Seorang wanita yang baru menikah harus mengikuti suaminya yang memilih tinggal di rumah orang tuanya sendiri, di dalam rumah itu dihuni oleh pasangan itu, adik perempuan suaminya dan mertuanya. Pada awalnya mereka cukup bahagia dan tak ada masalah yang berarti, apalagi mertuanya cukup baik dan perhatian kepada menantu barunya itu.
Namun yang namanya rumah tangga apalagi yang baru, rasanya tidak mungkin terhindar dari konflik di dalamnya. Konflik kecil mulai terjadi saat sang suami kurang menyukai masakan istrinya, sang mertua mulai memberikan beberapa nasehatnya agar masakannya bisa memuaskan lidah anaknya. Lalu konflik lain datang kala sang istri meminta jalan-jalan atau membeli berbagai keperluan seperti baju dan make up, mertuanya mulai cerewet dan menasehati agar tidak boros.
Dan puncak konflik datang ketika sang suami harus di PHK dan menganggur, sang mertua malah membela anaknya sendiri dan menyuruh menantunya untuk bekerja dan membantu perekonomian keluarga yang sedang goyah itu. Setelah sang istri bekerja, mulai lagi muncul ucapan tidak enak ketika pulang kerja terlalu malam, sang suami mengira dia main sendiri bahkan dikira selingkuh, hal ini membuat mertuanya ikut ngomel juga.
Tekanan demi tekanan terus saja berdatangan, sampai akhirnya kala mertua mulai menanyakan perihal anaknya yang sudah beberapa lama menikah namun belum memiliki anak juga. Tentu saja kesalahan dituduhkan terhadap menantunya, sang mertua bahkan tega mengatainya sebagai wanita mandul karena belum bisa memberikan keturunan juga.
Sang menantu muda akhirnya sudah di batas kesabarannya, dia mengatakan kepada suaminya bahwa dia sudah tidak betah tinggal di rumah itu, dia memberikan pilihan untuk keluar dan tinggal di rumah orang tuanya atau mencari kontrakkan baru asal tidak bersama mertuanya yang terus menekannya. Sang suami bukannya menyelesaikan masalah ini dengan keluarga kecilnya itu, dia malah menceritakan omongan istrinya kepada ibunya, tentu saja sang mertua marah-marah dan mengatai menantunya macam-macam.
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya sang istri mengancam suaminya, kalau tidak mau keluar dari rumah itu maka dia lebih baik diceraikan saja. Akhirnya sang suami mengalah dan menuruti istrinya untuk pindah ke kontrakan, dan mertuanya masih saja cerewet mengurusi rumah tangga anaknya ini meski sudah tak serumah.
Begitulah gambaran seorang menantu di mata mertuanya, jika dia melakukan kesalahan maka mertuanya akan memberikan nasehat bertubi-tubi yang kadang tidak disukai anak muda, dan meski menantu membuat sebuah kebaikan maka tidak akan terlalu nampak di mata mertuanya :D
Sabar ya bu
ReplyDelete