Mengingat Kembali Perilaku Korupsi Kita di Masa Kecil

Hampir seluruh orang di dunia ini mengutuk yang namanya korupsi, dan tak sedikit yang menginginkan hukuman mati atau penjara seumur hidup untuk para koruptor. Mereka disamakan dengan tikus yang suka mengambil uang negara, mereka dibenci, dan mereka seakan adalah orang-orang yang sangat jahat, benarkah?

Terlepas dari benar atau tidaknya tuduhan terhadap para koruptor, mari kita sejenak berkaca dengan diri kita sendiri. Apakah kita yang mengutuk para koruptor sudah bersih dari korupsi? Kali ini saya akan mengingat-ingat kalakuan buruk saya di masa kecil, yah semoga anda tidak melakukan hal buruk yang seperti saya lakukan ini.

Pada waktu kecil, saya terkadang bersama teman-teman mencuri mangga dan buah-buahan lain milik tetangga, ini adalah perbuatan buruk yang masih saya ingat dan saya sadar ini adalah dosa. Namun nyatanya hal seperti itu dianggap sebagai kenakalan anak kecil, padahal kalau orang tua saya tidak menghadang kenakalan saya, bisa saja saat ini saya menjadi pelaku yang profesional dengan target yang lebih besar.

Korupsi di masa kecil? Sepertinya saya pernah menilep uang bayaran SPP, namun entah kenapa tetap ketahuan juga sama ibu xixixi. Tak lupa saya juga pernah menambah harga  buku yang wajib dibeli, yang aslinya hanya 10 ribu, saya ngomongnya 15 ribu, lumayan dapat untung 5 ribu, yah namun tetap ketahuan juga sih. Kalian juga pasti pernah makan di kantin, misalnya ambil gorengan 5, pas bayar ngakunya cuma 3 bukan? Hayoo ngaku saja!

Itu hanya sebagian kecil contoh korupsi yang kita lakukan di masa kecil, hanya bedanya ada sebagian yang akhirnya bertaubat karena tahu hukumnya haram, ada sebagian yang tak sempat tahu tentang hukum harta haram, dan ada sebagian lagi yang terpaksa karena keadaan.

Saya yakin para koruptor yang terkenal dengan kasusnya memiliki masa kecil yang hampir sama dengan kita, cuma mungkin saja mereka tak sempat mendapat pendidikan agama yang baik, arahan yang baik dari orang tua dan lingkungan, atau mungkin saja mereka terjebak dalam situasi yang tak memungkinkan untuk menolaknya.

Sebelum kita menghujat para koruptor yang telah merugikan negara kita, alangkah baiknya kita berkaca terlebih dahulu, apa sih kejahatan mereka dan apakah kejahatan mereka ada pada diri kita? Andai saja kejahatan mereka ada pada diri kita, apakah pantas kita menghina mereka? Bukankah sama saja kita menghina diri sendiri?

Apakah karena jumlahnya yang besar sehingga patut disalahkan? Bukankah nominal angka hanya berbeda 0 saja? Kita tahu bedanya Rp 1.000.000, 00 dengan Rp 1.000, 00, hanya beda 3 angka 0 saja bukan?! Kalau angka 1 dihilangkan, bukankah tak berguna berapapun jumlah nol di belakangnya? Pikirkanlah!

Updated at: 9:16 PM

0 comments:

Post a Comment