Kala itu suamiku meninggal dunia karena sakit, kesdihan menyelimutiku dan kedua anakku yang masih kecil, kami merasakan kehilangan sosok yang sangat kami sayangi, namun apalah daya kami, itu adalah Kuasa Tuhan yang lebih mencintai sosoknya.
Selepas kepergian suamiku, aku masih memikirkan anak-anakku, aku bingung untuk merawat mereka karena selama ini aku bergantung dari hasil kerja suamiku, kini aku sudah tak mendapatkan uang lagi, aku seorang ibu rumah tangga, dan anak-anakku masih sangat kecil. Keadaan itu membuatku bingung, sempat aku meminta pendapat kepada keluarga dan tetanggaku, beberapa mereka menyarankan agar aku segera mencari suami lagi, namun dengan umurku yang sudah terlalu tua cukup sulit mendapatkan suami baru, ada juga yang menyarankan agar aku merantau entah ke luar kota atau mungkin luar negri untuk mendapatkan penghasilan dan bisa membiayai anak-anakku, namun aku terlalu sayang dengan mereka, aku ingin berada di samping mereka selalu untuk memperhatikan mereka tumbuh dewasa. Akhirnya aku memutuskan untuk menjalani pekerjaan berat di tempat tinggalku, aku lakukan pekerjaan berat dengan upah yang sangat kecil itu hanya untuk bertahan hidup dan bisa membiayai pendidikan anak-anakku, aku ikhlas yang penting anak-anakku bisa sukses, itulah prinsip hidupku saat itu.
Aku menjadi kuli panggul di pasar, aku membantu para petani kala mereka panen, aku menjadi buruh cuci bagi tetanggaku, aku terkadang menjadi pembantu dadakan jika tetanggaku sedang punya acara, dan pekerjaan lainnya yang terkadang membuatku kelelahan. Aku melakukan semua itu dengan ikhlas, aku senang ketika mendengar anak-anakku mendapatkan ranking di sekolahannya, aku merasa sangat beruntung memiliki anak-anak yang rajin dan penurut, mereka tak banyak menuntutku, mungkin mereka tahu keadaan hidup keluarga kami. Terkadang di malam hari aku menangis, aku memberitahukan suamiku bahwa aku dan anak-anaknya bahagia, kami berjanji akan terus berjuang, aku selalu mendoakan semoga suamiku mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.
Entah bagaimana jalannya, aku selalu mendapatkan rejeki yang tak terduga ketika anak-anakku membutuhkan biaya untuk sekolahnya, ada saja orang baik yang terkadang memberikan kami bantuan cuma-cuma, saudaraku yang selalu siap membantu kami ketika kami membutuhkan bantuan juga membuat kami cukup tenang, aku tahu Tuhan selalu ada untuk kami, aku tahu Tuhan selalu bersama hambanya yang mau berusaha.
Tak terasa tahun ini, anak pertamaku lulus SMK, dia sudah menjadi seorang pemuda yang siap untuk bekerja, dia lulus dengan predikat terbaik di sekolahnya. Kala itu dia mendapat tawaran beasiswa untuk kuliah gratis di beberapa universitas, namun dia lebih memilih untuk segera bekerja, sepertinya dia tidak tega melihat ibunya ini bekerja keras terus-menerus. Beberapa bulan kemudian dia bekerja di luar kota, di salah satu pertambangan, hal itu cukup membuatku khawatir dan sedih karena harus berpisah dengannya, namun hanya restu dan do'a yang bisa aku berikan padanya, semoga dia menjadi orang yang sukses di sana. Anak bungsuku masih sekolah di SMP, aku masih harus bekerja keras untuk membiayainya, aku yakin aku masih punya tenaga untuk membuatnya menjadi orang sukses juga.
Beberapa bulan setelah anak pertamaku bekerja, dia pulang ke kampung halaman, aku sangat senang melihat kepulangannya, aku memeluknya dengan rasa rindu yang sangat besar, kami menangis karena bahagia. Dia menceritakan berbagai pengalamnnya saat bekerja, dan dia berkata bahwa gajinya besar dan dia diangkat menjadi karyawan tetap di perusahaan itu, antara sedih dan bahagia saat mendengarnya, namun aku tetap mendoakan yang terbaik untuknya. Sebelum kembali ke tempat kerjanya, dia memberikan aku dan adiknya uang yang cukup banyak, dia memberikannya untuk membiayaiku dan adiknya, cukup banyak, bahkan sangat banyak jika dibandingkan uang yang biasa kami pakai selama ini, mungkin ini jatah hidup kami selama 3 bulanan, yah kami hanya bisa berterimakasih dan bersyukur.
Beberapa tahun kemudian anak bungsuku lulus SMA, kali ini dia tidak mengikuti kakaknya untuk langsung bekerja, dia memilih untuk kuliah, karena keuangan kami saat itu mulai membaik, uang kiriman rutin dari anak pertamaku cukup untuk membiayai adiknya kuliah, aku sangat bahagia, sungguh aku sangat bersyukur kepada Tuhan.
Kini anak pertamaku tinggal di luar kota, di tempat kerjanya, dia sudah memiliki rumah dan keluarga, yah dia menikah dengan orang pribumi di sana, dan aku tinggal bersama anak bungsuku, bersama keluarga barunya, yah dia kini sudah meniikah dan memiliki 2 orang anak yang sangat aku sayangi, aku kini menjadi seorang nenek yang sudah tua hehehee aku merasa baru kemarin aku ditinggalkan oleh suamiku dan kini aku sudah melihat anak-anakku tumbuh dan sukses, terimakasih Tuhan kau membuat hidupku bermakna.
0 comments:
Post a Comment