur dia juga mengaku memang sempat suka padaku namun prinsipnya tetap memaksa dia menjauhiku dan dia juga punya harapan sama denganku, hmm rahasia Tuhan memang terkadang tak bisa kita tebak sama sekali.
0 comments:
Post a Comment