Banyak orang yang membenci masa lalunya, bahkan saya sendiri pernah berfikir untuk mengubur masa lalu saya yang kelam, namun ternyata ada sebuah pelajaran berharga dari berbagai pengalaman hidup yang kita lalui selama ini. Bukan bermaksud membeberkan masa lalu atau kejelekan, namun alangkah baiknya jika masa lalu dijadikan sebagai sebuah motivasi dan pelajaran untuk menjalani hidup yang lebih baik lagi khususnya di masa sekarang dan mendatang.
Saya masih ingat masa kecil saya, terlahir di sebuah keluarga yang kurang mampu, ayah yang kerja sebagai pedagang dan petani, ibu hanya menjadi ibu rumah tangga. Keuangan keluarga sangat memprihatinkan kala itu, namun saya masih bersyukur bisa membeli mainan yang saya inginkan, membeli makanan yang enak, dan mendapatkan baju baru meski hanya pemberian saudara atau membeli di moment lebaran saja.
Saya masih ingat ketika di bangku sekolah dasar kelas 3, saya tidak memakai sepatu kala berangkat ke sekolah dan lebih senang telanjang kaki, hal itu lumrah karena banyak teman saya yang melakukan hal itu. Yah, memang saya mendapati ayah tidak bisa membelikan sepatu baru dan sepatu saya sudah berlubang kala itu, tapi tak apalah yang penting banyak temannya.
Saya masih ingat ketika dibeda-bedakan oleh tetangga dan saudara karena dari keluarga yang terbilang miskin, oke saya ingat perlakuan kalian kala itu. Bahkan saya masih ingat ketika dihardik karena duduk di pangkuan om saya, dan dia lebih senang memangku saudara sepupu saya yang anaknya orang kaya, well its okay!
Saya masih ingat masa SMP saya yang kucel, bau dekil, dengan seragam lusuh dan kotor, sepatu berlubang dan uang saku pas-pasan. Terima kasih untuk teman-teman yang masih mau menerima saya apa adanya, terima kasih juga untuk kalian yang mengacuhkanku karena aku anak yang miskin, kalian yang telah berteman denganku hanya untuk mencontek tugas sekolah.
Saya ingat ketika di jalan bertemu dengan temanku dan dia pura-pura tidak mengenaliku, saya masih ingat ketika menyapa teman dan dia mengacuhkanku, saya ingat ketika tidak banyak yang mau menerimaku dengan keadaanku ini. Uuh rasanya kala itu aku benar-benar tak berharga, tapi terima kasih untuk kalian karena sudah mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain tanpa memandang keadaannya.
Cinta pertamaku, ingatkah kala kita menikmati masa indah dulu? Ingatkah engkau ketika kita makan bersama di rumah makan kesayangan kita? Kita menikmati sambal yang pedas, dan aku melihatmu dengan tersenyum ketika kau merasakan pedas di mulutmu. Aku masih ingat ketika kau sering mencubitku, janjimu yang ingin terus bersamaku, kasih sayangmu yang besar kepadak, yah itu semua mungkin omong kosong setelah kau mengenal kerakusan orang tua. Saya masih ingat ketika kau membuang perasaanku dan melemparkannya ke samping, kau beralasan ingin mencari yang lebih dewasa dariku, aku benar-benar sadar kala itu aku belum bekerja dan masih seorang pemuda yang miskin tanpa masa depan yang jelas.
Apakah kau tahu 2 minggu yang aku lalui setelah perpisahan kita, setiap malam aku selalu kesulitan tidur dan seakan tak rela kehilanganmu? Tahukah kau sampai saat ini aku masih sering diejek teman-temanku karena ditinggalkan olehmu? Tahukah kamu betapa sakitnya aku? Malunya aku? Dan tersesatnya aku? Terima kasih atas segalanya sayang :)
Saya masih ingat ketika menginjak usia ini, saya adalah seorang pemuda yang masih berjuang, saya seorang yang kesulitan dalam hidup, saya bukan pria tampan rupawan dengan harta berlimpah, dan hal itu membuat saya minder ketika mendekati seorang wanita. Saya juga berterima kasih kepada kamu yang pura-pura mencintaiku hanya untuk menjadikanku sebagai pelarian semata, yah paling tidak aku mengenal seorang wanita yang benar-benar tak tahu diri, dan terima kasih atas segalanya.
Masa lalu, engkau adalah kumpulan hal menyedihkan dan menyenangkan dalam hidup, saya tahu bahwa engkau teman dalam hidupku, kadang kau benar-benar jahat dan kadang kau adalah guru terbaik, bahkan kadang kau menjadi sebuah harta karun yang tersimpan rapi, terima kasih atas segalanya hingga sampai saat ini aku tumbuh dan menjadi seorang yang bisa menatap ke depan, bisa mengimbangi ke samping kanan dan kiri, dan kadang aku masih memalingkan wajah ke belakang untuk mengumpulkan kembali puing-puing kenangan kita.
0 comments:
Post a Comment