Curhatan Seorang Wanita yang Hidup Terkekang & Hidayah yang Dia Rasakan

Aku adalah seorang wanita yang tinggal bersama keluargaku, aku memiliki ayah dan ibu yang merawatku dengan sangat baik dan perhatian, aku anak semata wayang mereka. Perhatian mereka di masa kecil membuatku manja, dan ketika aku menginjak bangku SMA akhirnya aku menyadari bahwa aku sangat terkekang di dalam keluarga, aku merasa seperti burung di dalam sangkar.

Suatu ketika teman sekelasku mengadakan pesta di suatu tempat, pesta itu dimulai pada malam hari dan kalian tahu apa yang terjadi? Hanya aku yang tidak bisa berangkat karena ayah dan ibuku melarangku, kata mereka sangat berbahaya anak gadis berkeliaran dan menginap di luar rumah. Bahkan ketika aku merengek agar diijinkan mereka tetap saja keras kepala pada pendiriannya, dan itu membuatku jengkel kepada kedua orang tuaku, aku sudah dewasa tapi mereka seakan menganggapku masih kecil dengan penjagaan yang ekstra ketat. Beberapa hari ketika aku berangkat, hampir seluruh kelas mem-bully aku dan menyebutku sebagai anak manja, malu dan sedih yang aku rasakan saat itu.

Lulus dari SMA aku kuliah di salah satu kampus negri di kotaku, di usia mahasiswa seperti ini aku malah semakin terkekang oleh keluargaku, bahkan ketika aku harus mengerjakan suatu tugas di malam hari bersama temanku, ayahku pasti ikut dan membuatku malu saja. Aku selalu berkata bahwa ini adalah jaman modern, ini bukan jaman siti nurbaya, namun mereka tak pernah menggubris omonganku sama sekali, duh ingin rasanya aku kabur dari rumah dan menikmati kebebasanku.

Sebagai seorang anak gadis, aku juga ingin seperti teman-temanku yang bisa bergaul bebas dengan teman-temannya, namun aku sangat terkekang dan bahkan tidak ada satupun teman lelaki yang berani datang ke rumahku karena mereka takut dengan ayahku yang galak. Teman wanitaku juga tak mau menginap di rumahku, mereka bilang bahwa rumahku seakan sangkar burung yang terbuat dari emas dan tak ada kebebasan di dalamnya, sedih ketika mereka mulai membuly-ku.

Beberapa tahun kemudian aku lulus dan menjadi seorang sarjana, lalu aku bekerja menjadi seorang pengajar di salah satu sekolah dasar di daerahku, tak lama kemudian aku dilamar oleh seorang pria dan ayahku langsung menerimanya. Aku sangat membenci ayahku saat itu, dia seakan memaksaku menikah dengan seorang pria yang tak aku kenal sama sekali, ini adalah pemaksaan yang paling membuatku membenci ayahku. Mau tidak mau aku harus menuruti kemauan orang tuaku, akhirnya aku menikah dan menjadi seorang istri dari pria yang belum aku kenal sama sekali.

Namun kejengkelan yang selama ini aku rasakan ternyata salah besar, saat aku mulai pacaran dengan suamiku sendiri secara halal aku mulai mengenalnya, dia adalah pria yang sangat baik dan sabar, dia menyayangiku dan selalu memperlakukanku sebagai seorang ratu, aku sangat bersyukur dengan jodohku ini. Aku kini sudah memiliki keluarga yang bahagia, anakku masih kecil dan lucu, kami hidup dengan berkecukupan dan penuh kasih sayang, selama ini tak ada masalah yang terasa berat ketika kami jalani bersama, aku merasa sangat bersyukur dengan keadaan ini.

Beberapa waktu yang lalu aku menghadiri reuni SMA bersama suamiku, aku tidak boleh keluar tanpa dia dan mau tidak mau aku harus menurutinya. Saat aku reuni dan bertemu teman lamaku, aku merasa kaget dengan keadaan mereka sekarang, banyak yang menjadi janda, ada yang DO dari kampusnya dulu, ada yang menjadi pecandu narkoba, ada yang di penjara karena melakukan tindak kriminal, dan hampir semua dari mereka iri dengan kehidupanku yang katanya sangat sempurna.

Sepulangnya dari reuni aku menangis di dalam mobil, aku memeluk suamiku dan bersyukur dengan apa yang aku alami sekarang, dan satu rumah yang aku tuju saat itu adalah rumah orang tuaku. Sesampainya di sana aku langsung bersujud dan mencium kaki kedua orang tuaku, aku meminta maaf dan berterimakasih kepada mereka yang selalu menjagaku hingga saat ini aku menjadi wanita yang sangat sempurna dan bahagia, ternyata mereka mendidikku dengan keras hanya demi masa depanku, maaf ayah maaf ibu aku hanyalah anakmu yang tidak tahu terima kasih dan kurang bersyukur.

Updated at: 9:23 PM

0 comments:

Post a Comment