Ketika Mata Batinku Dibuka, Hampir Saja Aku Pingsan

Sore itu sekitar jam 4 aku pergi ke salah satu rumah saudara jauhku untuk mengirimkan titipan dari pakde, rumah saudaraku lumayan jauh tempatnya karena dia berada di tepi kampung. Akses untuk menuju ke rumah saudaraku melewati hutan belantara yang terlihat gelap dan dingin, namun karena ini adalah amanah maka aku harus segera mengirimkannya.

Aku sampai di rumah saudaraku pada jam 5 sore, hampir 1 jam aku menuju ke rumahnya dengan menggunakan sepeda motor tua milik ayahku. Setelah bertemu dengannya, aku segera memberikan titipan dari pakde, dan saudaraku berterima kasih kepadaku dan menitipkan salam untuk pakde.

Ketika aku hendak pamit, saudaraku melarangku untuk pulang terlebih dulu, dia memintaku untuk pulang selepas maghrib saja karena katanya pamali melakukan perjalanan kala waktu maghrib. Entahlah apa maksudnya, namun sebenarnya aku ingin pulang karena tidak ingin kemalaman pulangnya, maklum lampu motorku kurang terang dan bisa jadi nanti motornya mogok karena belum diservice. Tapi aku manut saja kepadany, aku sholat maghrib di tempat saudaraku dan selepas maghrib aku bersegera pulang.

Ketika hendak pamit pulang, ternyata saudaraku meminta untuk mengantarkanku, katanya dia takut kalau aku kenapa-kenapa di jalan makanya dia mau mengantarkanku. Kami berangkat dari rumahnya sekitar jam 6.30 malam, dan kegelapan hutan di samping jalan semakin pekat saja, hmm aku sedikit merinding dengan keadaan ini, untungnya saudaraku baik mau mengantarku.

Di tengah perjalanan aku diminta berhenti dulu, katanya tunggu beberapa saat dulu baru boleh jalan lagi, hmm aku heran dengan permintaannya itu karena ku lihat di depan jalan tak ada apapun yang menghalangi. Kemudian aku yang agak jengkel memaksanya untuk tetap jalan saja, kebetulan pada waktu itu gerimis mulai turun dan kabut sangat tebal sehingga menutupi pandangan.

Saudaraku mungkin cukup jengkel mendengar rengekanku yang meminta untuk jalan terus, kemudian dia memberitahukan kepadaku alasan kenapa dia memaksaku berhenti sejenak, katanya di depan ada rombongan yang sedang lewat menyeberangi jalan itu, hmm aneh banget padahal tidak ada apa-apa. Aku sempat tertawa mendengar perkataannya itu, namun sepertinya itu membuatnya agak marah denganku. Dia menanyakan kepadaku apakah aku ingin melihat rombongan itu? Aku yang tidak percaya akhirnya mengiyakan saja karena ku pikir saudaraku ini orangnya misterius sekali dan agak sedikit berbeda.

Tangan kanannya mengusap wajahku dan menyuruhku menutup mata sejenak, kemudian dia membaca do'a dan aku disuruh membuka mata untuk membuka mata batinku. Kala aku membuka mata, kakiku langsung lemas, kepalaku pusing, tubuhku dingin, tanganku gemetaran, mataku tak bisa dipejamkan lagi melihat sebuah pemandangan yang sangat menyeramkan. Terlihat angin besar sedang berhembus di sekitarku, padahal dari tadi tak ada angin sama sekali, kemudian rombongan yang dimaksud pamanku itu adalah rombongan makhluk halus yang jumlahnya sangat banyak.

Aku melihat beberapa dari mereka, rupanya bermacam-macam dan sangat menyeramkan, ada sosok wanita berpakaian putih berambut panjang dan berkulit hitam, ada anak kecil yang wajahnya seperti kakek-kakek, ada pula sosok lelaki besar dengan rupa mirip monster yang biasa ada di gambar atau film-film, selain itu ada pula beberapa sosok hewan yang berbeda jauh dari aslinya, ular yang panjangnya puluhan meter, anjing dengan ukuran sangat besar, dan ada pula sosok hantu seperti pocong, kuntilanak, dan lain sebagainya.

Aku sudah tidak kuat melihat pemandangan itu, ditambah lagi mataku seakan tak bisa dipejamkan dan dipaksa melihat hal menyeramkan itu. Tubuhku semakin lemas dan hampir saja aku terjatuh dari motorku karena sudah sangat lemas, sampai akhirnya saudaraku menangkap tubuhku dan segera menutup mata batinku lagi.

Saudaraku memberikan air minum kepadaku dan dia membacakan do'a agar aku bisa sembuh dari ketakutan ini, dan entah kenapa aku bisa langsung segar dan tak terlalu takut lagi. Kemudian dia menjelaskan bahwa rombongan itu adalah penghuni hutan yang sedang lewat, katanya kita harus menghormati mereka agar mereka tidak mengganggu kita. Kami melanjutkan perjalanan dan saat aku menengok ke samping, ternyata aku melihat salah satu dari mereka sedang duduk di salah satu pohon, mengawasiku dengan mata menyala dan sungguh menakutkan.

Sesampainya di rumah, aku langsung ke kamar dan tidur, entah kenapa rasanya lemas dan tak berdaya, bahkan aku lupa mengucapkan terima kasih pada saudaraku. Sejak kejadian itu, aku tidak lagi berani pergi ke rumah saudaraku sendirian, apalagi kalau malam hari, akses jalannya sungguh horor sekali. Dan satu lagi, aku tidak ingin mata batinku dibuka lagi, pemandangan yang terlihat sungguh menakutkan!

Updated at: 6:22 AM

0 comments:

Post a Comment