Banyak yang berkata bahwa darah lebih kental dari air, dan pepatah itu yang digunakan orang tuaku kala melepasku ke kota seberang untuk kuliah. Aku tidak boleh tinggal di kost dan wajib tinggal di rumah Om-ku yang merupakan adik kandung dari ayahku. Hal itu dimaksudkan orang tuaku demi keamanan diriku dan terjaminnya kebutuhanku di kota ini.
Harapan hanyalah harapan, namun kenyataan yang aku alami jauh berbeda dengan apa yang diharapkan oleh orang tuaku. Sejak awal aku tinggal di rumah om-ku, sepertinya anggota keluarga ini tidak menerimaku sama sekali dan menganggapku seperti benalu saja. Mulai dari isrinya yang merupakan bibiku sendiri, dia sangat acuh dan ketus kalau bicara padaku, anak-anaknya yang seumuran denganku juga tak pernah ramah, om-ku sendiri jauh dari sikapnya kala di desa, kini dia agak sombong dan seenaknya sendiri kepada keponakannya ini. Namun aku tak boleh menjelek-jelekkan orang lain, apalagi mereka adalah saudaraku sendiri, dan tentu saja aku sedang menumpang, jadi aku mesti tahu diri di rumah orang lain meski masih saudara.
Pada hari-hari awal aku berada disini, aku sudah diberikan pekerjaan yang cukup berat, jatahku mencuci pakaian mereka, membersihkan lantai, menyapu halaman, dan kadang aku harus mencucikan motor saudaraku itu. Om pernah berkata bahwa dia menyuruhku seperti itu agar aku belajar mandiri dan tidak malas-malasan, padahal anak-anaknya adalah para pemuda dan pemudi yang sangat malas, mereka selalu bangun siang dan tak pernah membantu ibunya memasak, mereka tak pernah mencuci apalag bersih-bersih, jadi akulah pembantu disini.
Ok kalau masalah pekerjaan rumah, anggap saja itu sebagai imbalanku tinggal gratis di rumah mereka. Namun kelakuan mereka lama-lama membuatku meradang, mulai dari anak-anaknya Om-ku yang suka minjam uang dan tak pernah kembali, hilangnya beberapa barangku, dan kadang aku mendapati kalau beberapa barangku rusak namun tak ada satupun yang mau mengakui kesalahan mereka.
Aku tak pernah dianggap sebagai keluarga mereka di sana, bahkan aku harus tidur di kamar belakang yang lebih mirip seperti sebuah gudang, padahal masih ada 1 kamar di tengah yang masih lebih layak untukku. Namun kata istrinya om-ku, itu kamar untuk tamu dan tidak boleh dipakai, hello bibi aku ini juga tamu kalian loh! Untuk makan saja, kadang aku tidak diajak makan bersama, aku baru bisa makan kalau mereka sudah selesai dan masih ada sisa makanan, kalau tidak ada? Aku terpaksa tidak makan. Kalau aku beli makan diluar, pasti dilaporkan ke ibuku kalau aku suka boros beli makanan diluar, yaelah dasar orang aneh semua disini.
Aku pernah nekad keluar dan tinggal di kost, namun ibuku menghubungiku dan memarahiku, katanya om-ku melapor kalau aku sudah mulai banyak tingkah dan tidak patuh pada om-ku. Meski aku sudah menjelaskan masalahnya, toh tetap saja ibuku lebih percaya kepada om-ku sendiri. Alhasil aku terpaksa pulang kembali ke rumah om-ku dan menjalani kehidupan yang lebih mirip seperti rumah orang jahat ini, aku menjadi babu lagi dan terpaksa menuruti mereka.
Hampir 4 tahun aku hidup seperti seorang pembantu di rumah omku sendiri, dan akhirnya aku bisa tahan dengan perlakuan buruk mereka. Kini aku sudah lulus kuliah dan sudah mendapatkan pekerjaan di salah satu kantor di kota ini, segera saja aku pergi dari rumah itu dan mencari kontrakan sendiri. Namun masalah masih saja berlanjut kala omku mengatakan bahwa aku anak tidak tahu diri, sudah numpang tapi tidak tau balas budi, ah aku kena lagi dan dimarahi orang tuaku.
Namun kali ini aku tidak mempedulikan sama sekali ucapan mereka, aku memutuskan keluar kerja dan mencari kerja di luar kota, jauh dari rumah penuh siksaan itu. Kini aku bisa hidup dengan nyaman meski di sebuah kamar konrakan yang kecil, saat ini tidak ada yang memerintahku seperti majikan lagi.
Saya merasakannya juga pak. Walaupun itu saudara sendiri, tapi sulit utk melakukan suruhan mereka yang kadang g ada rasa tenggang rasanya.
ReplyDeletewih hebat bos bisa survive 4th...
