Gara-Gara Hutang, Putus Pertemanan

Waktu itu tanggal 3 Mei, aku baru menerima gaji bulanan dari kantor tempatku bekerja, lumayan bisa buat menyambung  hidup, bayar kontrakan dan bayar hutang. Boro-boro buat nabung, gak dikejar-kejar penaih hutang aja sudah untung. Yah, gaji dari kantor memang tak seberapa, hanya nominal sebesar UMR di kotaku, silakan bayangkan sendiri berapa gaji yang ku terima.

Sorenya kala aku sedang istirahat sambil makan nasi goreng, datanglah temanku, sebut saja namanya Alex. Tanpa basa-basi dulu, dia langsung saja mengungkapkan keinginannya untuk meminjam uang kepadaku, katanya dia ditagih orang karena hutangnya belum dibayar. Waktu aku tanya masalah hutangnya, dia malah agak jengkel, ya sudah aku tak jadi ikut campur untuk urusan pribadinya itu.

Dia meminjam uangku cukup banyak, separuh gajiku bulan ini, yang artinya sisa gajianku hanya cukup untuk bayar cicilan motor saja, dan aku harus hidup irit dan makan mie instant lagi kalau ingin terus jalan. Alex menjanjikan akan melunasi hutangnya 1 minggu lagi, ya aku si percaya aja soalnya dia memang teman dekatku di perantauan ini.

Satu minggu berlalu aku sudah mulai kehabisan uang, sisa mie di kontrakan tinggal 3 yang artinya hanya cukup untuk 1 hari saja. Aku menghubungi Alex untuk menagih janjinya, namun apa yang aku dapatkan? Dia malah marah-marah dan bilang "sabar napa, kayak uang berapa aja, baru ngutang kemarin langsung ditagih". Yaelah, dianya yang ngasih janji 1 minggu, giliran ditagih malah marah-marah.

Daripada ribut akhirnya aku memutuskan untuk diam saja, aku biarkan dia mencari uang dulu siapa tahu sedang kesulitan. Aku akhirnya meminjam uang kepada saudaraku hanya untuk makan sehari-hari, maklum gajian masih lama dan aku tak memegang uang untuk makan.

Satu bulan berlalu, Alex sudah tidak bisa dihubungi lagi dan aku jarang bertemu dengannya, waduh tambah panik ini utangnya gak dibayar-bayar, apalagi saudaraku juga sudah nagih hutang sama aku. Akhirnya aku datangi kontrakannya, dan saat baru di depan kontrakan, dia melihatku namun malah masuk ke kamar dan menutup pintu. Apa-apaan ini? Aku ketuk-ketuk pintunya tetap tidak dibuka, dan akhirnya aku malu sendiri karena seperti pengemis, ah aku tinggal aja.

Selang 1 minggu kemudian aku hubungi lagi, kali ini dia bisa dihubungi dan tanpa minta maaf dia bilang belum bisa bayar hutang, katanya lagi ada keperluan penting di kampung. Hmm, alasan macam apa lagi ini kok jadi aku yang ngemis-ngemis begini yah. Eh, sorenya pas aku jalan cari makan, dku lihat dia lagi jalan sama pacarnya, iseng aku sapa aja soalnya aku kenal pacarnya itu, dan yang membuatku kaget dia ngaku baru aja ditraktir makan-makan dan belanja baju banyak banget sama si Alex.

Aku lihat mukanya si Alex ketus banget, dia juga buang muka padaku, oh begini caranya yah. Aku tinggalin aja itu 2 orang yang menyebalkan dan lanjut cari makan, ketemu sama teman lain dan aku curhat tentang masalahku, dia ngasih saran agar aku tidak usah menagih lagi karena Alex memang terkenal seperti itu sikapnya. Ya sudah aku ikhlasin aja, moga-moga ada gantinya nanti.

Benar-benar tidak tau malu itu si Alex, pas aku lagi tidur dia datang gedor-gedor pintu, tanpa basa-basi lagi dia mau ngutang lagi, katanya emaknya sakit. Aku jawab aja "emakmu sakit apa pacarmu minta jalan?", gubrak meja ditabok sama dia, gak terima sama pertanyaanku dan dia marah-marah. Kegaduhan itu membuat tetangga kontrakanku terganggu, mereka keluar dan menanyakan yang terjadi, melihat Alex yang masih emosi dan tidak karuan, ada salah satu tetangga yang tidak suka, akhirnya bogem mentah mendarat di mukanya. Hampir saja itu si alex dikeroyok sama anak-anak, untungnya aku tolongin dia dan kasih penjelasan kalau Alex itu temanku.

Sejak saat itu, Alex menjauh dariku dan kalau ketemu juga dia gak pernah nyapa, namun yang membuatku jengkel, dia menyebar fitnah kalau aku orang yang pelit, dimintai bantuan tidak mau nolong. Hadeh, bodo amat dasar anak gak tau diri banget tuh orang.

Updated at: 10:09 PM

0 comments:

Post a Comment