Hidup Menderita & Terhina karena Hutang yang Menumpuk

Ada sebuah keluarga miskin yang memiliki gaya hidup di atas kemampuannya, sang kepala keluarga adalah seorang tukang ojek, istrinya adalah ibu rumah tangga, anaknya 1 masih SMP. Keluarga ini merupakan gambaran keluarga yang sebenarnya sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Lihatlah betapa mereka menderita dan terhina karena kelakuan mereka sendiri, semoga kisah ini hanya khayalan dan tak terjadi di dunia nyata.

Suatu ketika teman sang anak yang merupakan tetangga mereka membeli motor baru, kemudian sang anak menceritakannya kepada sang ayah, dia meminta motor baru untuk dibawa ke sekolahnya. Sang ibu ternyata mendengar keluhan anaknya itu, dia juga ikut mendukung permintaan anaknya itu, mereka beralasan bahwa dengan membeli motor baru, mereka bisa terlihat kaya dan bisa bersaing dengan tetangganya.

Sang suami kemudian menjual motor bututnya yang biasa dipakai untuk nari ojek, uang penjualan itu dia gunakan untuk uang muka motor barunya. Selang 1 hari, datanglah motor baru yang masih mulus dan mereka langsung memberitahukan kepada tetangganya bahwa mereka membeli motor itu secara cash. Tetangganya tentu saja heran, kehidupan mereka saja susah kok bisa beli motor baru, dan ini menjadi masalah ketika beberapa tetangga datang menagih hutang karena tahu mereka sudah beli motor baru pasti punya uang.

Motor baru itu tidak dipakai untuk narik ojek, kata sang suami dia akan berhenti nari ojek karena takut motornya lecet ketika membawa penumpang nantinya. Kini sang suami tidak bekerja, dia lebih senang jalan-jalan dengan motornya itu, kadang motor itu dibawa anaknya ke sekolah hanya untuk pamer saja, padahal rumahnya dekat dengan sekolahnya.

Tiga bulan kemudian masalah mulai datang, selain tetangga yang datang menagih hutang, pada siang itu datang pula seorang penagih hutang dari pihak dealer. Dia memberitahukan bahwa cicilan motornya sudah telat, kalau tidak segera dibayar maka terpaksa motor itu akan dicabut.

Sang suami kemudian mencari hutangan ke saudaranya, setelah mendapatkan uang pinjaman, kemudian dia melunasi hutangnya kepada para tetangga dan membayar cicilan motor beserta dendanya. Baru saja mereka menyelesaikan masalahnya, kemudian timbul sifat iri lagi ketika tetangga membeli tv baru, kulkas, dan AC. Karena tidak ingin kalah, akhirnya mereka juga ikut mengambil tv baru yang layarnya lebih besar, kulkas 2 pintu, dan ac yang sebenarnya tidak terlalu penting karena rumah mereka ada di desa dengan udara yang sejuk.

Sejak saat itu masalah hutang terus saja menumpuk dan membebani mereka, tiap hari sang suami mendatangi saudara dan kerabatnya untuk meminjam uang, sang istri juga bergerilya ke rumah tetangga untuk meminjam uang demi membayar cicilan. Mereka seperti sapi perah yang berjalan tanpa arah, gali lobang tutup lobang tanpa pernah merasakan nikmatnya hidup sederhana tanpa hutang.

Puncak masalah mereka terjadi kala para penagih hutang datang bebarengan, mereka marah karena hutang yang tidak kunjung dibayarkan, dan akhirnya keluarga ini memilih untuk kabur karena salah satu dari mereka melaporkan masalah hutang piutang ini kepada polisi. Mereka ketakutan jika harus dipenjara sehingga memutuskan untuk kabur dan meninggalkan rumahnya beserta segala isinya yang kebanyakan masih cicilan dan belum lunas.

Kini mereka resmi menjadi gelandangan dan hidup di jalanan, mereka sudah tak lagi mementingkan gengsinya karena untuk makan saja mereka harus mengemis dan tak jarang mereka harus mengorek tempat sampah untuk mencari makanan sisa.
  • Hutang itu membuat gelisah di malam hari, dan membuat hina di siang hari, hati-hatilah dengan yang namanya hutang!

Updated at: 2:18 AM

0 comments:

Post a Comment