ReplyDeletejadikan pengalaman.kalau punya anak janngan dititipkan walau ke saudara
ReplyDeleteSiap bos. Saya jg mikir kek gitu
DeleteSusahnya ibuki tak bermain internet. Kalo dia tau dia pasti tidak menitipkan ku di tempat Saudaranya . Terpaksa saya harus menunggu sampai 4 tahun juga jika betah.
ReplyDelete#Semangattanakrantauann
Sskit hati gan ,sya.juga tinggal dirumah saudara sering dicaci
ReplyDeleteiya saya juga merasa kalau saya itu babu, terlebih saya ini bekerja di anak paman saya , pekerjaannya berat upahnya tidak sebanding , dan saya tidak boleh menagih gaji kepada bos saya yang adalah anak dari paman saya. hidup ini perih
ReplyDeleteIya, saya saat ini jg merasakannya. Rumah org tuaku cm 1 kamar. Itu pun diisi oleh 4 org lngsung, org tua dan 2 adikku. Jd sya d titipkan dr kecil pda keluarga. Utk biaya skolah sm makan trkadang sya di t4 org tua. Tp sya tidur di t4 keluarga krn tdk ada kamar utk sya. Skrng, saat sya sdah bekerja. Setiap gajian selalu di mintai keluarga, itupun sudah ditetapkan pula sekian2 nya. Lalu saat pulang krja atau berangkat nasi dan sambal kadang tak ada. Saat sya ingin membantu ibu kandungku utk sekolah adik2ku. Maka sya tak punya byk uang lgi. Sya kurangi 100rb sja, mreka marah2 dan slalu membahasnya setiap hari. Saat sepulang krja, sya slalu disuruh mengerjakan tugas2 adik sepupuku yg masih skolah, pdhal mreka tau klu aku capek bgt. Ya beginilah nasib anak yg kedua org tuanya miskin.
ReplyDeleteGimana ya GK bisa jadi diri sendiri, susah apa2 serba perasaan gw juga ngalamin hal yg sama😞. Akhirnya kuliah gw juga keganggu,gw udah pengen banget pindah mau ngekost ajah biar mandiri,setidaknya GK jadi beban buat orang lain. Moga Allah ngabulin doa2 gw biar bisa cepat2 pindah. Serba enak mau bikin ini GK enak,mau bikin itu GK enak huhuhu..
ReplyDeleteKLO gini truss bisa streess gw
sama gw juga pen cepat lulus kuliah langsung kabur
DeleteSaya 2tahun di rumah saudara tersiksa banget sampe hari ini pengin cepat2 kabur tapi duit gada buat pulkam sedih banget 😥
DeleteDi titipin dari kecil itu di jadiin babu dalam rumah, nnti udah besar dibilangin dia itu dia ini yg membesarkan looo. . Aduuuuhhh lu diam deh gw yg jalanin gw gk pernah di syg sama dia (si pemilik rmh) namanya juga anak titipan cmn di jadiin beban doang buat mereka. . Uang jajan pergi sekolah ajah gk pernah ngasih....
ReplyDeletenumpang dirumah sodara walalupun om sendiri serba gk enak.. canggung, segan. dan aku masih bertahan selama 6thn ini
ReplyDeletekakak gua nikah mau ga mau gua ikut tinggal di rumah suami kakak gua karena gua belom kerja sedih sedih denger denger gua ga bakal di kasi kamar sama suami kakak gua�� gua juga yah gua juga sadar diri gua kan numpang����
ReplyDeletesama sya juga ngerasakan hal sprti itu😭 sya masih SMA,tinggal dgn kakak sy yg sudah berkeluarga. niatnya si milih tinggal bersama kakak agar tidak menambah beban ortu sya. tapi kenyataannya nd enak sama sekali😞sifat kakak dan suaminya beda dgn wktu dikampung, mreka tinggal dikota udh puluhan tahun ,kalo pulkam saat lebaran aja dan itu hnya sebentar, sy baru mengetahui sifat aslinya saat sy tinggal brsma mreka.sy mrasa takut😞 kdg sy jga dibilang mekap dikamar trus,tidur" an mulu, pdhal sy dikamar nyelesaikan tugas sekolah,krna hampir tiap hari guru kasi tugas.sya merasa gak nyaman disini, gak enak mskipun itu kakak kandung sya sndiri tpi mcm orang lain😣rasanya pgn cepat" lulus sekolah lalu cari kerja , tinggal di kos kosan nampakny lebih nyaman dan tenang. tapi gpp lah smua sy lakukan agar ortu sy tak terbebani lagi. kdg sy juga dprlakukan berbeda , sadar diri si sy disini numpang:( dan cukup kali ini aja numpang, gak mau lagii.. meskipun sma sodara kndung sekalipun
ReplyDeleteLagi ngersaian hal yang sama tinggal ama kakak sudah berkeluargaaa ... tetap saja ngebatin ga bisa jdi diri sndri ..
DeleteSemoga tahun sudah bisa pindah sudah ngebatin bgt
Awal sieh nyaman kelamaan keluar sifat aslinya