Beberapa waktu yang lalu ada saudara saya yang sedang bekerja di salah satu PT besar pembuatan onderdil sepeda motor, dan saya sangat kasihan kepadanya ketika dia menceritakan keluh kesahnya kepada saya tentang bagaimana perjuangannya di kala bekerja di Pabrik itu sebagai seorang buruh.
Sejak mendaftar dia sudah mengalami perjuangan yang cukup berat, berasal dari sebuah kampung di Jawa dia memiliki tekad untuk merubah hidupnya yang masih terasa susah. Dengan ijazah SMK dia mendaftar kerja di salah satu PT, singkatnya setelah menjalani beberapa tes akhirnya dia diterima dan segera dia berkemas untuk berangkat ke kota industri di Indonesia (tau lah daerah mana).
Uang saku yang dia bawa hanya beberapa ratus ribu saja, dan asal tahu saja dia harus berhemat dengan uang sakunya itu untuk minimal 1bulan ke depan, dan hal yang cukup mengagetkan akhirnya dia rasakan ketika baru satu minggu saja dia sudah kehabisan uang saku untuk berbagai kebutuhan. Dia kemudian menghubungi saya dengan niat meminjam uang, saya gak tega dengan keadaannya saat itu dan akhirnya saya kirim beberapa ratus ribu untuk dia menyambung hidupnya di tanah anarki itu.
Satu bulan berlalu, dia belum menerima gaji yang pantas karena masih dalam tahap training kerja, dan ketika uangnya sudah benar-benar habis, dia hanya makan mie instant sisa, lalu pemilik kontrakkan sudah siap mengusirnya jika uang pembayarannya terlambat, dan pekerjaan di pabrik itu sangat membuatnya kaget karena ternyata dia hampir seperti robot dimana jam kerja yang sangat menyiksa dan mengganggu jam istirahatnya dan akhirnya dia mulai merasakan sakit mulai dari flue, batuk, pusing, insomnia, bahkan demam tinggi yang membuatnya harus ke dokter kala itu.
Di bulan berikutnya dia sudah mulai baikan, ketika gajiannya sudah cair dan dia bisa membeli berbagai kebutuhan serta membayar hutangnya, kini dia bisa sedikit tenang bekerja di pabrik itu. Namun dia masih belum bisa menyesuaikan keadaan pabrik dengan kondisi tubuhnya, dia masih sakit-sakitan karena jam kerja yang sangat padat. Bayangkan saja kala itu dia bercerita bahwa dia berangkat kerja jam 2 siang sampai jam 4 pagi, lalu dia pulang dan tidur dan siangnya dia harus berangkat lagi, ok mungkin kalau dia bisa istirahat ceritanya akan berbeda, namun sayangnya karena tekanan yang cukup berat membuatnya insomnia dan membuatnya tak bisa tidur. Bahkan dia mengklaim jam tidurnya hanya sekitar 1-3 jam saja dalam satu hari, dan dia benar-benar seperti orang stress saat itu.
Yang sangat saya sesalkan adalah ketika dia akhirnya mengambil jalan alternativ yang salah, dia mulai mengkonsumsi minuman beralkohol untuk menenangkannya, dia mulai main wanita nakal untuk membuatnya senang, dan dia mulai memasuki tempat hiburan malam hanya untuk menghindari stressnya itu. Bahkan saya sendiri terdiam dengan segala kisah buruknya itu, saya susah untuk menasehatinya karena saya tahu keadaannya kala itu memang sangat sulit.
Saya hanya berdo'a semoga dia bisa bertahan dan merubah gaya hidupnya itu, seberapapun kerasnya hidup ini, itu adalah pilihan yang telah dia ambil, dia harus mempertanggungjawabkan pilihannya itu dan memperjuangkannya. Saya baru tahu ternyata bekerja sebagai buruh pabrik sangat berat, mau tidak mau saya hanya harus bersyukur dengan keadaan saya saat ini yang masih bisa lebih santai dalam menjalani hidup ini.
0 comments:
Post a Comment