Namaku adalah Cindy, aku anak pertama dari keluarga kecilku, kami tinggal di sebuah rumah yang masih terus dibangun oleh ayahku, sejak aku lahir aku sudah tinggal di rumah tersebut dan aku sangat tahu seluk beluk yang ada di dalam rumah tersebut.
Tak pernah ada kejadian aneh yang aku dan keluargaku rasakan selama kami tinggal di rumah itu, padahal rumah kami berada di pinggir pemukiman, di belakang rumah kami adalah kebun tetangga yang kala malam datang sangat gelap dengan pepohonan di sekitarnya, kami juga tak memiliki tetangga yang rumahnya dekat dengan kami. Dengan keadaan seperti itu, kami tak pernah merasakan keanehan yang mengganggu kami, dan aku sangat nyaman tinggal di rumah itu.
Namun semua berubah ketika kebun di belakang kami akhirnya dijual kepada pihak perusahaan besar yang ada di negri ini, kemudian selang beberapa bulan dibangunlah sebuah tower yang tinggi, dan sejak saat itu aku harus merasakan teror yang menakutkan. Teror itu dimulai saat pembangunan tower itu, banyak orang yang melihat penampakan hantu di dekatnya, entah pocong atau kuntilanak sudah jadi suatu hal yang membuatku terpaksa menahan rasa takut, lalu ayah dan ibuku selalu menghiburku dan mengatakan bahwa tidak akan terjadi apa-apa, itu hanya isu belaka, dan kata-kata mereka selalu membuatku tenang.
Setelah tower itu selesai dibangun, teror itu semakin menjadi menghantuiku dan keluargaku, mulai dari penampakan hantu yang semakin sering muncul, suara-suara aneh yang muncul di malam hari, bahkan tak jarang aku harus kaget ketika malam hari di saat aku tertidur pulas dan tiba-tiba ada suara mengagetkan seperti sebuah benda besar yang jatuh di belakang rumah, namun ketika diperiksa tak ada apapun.
Kami mencoba bertahan dengan teror tersebut, hingga akhirnya kejadian yang cukup memilukan terjadi kepada ayahku. Suatu hari ayahku tiba-tiba sakit, dia mengerang memegangi perutnya, katanya perutnya itu seakan ditusuk dari dalam, namun tak ada hal yang aneh saat dilihat dari luar tubuhnya. Kami memabawa ayah ke rumah sakit untuk diobati, dan yang membuat heran ketika dokter memeriksanya dan mengatakan bahwa ayahku tak menderita penyakit apapun, dokter itupun bingung dengan yang terjadi. Ayah semakin menderita, hampir setiap malam dia kesakitan memegangi perutnya, dan akhirnya memaksa kami membawanya ke salah satu orang pintar yang kami tahu, kebanyakan dari mereka tidak sanggup menangani penyakit ayahku, katanya ada yang menempel di dalam perut ayah dan susah untuk diusir. Kemudian kami datang ke salah satu kyai, dan beliau juga mengatakan hal serupa, katanya ada makhluk halus yang tidak senang dengan pembangunan tower itu, namun justru para makhluk halus itu marah dengan keluarga kami karena memang ayahku yang bertanggung jawab untuk menjaga tower tersebut.
Setelah lama menahan takut dengan teror tersebut, akhirnya ayahku memutuskan untuk pindah rumah dan meninggalkan rumah yang selama ini aku huni itu. Anehnya saat pindah rumah, ayah tak pernah lagi merasakan sakit di perutnya, dan kami tak lagi harus menghadapi teror dari makhluk halus yang marah. Aku hanya bisa pasrah mengikuti ayah dan ibuku, aku harus pindah rumah dan meninggalkan rumah yang selama ini menjadi tempat tinggalku, tak lupa aku juga mengutuk orang yang membangun tower tersebut, karena mereka seakan menutup mata dengan keadaan kami, mereka tak pernah mempedulikan apa yang kami rasakan selama ini, teror demi teror yang harus kami hadapi, ah mereka hanya memikirkan keuntungan saja.
0 comments:
Post a Comment