Menyedihkan Ketika Dibuat Malu Oleh Penagih Hutang

Dulu, ayah pernah terlibat hutang dengan bank, kalau tidak salah uang itu dia pakai untuk acara pernikahan kakak perempuan saya yang memang mau tidak mau membutuhkan uang yang banyak. Saya tidak menyalahkan ayah saya yang meminjam uang ke bank waktu itu, karena saya tahu beliau tidak punya uang dan beliau tidak ingin mengecewakan anaknya di hari bahagianya.

Selang beberapa bulan, ayah saya mulai kesulitan dalam membayar hutang bank itu dan mau tidak mau hampir setiap minggu ada saja petugas bank yang datang ke rumah untuk menagih hutang. Saya sendiri waktu itu masih kecil dan belum begitu paham dengan kesulitan yang sedang dihadapi ayah saya, jadi saya pikir yang datang itu adalah tamu biasa ayah.

Kejadian menyedihkan ini terjadi di suatu siang, kala itu saya sedang main dengan teman-teman di dalam rumah, dan entah kenapa ayah dan ibu pergi dari tadi dan tidak juga pulang ke rumah. Tiba-tiba ada orang mengetuk pintu, setelah saya buka ternyata tamu yang biasa datang. Kemudian tamu itu memperkenalkan diri dan mengutarakan maksudnya datang ke rumah.

Tamu : dek ayahnya ada gak?
Saya : Ayah pergi mas, ibu juga gak di rumah dari tadi.
Tamu : loh kok pada pergi semua sih? Mau kabur ya ayah sama ibu kamu? (wajahnya merah dan bicara dengan nada membentak)

Saya benar-benar ketakutan saat itu, dan saya bingung ketika melihat teman-teman di rumah juga ketakutan dengan tamu yang datang itu. Saya sudah bingung mau menjawab apa, dan hampir saja saya menangis kala itu, mungkin muka saya sudah mirip seperti kentang rebus.

Tamu itu masih saja enggan pergi, saya terpaku di depan pintu sampai lupa mempersilakan dia masuk dan menawarkan minuman. Lalu tamu itu berkata kepada saya dengan lagak marah-marah,

Tamu : bilangin sama ayah atau ibu kamu yah, kalau besok belum bayar hutang urusannya sama polisi
Saya : i, iya mas

Polisi, urusan sama polisi? Apa ayah dan ibu akan dipenjara? Saat itu saya benar-benar ketakutan, dan setela tamu itu pergi saya langsung lari ke kamar dan menutup pintu kamar. Teman-teman saya mengetuk pintu menanyakan keadaan saya, namun saya tidak menjawabnya, hal itu membuat mereka pulang.

Di dalam kamar saya duduk di sudut dan menutup kepala dengan selimut kumal yang bau apek, saya ketakutan dan menangis. Saat itu saya mulai paham kesulitan yang sedang dihadapi keluarga saya dengan yang namanya hutang, dan saya menunggu dengan sabar kepulangan ayah atau ibu, saya marah dengan mereka karena tidak bayar hutang hingga saya dipermalukan di depan teman-teman saya.

Sore harinya ayah dan ibu pulang, ternyata mereka dari kebun dan saya langsung saja marah-marah sambil menangis, saya ceritakan masalah yang tadi saya alami dengan tamu yang ternyata adalah petugas bank yang menagih hutang. Ayah menundukkan kepalanya, dan ibu menangisi keadaan saya, dia memeluk saya dan minta maaf karena melibatkan saya dalam urusan mereka, saat itu saya menyesal memarahi mereka.

Sejak kejadian itu, entah kenapa teman-teman saya menjauhi dan enggan main ke rumah saya lagi, dan ketika saya bertanya kenapa mereka tidak mau main ke rumah saya lagi, dengan polosnya mereka menjawab kalau mereka takut dengan penagih hutang yang datang ke rumah tempo hari, dan hal itu membua saya benar-benar malu, rasanya saya adalah orang yang sangat miskin waktu itu dan saya ikut terlibat dalam kesulitan keluarga.

Karena kejadian buruk yang saya alami waktu itu, saya sangat trauma dan sampai sekarang sangat anti untuk meminjam uang ke bank, padahal berkali-kali petugas bank datang untuk menawarkan pinjaman kepada saya. Semoga saya dijauhkan dari yang namanya hutang, apalagi hutang yang menyulitkan kehidupan saya dulu kala.

Updated at: 10:47 PM

0 comments:

Post a Comment