Kisah Seorang Anak yang Malu Karena Orang Tuanya Miskin

Siti adalah siswi SMA kelas 2 di kotanya, dia termasuk salah satu siswi cantik yang menjadi primadona di sekolah, teman-teman siti juga banyak dan tentu saja gaul. Siti awalnya adalah anak yang penurut dan pendiam, namun setelah mengenal beberapa temannya yang sudah lebih dulu mengenal pergaulan bebas, akhirnya siti terbawa pergaulan mereka yang sebenarnya anak-anak orang kaya yang angkuh.

Suatu hari ketika mereka pulang sekolah, mereka rombongan keluar dari ruang kelas dan berjalan menuju ke parkiran, namun di tengah jalan ada yang memanggil Siti. Ternyata seorang penjual mi ayam keliling,

Penjual mie ayam : Ti, Siti, sini bantuin dulu lagi rame nih
Teman-teman Siti : Siapa ti? Kok kenal sama elu?
Siti : (bingung) gak tau, yuk ah pulang aja

Siti yang bingung dan malu akhirnya mengakui bahwa dia tidak mengenalnya, dia segera mengajak teman-teman gaulnya itu untuk pulang saja. Namun penjual mie ayam itu masih memanggilnya dan dengan nada suara yang agak jengkel. Meski mendengarnya, Siti tetap acuh dan meninggalkan sekolah menuju ke tempat nongkrong.

Sesampainya di rumah, Siti bertemu dengan penjual mie ayam tersebut, dan dengan kepala menunduk dia hanya bisa diam saja,

Penjual mie ayam : kamu kenapa sih? Tadi ayah lagi banyak pembeli, repot banget jualan sendiri, kamu malah enak aja nyelonong pergi gak mau bantu.
Siti : ....
Penjual mie ayam : kamu malu karena ayah hanya penjual mie ayam? kamu malu sama teman-teman kamu yang gaul itu? Iya?!
Siti : (nangis) iya!!! Siti malu yah, ayah gak tau apa kalo siti baru aja punya temen di sekolah, dari dulu gak ada yang mau temenan sama siti, sekarang mereka mau temenan sama siti dan siti udah seneng. Ayah gak usah jualan di sekolah siti lagi, siti malu kalo ketahuan teman-teman bahwa siti hanya anak tukang mie ayam.
Penjual mie ayam : (nangis) oh gitu yah nak? Baiklah kalo kamu memang tidak mau mengakui ayahmu sendiri karena keadaan ayah yang seperti ini.
  • Orang tua kalau masih mau marah, ngomel-ngomel, cerewet, bahkan sampai nabokin anaknya, berarti masih standar meskipun anaknya membuat marah, tapi kalau orang tua sudah diam bahkan terkesan pasrah dengan kelakuan anaknya, maka orang tua itu sebenarnya sudah sangat sakit hati. Waspadalah dengan kelakuan anda terhadap orang tua, do'a mereka diijabah dengan cepat.
Besoknya siti berangkat ke sekolah, dan dia mendapatkan perlakuan yang berbeda dan cukup mengganggunya. Teman-teman gank-nya mengacuhkannya, tidak ada yang menyenangkan hari itu di sekolah, dia merasa dikucilkan. 

Siangnya di kantin Siti gabung sama teman-teman gank-nya, tapi mereka tetap mengacuhkannya, dan hal ini tentu sangat menjengkelkan, akhirnya Siti bertanya kepada mereka kenapa sikap mereka aneh seperti itu,

Siti : eh kenapa sih kalian kok pada jutek amat sama gue?
Teman-teman siti : gak kenapa-kenapa!
Siti : hmm aku bikin salah yah sama kalian? maaf deh kalo aku bikin salah
Teman-teman Siti : kamu tuh gak bikin salah sama kita, tapi kamu bikin salah sama ayahmu! kemarin itu yang jualan mie ayam ayahmu kan? kenapa kamu ngakunya gak kenal?
Siti : loh kok kalian tau?
Teman : iya kami tau lah, kami penasaran dan sengaja mendatangi penjual mie ayam kemarin pas balik dari tempat nongkrong, eh pas ditanya bener dia ayah kamu. Nyesel deh temenan sama kamu ti.
Siti : oh jadi kalian gak mau temenan sama aku lagi gara-gara aku anak orang miskin, ayahku penjual mie ayam?
Teman : eh lu bego amat yah! lu tuh yang harusnya mikir, emang kita pernah ngebeda-bedain status teman kita? Kita kecewa sama elu yang ga ngakuin ayah lu sendiri, anak macam apa sih lu?

Seketika Siti menangis mendengar perkataan mereka, dia mengambil tasnya dan langsung pulang ke rumah. Dalam hatinya bercampur antara rasa malu, menyesal, marah, dan lain sebagainya. Sambil jalan kaki dia pulang ke rumahnya, satu hal yang ingin dia lakukan, dia ingin bersujud di kaki ayahnya dan meminta maaf atas kesalahannya.

Belum sampai di rumah, Siti mendapati banyak tetangga yang sedang sibuk di sekitar rumahnya, namun karena sedang kalut, siti menghiraukan mereka dan dengan cepat ingin sampai ke rumah. Ketika di depan halaman rumah, dia melihat banyak orang di sana, dia semakin bingung dengan apa yang terjadi, dan ketika dia masuk ke dalam rumahnya, ternyata ayahnya telah meninggal dunia.

Dan penyesalanlah yang akan menghantui kehidupan Siti selamanya, hawa nafsu membuatnya menjadi kacang yang lupa dengan kulitnya, dia malu karena orang tuanya miskin, dia tidak mengakui orang tuanya, dan saat dia sadar dengan kesalahannya, ternyata dia sudah terlambat karena ayahnya telah meninggal dunia terlebih dahulu.

Kisah seperti ini bukan sekedar kisah buatan atau khayalan saja, nyatanya banyak sekali kisah seperti ini, dimana seorang anak merasa malu dengan keadaan orang tuanya, padahal siapa anak itu? siapa yang membesarkannya? siapa yang memberinya makan? siapa yang menjaganya? jangan sampai penyesalan yang akan engkau terima, jagalah orang tuamu selagi masih hidup di dunia ini.

Updated at: 9:03 PM

0 comments:

Post a Comment