Belajar dari Kasus Ahok, Mari Menjaga Ucapan Kita

Ahok yang memiliki nama asli Basuki Thajaja Purnama merupakan gubernur DKI Jakarta, dan saat ini mau kembali dalam pemilu yang akan segera dilaksanakan. Beliau sebelumnya adalah wakil Gubernur pada masa kepemimpinan Jokowi, namun karena pak Jokowi maju menjadi presiden maka Ahok didaulat menjadi gubernur DKI menggantikan posisi pak Jokowi.

Gaya kepemimpinan Ahok banyak diapresiasi oleh masyarakat, kini wajah Jakarta di tangan Ahok cukup membaik. Sungai-sungai bersih dari sampah, banyak pembangunan rumah susun, pejabat pemerintahan DKI patuh dan bekerja dengan baik, dan perubahan besar-besaran yang dilakukan Ahok cukup membuat banyak orang menaruh simpati kepadanya.

Namun dibalik prestasinya sebagai Gubernur itu, dia juga memiliki sisi yang bisa dibilang negatif sebagai seorang pemimpin. Gaya bicara Ahok yang ceplas-ceplos dan terkadang kasar itu sering membuat masalah untuk dirinya sendiri, meski dia membela diri itu sudah menjadi tabiat dirinya namun nyatanya banyak pihak yang kadang tidak terima dengan gaya Ahok yang suka marah-marah seperti seorang preman.

Kasus terbaru yang cukup menarik perhatian adalah pada saat kunjungannya ke kepulauan Seribu, disana dia berpidato dan mungkin salah mengucapkan kalimat yang dianggap sara. Kala itu dia menghimbau warga agar tidak terpengaruh dengan isi kandungan Al-Qur'an Surat Al-Maidah ayat 51 yang isinya melarang umat Islam memilih pemimpin yang yang berbeda agama dan keyakinan. Hal ini karena memang ada beberapa pihak yang melawan Ahok dengan membawa-bawa isi kandungan Al-Qur'an, dan hal itu membuatnya jengkel karena dia memang bukan seorang muslim.


Videonya itu kemudian diunggah seorang netters bernama Buni Yani, dan langsung saja tersebar luas ke seluruh Indonesia. Hal ini langsung menjadi kontroversi dan isu SARA, bahkan ada sebagia pihak yang melaporkan Ahok ke polisi karena kasusnya ini. Pihak Ahok yang tidak terima juga melaporkan Buni Yani yang dianggap memanipulasi video yang diunggahnya itu, sehingga mereka saling lapor melaporkan ke polisi.

Setelah cukup panas dan membuat heboh, akhirnya Ahok memint maaf kepada publik khususnya umat Islam yang tersinggung dengan ucapannya. Dengan permintaan maafnya ini membuktikan bahwa dia memang merasa bersalah, dan dia berharap kasusnya ini akan beres dan tak diungkit lagi, namun sayangnya pihak pelapor masih terus melanjutkan kasus ini secara hukum.

Bayangkan saja, jika nanti pada pemilu DKI Ahok tidak terpilih, maka bisa dibilang ini adalah imbas dari ucapannya yang ngawur. Begitu hebatnya efek yang ditimbulkan dari sebuah ucapan yang bisa diucapkan oleh semua orang, namun dampaknya sangat terasa bahkan menyeret banyak pihak hanya karena ucapan ini.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa lidah lebih tajam dari mata pedang, dan hal itu memang benar adanya karena dengan ucapan yang keluar dari mulut kita, bisa saja melukai banyak orang tanpa menyentuhnya sama sekali. Mari belajar dari kasus Ahok, mari jaga lisan kita, biasakan mengucapkan kata yang baik dan menjauhi kata kotor yang akan merugikan diri kita sendiri.

Updated at: 11:03 PM

0 comments:

Post a Comment