Ketika Seorang Pria Menangis karena Harga Dirinya Terinjak

Aku masih ingat betapa sakitnya patah hati, namun aku masih sanggup menahan kesedihan itu. Aku masih ingat ketika orang tercinta pergi, aku masih bisa menahan air mataku meski rasanya menyesakkan dada. Ketika hidupku susah, aku masih bisa membusungkan dada dan berkata "aku masih memiliki Tuhan yang Maha Kaya", pun ketika aku mengalami sakit di tubuhku, rasanya itu bukan alasan yang pantas untukku meneteskan air mata.

Namun ketika harga diriku terinjak-injak, rasanya aku benar-benar hina, serasa nista, dan aku berada di titik terendah sebagai seorang lelaki. Salah satu moment yang masih aku ingat adalah ketika aku menjadi korban bully dari kenakalan teman-temanku, aku masih ingat kejadian buruk yang sangat melukai harga diriku itu.

Berawal dari sebuah tempat nongkrong malam itu, hujan turun dengan derasnya dan aku hanya bisa menunggu hujan reda sambil nongkrong dengan teman-teman. Entah setan apa yang sedang menguasai salah satu temanku, dia sepertinya sangat bernafsu untuk mempermalukan dan menjatuhkan aku di depan banyak orang.

Awalnya dia hanya menghinaku dengan kata-kata yang membuat teman-teman lain tertawa terbahak-bahak, yah tak masalah bagiku lagipula ini hanya sebuah candaan. Aku masih bisa tetap ikut tertawa meski dalam hati rasanya jengkel dengan ejekannya.

Namun entah kenapa, sepertinya temanku belum puas membully aku dengan ejekannya itu, aku yang sedang duduk tenang sambil membuka HP tiba-tiba ditendang dari belakang sambil terus diejek, tawa dari teman-teman yang lain meledak melihat kelakuan temanku kala itu. Tak terasa sakit sama sekali, namun rasanya tendangan itu tepat mengenai hatiku, aku langsung diam dan mencoba menenangkan diri, sebenarnya kala itu kalau aku tak terkendali mungkin aku akan langsung memberikan bogem mentah ke mukanya.

Tak berhenti sampai di situ saja, dia masih saja ingin mempermainkanku dan merendahkanku, sekarang giliran kepalaku yang menjadi sasarannya, aku masih ingat bagaimana dia menonyor kepalaku. Ah aku sudah benar-benar kalap, langsung saja aku meninggalkan mereka tanpa permisi atau salam sama sekali. Beberapa masih mengejekku dan mengataiku, namun aku sudah benar-benar merasa bahwa ini keterlaluan dan melukai harga diriku sebagai seorang pria.

Di bawah guyuran hujan yang sangat deras aku pulang sendiri malam itu, gelap, dingin, dan bayangan kelakuan temanku tadi masih terus berpuatar di kepalaku dan rasanya menyesakkan dada. 5 menit aku berjalan dan aku benar-benar tak kuasa menahan kesedihan ini, aku merasa sangat terhina sebagai seorang pria, aku dijadikan ledekan di depan orang banyak, apa salahku?

Tangis dari mataku akhirnya jatuh dengan air hujan yang membasahi tubuhku, aku merasakan kesedihan yang mendalam kala itu, entahlah perasaan ini sulit dijelaskan namun rasanya aku benar-benar sedih. Aku tak dendam dan tak ingin membalas perbuatan mereka, namun aku hanya bertanya kepada Tuhanku, apa kesalahanku sehingga aku begitu terhina malam itu?

Terima kasih kalian semua yang telah mempermalukanku, terima kasih karena kalian telah mampu melukai harga diriku, meneteskan air mata seorang pria, semoga kalian puas mempermalukanku dan menjadikanku sebagai bahan lelucon. Ingatlah wahai temanku, tiap-tiap manusia tergadaikan dengan apa yang mereka perbuat, semoga aku bisa menyaksikan buah dari perbuatan buruk kalian itu.

Updated at: 8:38 AM

0 comments:

Post a Comment