Ada seorang buruh pabrik yang memiliki keluarga di kampung, dia sudah punya 2 anak, yang satu mau lulus SMA dan berencana akan melanjutkan kuliah, sedangkan yang satu sudah mau lulus SMP dan berencana melanjutkan ke SMA mengikuti jejak sang kakak.
Malam itu istrinya menelpon dari kampung, memberitahukan bahwa biaya pendaftaraan kedua anaknya sekitar 20 juta, dan istrinya berkata bahwa tabungan pendidikan keluarganya hanya tinggal 5 juta karena telah dipakai untuk biaya mendadak saat anaknya sakit beberapa waktu yang lalu. Sang pria sebenarnya sudah bingung dan seakan buntu karena tidak tahu harus mencari uang darimana lagi, namun dia mengiyakan dan akan segera mengusahakan uang untuk anaknya yang akan meneruskan pendidikannya itu.
Sang pria semakin bingung ketika pengajuan pinjaman ke kantor ditolak dengan alasan terlalu besar dan memang dia masih punya hutang ke kantor, jadi tidak boleh meminjam dulu sebelum lunas. Dia sempat meminjam ke teman-temannya namun tak ada satupun yang bisa memberikan pinjaman karena memang sudah memiliki kebutuhan sendiri. Malam itu dia benar-benar bingung mencari uang untuk anaknya sekolah, ditambah dengan informasi dari rumah bahwa batas pendaftaran tinggal satu minggu lagi, dan sebelum itu sudah harus ada uangnya.
Kelam malam itu pikiran orang ini, dia tidak tahu harus mencari uang darimana lagi. Iseng-iseng dia menemukan kontak kerja yang dia simpan di lemari kontrakkannya, dan tanpa sadar dia membaca tentang santunan kecelakaan kerja dari kantor untuk para buruh, kala itu dia seakan mendapatkan jalan untuk mendapatkan uang, namun jalan yang tidak disangka sama sekali dan terbilang nekad.
Besoknya ketika kerja, sang pria nekad meletakkan tangannya agar terjepit mesin, seketika itu juga keempat jari kirinya hancur. Setelah diobati di rumah sakit, kemudian di urus dengan segala peraturan, akhirnya sang pria ini mendapatkan uang yang lebih dari cukup dari santunan kecelakaan kerja, dia lalu mengirimkan uang itu ke rumah untuk biaya mendaftar sekolah anaknya. Sang istri sempat bertanya sumber uang itu, namun pria ini hanya berkata bahwa dia mendapat rejeki.
Setelah beberapa bulan berlalu, sang pria pulang kampung ingin menemui keluarganya, sesampainya di rumah dia tersenyum bahagia ketika anak pertamanya mulai menceritakan pengalaman barunya di bangku kuliah, anak keduanya juga tak kalah dengan semangat menceritakan bahwa dia punya banyak teman di SMA, yah sang pria bahagia mendengar anak-anaknya bisa melanjutkan sekolah dan dia berharap anaknya bisa menjadi orang sukses nantinya. Namun suasana bahagia itu berubah ketika sang istri menangis, melihat keadaan tangan suaminya yang diperban, setelah diinterogasi oleh anak istrinya, dia mengaku bahwa dia mengalami kecelakaan kerja dan kehilangan keempat jarinya, namun dia juga berkata bahwa dia masih bisa bekerja di sana tanpa terkena PHK, dan pecahlah tangis dari keluarga itu mengetahui keadaan sang pria kala itu, namun mereka belum tahu situasi yang sebenarnya.
Sang pria tak pernah menceritakan keadaan sebenarnya yang dia alami, pilihan nekad yang dia ambil demi anaknya, hingga akhirnya mereka sudah sukses dan sang pria memilih pensiun dari pabriknya. Kala itu sang pria baru berani menceritakan kejadian yang dia alami dulu, dimana dia merelakan keempat jarinya agar mendapat santunan dari pabrik guna bisa menyekolahkan anaknya, dan dia bangga bisa melihat anaknya sudah sukses seperti saat ini, dia merasa tidak menyesal sama sekali demi anaknya. Berbeda dengan anak dan istrinya, mereka semua menangis sejadi-jadinya, mereka sangat malu dengan dirinya yang selalu merepotkan sang ayah, istrinya malah sempat pingsan karenanya. Namun nasi sudah menjadi bubur, walau pilihan sang pria salah, namun saya akui bahwa dia adalah seorang pria sejati!
Terkadang kita sebagai anak memang tidak tahu diri, kala kita membutuhkan uang, kita meminta dengan paksa kepada ornag tua kita, kita tidak peduli darimana mereka mendapatkan uang, bahkan kita tidak peduli sama sekali jika mereka sedang ada masalah sekalipun. Ayah, beliau adalah orang yang kalah dekat dengan kita sebagai anak, karena kita lebih sering dekat dengan ibu kita, namun dari seorang ayahlah kita bisa tidur tenang, perut kenyang, dan merasa aman, dialah sosok yang mau merelakan segalanya asalkan anak-anaknya bisa tercukupi.
Ayah...dari keringatmu kami bisa makan, dari perjuanganmu kami bisa sekolah, dari lelahmu kami bisa hidup nyaman, entah apa kami bisa sedikit membahagiakanmu dengan prestasi dan kesuksesan kami. Maafkan kami sebagai anakmu yang tidak bisa membalas budi, maafkan kami yang selalu merepotkanmu, maafkan kami yang menjadi beban dalam hidupmu.... Aku menyayangimu ayah...
0 comments:
Post a Comment