Aku adalah seorang pemuda yang sedang menjalin cinta dengan gadis yang sangat aku cintai, dia adalah seorang wanita yang sangat baik dan perhatian kepadaku. Kami baru menjalin kisah cinta selama 6 bulan, namun rasanya kami sudah sangat cocok dan aku ingin segera melamarnya untuk ku jadikan istri. Seperti sudah jodoh, kekasihku juga mengiyakan keinginanku, dia bahkan menyuruhku buru-buru untuk melamarnya, yah rasanya semua akan berjalan dengan lancar.
Setelah memikirkan banyak hal, akhirnya aku nekad melamar kekasihku itu, malam kamis jam 8 malam aku bersama keluargaku mendatangi rumah kekasihku yang berada di pinggiran desa. Kami disambut oleh keluarga mereka dengan ramah, sebelumnya aku sudah sering ke rumah kekasihku, jadi mereka memang sudah mengetahui bahwa aku sedang menjalin kisah cinta bersama anak gadisnya.
Pada awalnya respon keluarga pacarku sangat baik, acara lamaran awalnya berjalan dengan lancar, diisi dengan canda tawa dan pembicaraan ala orang tua. Kemudian tibalah acara inti yaitu prosesi lamaran, pihak keluargaku melamar kekasihku dan mereka menyetujui, mereka dengan tangan terbuka menerima lamaran kami dan aku sudah setengah jalan memiliki kekasihku.
Rasanya sangat senang, aku membayangkan hari-hari indah yang akan aku lewati bersama wanita yang aku cintai. Hmm, acara lamaran itu selesai dan kami pulang ke rumah, aku berterima kasih kepada keluarga pacarku dan sebelum pulang aku sempat berpamitan kepada kekasihku, saat itu nampak raut wajahnya sangat ceria dan dia terlihat sangat bahagia.
Selang beberapa hari, orang tuaku kemudian mulai bertanya mengenai tanggal pernikahan kami, ibuku ingin agar pernikahanku dipercepat, katanya sesuatu yang baik jangan ditunda-tunda. Aku mengiyakan saja, karena nyatanya aku juga sudah tidak sabar ingin segera menikah dan bisa menikmati malam pertama bersama kekasihku itu.
Namun semua hal yang berjalan dengan lancar di awal itu akhirnya mulai sulit, hal ini terjadi ketika salah satu kakek tua yang mencoba menghitung weton lahirku dan kekasihku mengatakan bahwa kami tidak berjodoh. Tentu saja aku sangat marah dengan ucapan kakek itu, apa hak dia mengatakan hal seperti itu?! Namun yang lebih menyakitkan lagi, ternyata orang tuaku sangat mempercayai apa yang dikatakan kakek tua itu, dan mereka juga melarang acara pernikahanku dengan kekasihku, bahkan ayahku memintaku untuk segera memutuskan hubuungan dengan kekasihku, sungguh menyakitkan!
Aku segera mendatangi rumah kekasihku, tanpa basa-basi aku mengatakan segala hal yang aku alami di rumah kepada kekasihku dan orang tuanya, bukannya mereka membela dan membantuku, namun orang tua pacarku malah memanggil orang tua dari pihak sana dan mencoba menghitung weton lahir kami berdua lagi, ah aku tidak tahu apa maksud semua ini. Nyatanya orang tua itu juga mengatakan hal yang sama, aku dan pacarku tidak berjodoh karena weton lahir kami berbeda dan tidak cocok, orang tua pacarku langsung menyuruhku untuk memutuskan hubungan ini, cincin pertunangan juga dikembalikan.
Aku menangis di depan mereka, tak berbeda jauh dengan pacarku yang langsung lari ke kamar dan mengunci pintunya, kami berdua seakan menjadi korban dari hal-hal yang tidak kami ketahui. Tradisi macam apa ini? Kenapa hanya karena hari lahir saja kami tidak boleh menikah? Memangnya mereka itu Tuhan hingga mereka punya kuasa untuk melarang kami?!
Dengan berat hati akhirnya pernikahan yang sudah di depan mata harus gagal, acara lamaran putus, dan aku harus merelakan kekasihku, begitupun dia. Entah apa yang terjadi dengan kami selanjutnya, namun aku sangat menyayangi kekasihku dan kami harus terpisahkan oleh hal yang kami tidak ketahui dengan pasti, rasanya ini tidak adil sama sekali.
0 comments:
Post a Comment