Saya memiliki seorang teman pria, dia adalah sosok yang terlihat sehat dan aktif, dia adalah atlet futsal di kampus. Namun dibalik itu semua, dia ternyata adalah seorang pengidap gagal ginjal, dibalik sosok yang terlihat sehat, dia memiliki gaya hidup yang buruk. Kebiasaan begadang, makan mi instant, kurang air putih, pola makan yang tak teratur, dan konsumsi minuman penambah stamina yang berlebihan membuatnya mengalami gagal ginjal. Dokter memprediksi bahwa hidup teman saya tak akan bertahan lebih dari 3 bulan, sontak saat itu teman saya langsung shock dan kecewa, dia merasa tak memiliki semangat hidup lagi.
Dengan keadaannya kala itu, dia menjalani hidupnya dengan malas, dia tak mau lagi berangkat kuliah, dia tak mau lagi berkumpul bersama teman-temannya, dia hanya mengurung diri di kamarnya, dia dihantui dengan penyakitnya itu. Namun ternyata dia adalah seorang pria, dia tak mau menyerah terus-terusan dengan panyakitnya itu, dia melanjutkan hidupnya dan berserah diri kepada Tuhan. Akhirnya dia mulai masuk kuliah kembali, menjalani hari-harinya seakan dia tak memiliki penyakit, dia terlihat sehat dan bisa beraktivitas dengan normal, walau setiap minggu dia harus menjalani cuci darah di rumah sakit dan mengatur pola makannya.
Di tengah perjuangannya, dia mengenal seorang wanita cantik yang perhatian dengannya, mereka kemudian saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Hari-hari teman saya semakin berwarna, mereka bisa saling mendukung satu sama lain, dan merencanakan akan segera menikah di awal tahun. Namun takdir Tuhan berkata lain kala itu, teman saya yang divonis dokter hanya memiliki waktu 3 bulan memang bisa bertahan hingga 1 tahun lebih, dan hal itu membuat dokter sangat kaget dengan kegigihan dan daya tahan teman saya. Dan setelah satu tahun bertahan, siang itu teman saya pingsan di rumah, tubuhnya lemas dan dingin, dia dilarikan ke rumah sakit dan menjalani perawatan di sana.
Dia terbangun di ruangan UGD, dengan alat bantu pernafasan dan infus yang menempel di tangannya, dia memandang di sekitar ruangan itu, terlihat orang tua, saudara, sahabat, dan tentu saja kekasihnya ada di sana, mereka semua menangis dan bersedih, namun tidak dengan teman saya. Dia memaksakan diri untuk duduk, lalu tersenyum dan menyuruh orang di ruangan itu untuk berhenti menangis, dia berkata bahwa dirinya baik-baik saja, sontak hal itu membuat orang di ruangan itu senang mendengarnya. Kemudian dia mulai berbincang-bincang dengan kekasihnya,
Teman saya : Kamu kenapa menangis?
Kekasihnya : Gak kenapa-kenapa yank, aku sedih lihat keadaan kamu.
Teman saya : Tenang aja, aku gak pap kok, aku kan udah janji mau menikahi kamu tahun depan.
Kekasihnya : Iya yank, kamu yang kuat yah, kamu harus sehat dan kita akan segera menikah.
Teman saya : Ya udah kamu jangan nangis donk, aku jadi sedih tau liat kamu nangis
Kekasihnya : (tersenyum) iya yank.
Teman saya : Ya udah kamu pulang dulu yah, kamu pasti capek nungguin aku disini terus, kamu istirahat dulu di rumah gih
Kekasihnya : Gak mau yank, aku mau jagain kamu aja
Teman saya : Udah kamu pulang aja dulu, kan masih ada mama sama papa aku di sini
Kekasihnya : Iya yank aku nurut, tapi nanti malam aku nginep di sini lagi yah, aku mau jagain kamu.
Teman saya : Iya terserah kau, tapi ijin dulu sama orang tua yah
Kekasihnya : Iya yank...yaudah aku pulang dulu yah.
Teman saya : iya.
Setelah sang kekasih pulang, entah kenapa tiba-tiba kondisi teman saya semakin parah, dia lemas tak sadarkan diri, dokter menocoba menolong dengan memberikan penanganan namun sia-sia karena teman saya sudah tak bisa bertahan lagi, dia menghebuskan nafas terakhirnya sebelum malam tiba. Seperti sebuah isyarat dari rasa cintanya, teman saya seakan tak ingin kekasihnya melihatnya kesakitan saat dia pergi. Dia bertahan demi kekasihnya, dia pergi dengan tenang dan tak ingin kekasihnya sedih melihatnya saat pergi.
Malam itu kekasihnya buru-buru ke rumah sakit, dia senang melihat tadi siang sang pujaan hati sudah sadar, namun ketika memasuki ruangan, dia kaget melihat kekasihnya sudah membujur kaku, dia lemas dan tak bisa menahan diri, dia meronta-ronta dan seakan tak percaya mendapati kekasihnya yang sudah meninggal.
Kekasih : Sayank bangun... (sambil menggoyang-goyangkan tubuh teman saya) bangun, katanya kamu mau menikahiku tahun depan, ayo sayang kamu pasti bisa bertahan, bangun sayang... (dengan jeritan dan air mata yang mengalir deras)
Dokter dan perawat : (menahan kekasih itu) Sudah mba ikhlaskan dia mba, dia sudah pergi dengan tenang.
Kekasih : Gak dokter, dia udah berjanji mau menikahi saya dokter, saya tau dia gak pernah ingkar janji
Ibu teman saya : Nak udah yah (sambil menangis), biarkan dia pergi dengan tenang, jangan kamu tangisi seperti itu, nanti dia sedih di sana.
Kemudian kekasih itu pingsan karena tak bisa menahan diri, dia tak mampu menahan kesdihannya karena kepergian kekasihnya itu, dia seakan tak menerima bahwa dia ditinggalkan orang yang sangat dia cintai, dia tak tahu harus berbuat apa saat itu.
Ketika pemakaman berlangsung, sang kekasih tak diizinkan untuk datang ke sana, karena pihak keluarga tahu bahwa kalau dia melihat mayat sang kekasih dikuburkan akan membuatnya histeris. Akhirnya kisah cinta mereka berhenti karena takdir Tuhan, perjuangan teman saya berhasil, karena dia bisa melawan vonis dokter, teman saya bisa berjuang melawan penyakitnya hingga hampir satu tahun lamanya, dan keluarga yang ditinggalkan mengikhlaskan teman saya, di pemakaman banyak pelayat yang datang untuk mengantarnya ke peristirahatan terakhirnya, kami semua menangisinya dengan kesedihan, kami tahu dia adalah orang yang kuat, dia adalah seorang Pria.
FYI : ini adalah kisah nyata teman kuliah saya, ada beberapa bagian yang berbeda namun hampir 90% adalah kisah nyata.
0 comments:
Post a Comment