Suatu hari ada anak seorang kyai yang akan berangkat ke tempat temannya yang jaraknya 30 menit menggunakan sepeda motor. Anak ini berangkat sehabis sholat mahrib berjamaah di masjid, dia memakai jaket dan helm untuk menghalau hawa dingin di senja kala itu. Sebelum berangkat anak ini pamit dulu kepada ayahnya yang seorang kyai, dan ayahnya hanya berpesan agar hati-hati di jalan, jangan lupa berdo'a dan jangan pulang terlalu malam.
Keluar dari gerbang rumah, anak ini melaju dengan santai sembari memperhatikan jalan berlubang dan pemandangan gelap yang ada di samping jalan. Rumahnya memang berada di sebuah desa yang sepanjang jalan masih diselimuti dengan pepohonan dan hutan belantara, sehingga kalau malam hari suasana cukup mencekam.
Beberapa menit meninggalkan rumahnya, anak ini memasuki jalanan panjang yang berliku dan sepi, sepanjang jalan tak ada rumah yang ditemui karena memang itu adalah kawasan hutan dengan pohon tinggi yang lebat. Seketika anak ini merinding dan merasakan hawa dingin yang berbeda, angin juga tiba-tiba berhembus dengan kencang menggoyangkan dahan pada pohon yang membuat seakan daun-daun di pinggir jalan melambai kepadanya.
Di tengah suasana yang mencekam itu, entah kenapa motor yang dikendarainya menjadi sangat berat, bahkan dengan menggunakan gigi paling rendah dan gas yang sangat tinggi tetap saja tidak mau melaju kencang, rasanya motor itu seperti ditumpangi 10 orang yang membuat bebannya sangat berat. Tiba-tiba saja ada rambut yang menyibak di atas helm-nya dan menutupi pandangannya, sontak anak ini kaget dan dia hanya bisa membaca do'a agar selamat dan tidak terjadi apa-apa, dia menyibakkan rambut itu ke belakang agar tidak menutupi pandangannya, namun entah kenapa rambut itu kembali menutupi helm dan mengganggu pandangannya lagi, berkali-kali dia menyibakkan rambut itu ke belakang lagi tetap saja kembali ke depan.
Dengan keadaan yang sudah sangat menakutkan itu, anak ini mulai panik, motornya susah untuk berjalan lancar, ada yang menumpang dan terlihat seorang wanita memakai pakaian putih berada di jok belakangnya, lalu rambut itu masih terus mengganggunya di jalan. Akhirnya anak ini berhenti tanpa menoleh (karena takut), dia lalu dengan terbata-bata berkata "kalau mau ikut ya gak papa, tapi rambutnya jangan mengganggu pandangan", lalu dia melanjutkan perjalanannya lagi dan entah kenapa rambut itu tak lagi menutupi helm-nya.
Perjalanan yang mencekam itu terus dilanjutkan, hingga hampir sampai di rumah temannya, anak ini melewati sebuah jembatan yang sepi, sehabis melewati jembatan itu entah kenapa motor yang sedari tadi terasa berat menjadi enteng dan lancar lagi. Iseng dia melihat ke spion dan ternyata di belakang tepat di jembatan itu, ada sosok wanita yang memakai baju putih (kuntilanak) sedang berdiri dan melambaikan tangannya. Buru-buru anak ini mempercepat laju motornya menuju ke rumah temannya.
Sesampainya di rumah temannya, dia menceritakan kejadian yang menimpanya tadi, dan temannya malah tertawa terbahak-bahak dan berkata, "bego loe, kenapa gak minta bayaran ojeknya tadi hahahaa".
0 comments:
Post a Comment