Saya masih ingat ketika lulus dari universitas saya dengan gelar S1, rasa bangga yang begitu tinggi setelah menyelesaikan jenjang pendidikan selama 4 tahun ini. Orang tua, saudara, dan teman-teman ikut bahagia dengan pencapaian saya ini, dan pada saat wisuda adalah moment yang sangat membahagiakan saya dan keluarga besar.
Selang beberapa bulan setelah resmi menjadi sarjana S1, saya mendaftar kerja di salah satu sekolah dasar, yups saya memang punya cita-cita menjadi seorang guru guna bisa mengajarkan ilmu yang saya dapat di jenjang pendidikan saya. Singkat cerita saya diterima dan harus mengabdi menjadi seorang guru honorer atau apalah namanya itu.
Gaji kecil bukan masalah untuk saya karena sejak awal saya memang punya niat untuk menjadi guru, dan saya jalani karier yang katanya terpuji ini dengan semangat. Menjadi pahlawan tanpa tanda jasa adalah salah satu pekerjaan yang membutuhkan kesabaran tingkat tinggi.
Hampir 1 tahun di SD itu, eh ada guru baru, seorang wanita yang menurut saya cantik dan baik. Di lingkungan SD itu, hanya saya dan guru baru itu yang masih lajang, dan sudah dipastikan kami jadi bahan ledekan teman-teman guru lainnya, yang akhirnya membuat kami semakin dekat dan mulai ada rasa.
Saya semakin dekat dengan guru baru itu, dan kami berpacaran meski tidak menunjukkannya secara langsung di depan teman-teman kantor. Hingga akhirnya setelah hampir 6 bulan menjalin cinta sembunyi-sembunyi, kami memutuskan untuk menikah.
Pernikahan sederhana ala orang kampung, namun kami sangat bahagia dengan perniakahan ini, dan kami berharap menjadi sebuah keluarga yang sakinah mawadah dan warohmah, itu pula yang teman-teman do'akan kepada kami.
2 tahun berlalu sejak kami menikah, akhirnya kami telah dikaruniai seorang anak perempuan yang sangat cantik dan lucu. Saat itu, saya merasa menjadi seorang yang sangat bahagia meski sebenarnya ada masalah yang mengganjal dalam hati. Masalah klasik di hampir setiap guru honorer, saya masih menunggu pengangkatan menjadi minimal CPNS, saya berharap gaji yang saya terima bisa lebih baik dan cukup, dan saya berharap bisa membahagiakan keluarga kecil ini, namun belum juga terwujud.
Setelah anak kami cukup umur untuk ditinggal, istri mulai kerja lagi dan mengajar, kini dia dipindahkan ke sekolah dasar di desa sebelah. Untungnya selang beberapa lama kemudian, istri diangkat menjadi PNS dan gajinya cukup untuk menutup kebutuhan keluarga, termasuk menggaji salah satu tetangga untuk merawat anak kami yang masih bayi kala ditinggal mengajar.
Bukannya berkah yang saya terima dengan pengangkatan istri, namun ini adalah awal masalah yang hinggap dalam hidup saya. Istri yang mendapatkan gaji lebih tinggi dengan jabatan yang lebih baik mulai mempermasalahkan status saya yang masih menjadi guru honorer. Bahkan saat ini istri semakin acuh kepada saya, dia lebih sering di luar bersama teman-temannya yang merupakan guru yang sudah PNS.
Saya hanya bisa bersabar, mungkin ini adalah cobaan untuk saya, meski dalam hati rasanya sangat sedih disepelekan oleh istri sendiri. Tak berhenti di situ, keluarga mertua saya juga mulai berani angkat bicara, mempermasalahkan status saya dan selang beberapa lama, mereka mulai menyerang saya dengan berbagai cara.
Puncaknya adalah ketika istri dengan lantang meminta cerai, sambil menggendong anak perempuan kami, saya menangis di depannya memohon agar dia mengurungkan niat itu, namun ternyata tekadnya sudah bulat dan mau tidak mau saya harus mengabulkan keinginan istri saya itu.
Kami bercerai dan saya harus kembali ke kehidupan lama saya, sendirian dalam penantian panjang, sementara istri katanya sudah menikah lagi dengan lelaki lain yang sudah mapan, anak semata wayang ikut istri dan saya, iya saya adalah orang yang kini sedang dalam kebimbangan batin.
Menjalani karier sebagai seorang guru penuh dengan perjuangan dan tantangan, beberapa orang di dekat saya memberikan saran agar saya keluar dari pekerjaan ini dan mencari pekerjaan baru yang lebih menghasilkan, namun saya seakan sedang dalam pertempuran hati dimana niat saya yang ingin menagajar berbenturan dengan keadaan nyata yang menyulitkan ini.
Untuk anda yang punya cita-cita dan kondisi seperti saya, ada baiknya mulai saat ini anda bergerak dengan mencari penghasilan lain sebagai tambahan, karena nyatanya ini adalah perjuangan yang cukup berat kawan!
Semangat...
ReplyDelete