Malam itu seorang ibu yang sudah cukup tua sedang bersedih hati, pasalnya suaminya dipecat dari pekerjaannya dan mereka sudah tak lagi memiliki uang saat itu karena sisa uang yang mereka miliki habis untuk membayar hutang-hutang mereka. Ibu itu cukup terpukul dan merenung di kamarnya, sementara suaminya memilih untuk pergi mencari pekerjaan baru atau usaha lain untuk sekedar mendapatkan uang sebagai penyambung hidupnya.
Esok paginya anak semata wayangnya yang baru berumur 7 tahun terbangun, dia bersiap untuk berangkat ke sekolah dengan gembira. Melihat anaknya yang ceria pagi itu, sang ibu jadi tak tega kalau dia harus memberitahukan kesusahan keluarganya itu. Sang ibu membuang rasa malunya dan datang ke rumah tetangganya untuk meminjam uang guna membeli sarapan dan untuk uang saku anaknya. Setelah mendapatkan pinjaman dari tetangganya yang tak seberapa, si ibu kemudian ke warung membeli 2 bungkus mi instant dan sisa kembaliannya akan dia berikan kepada anaknya untuk uang saku.
Ibu : nak hari ini makan mi aja yah, kayaknya bosen juga tiap hari sarapan pakai nasi (si ibu pura-pura untuk menutupi kesusahannya)
Anak : yah ntar gak kenyang bu
Ibu : gak apa-apa nak, sekali-kali kan kamu bosen kalau tiap hari nasi terus
Anak : ya udah deh bu gak apa-apa, tapi uang sakunya tambah yah, nanti aku jajan di kantin aja kalau lapar
Ibu : (terdiam dan beranjak ke dapur)
Di dapur sang ibu memasak mi instant untuk anaknya itu, sembari dia mengusap air matanya yang terus menetes karena merasa bersalah dengan keadaannya saat ini. Dia ingin memendam masalah ini bersama suaminya saja, dan berharap anaknya tak tahu. Setelah matang, lalu sang ibu memberikan semangkuk mi instant untuk anaknya, dan sang anak menyantapnya dengan lahap. Si ibu sebenarnya juga lapar, tapi dia sudah cukup bahagia dengan melihat anaknya tak kelaparan pagi itu, sambil sang ibu menahan air matanya dia menemani anaknya sarapan pagi. Setelah selesai, sang ibu memberikan uang saku kepada anaknya, uang kembalian dari pembelian mi instant yang tadi dia pinjam dari tetangganya.
Setelah sang anak berangkat sekolah, si ibu kembali murung di kamar, dia bingung dengan keadaannya saat itu, belum lagi suaminya yang tak pulang-pulang dan uang di rumah sudah habis, sedang persediaan makanan juga tak ada. Akhirnya matahari mulai meninggi, perut si ibu mulai terasa lapar, dan dia ingat masih ada sisa satu bungkus mi instant yang tadi pagi dia beli, kemudian si ibu memasak mi intant itu dan berniat memakannya sebagai pengganjal perut karena memang dari semalam sang ibu belum makan dan rasa laparnya tak tertahankan lagi.
Setelah selesai memasak mi instant, si ibu membawa mi itu ke meja makan, namun belum juga dia memakannya, ternyata anaknya sudah pulang sekolah,
Ibu : loh nak tumben kamu pulang cepat
Anak : tadi ada rapat guru bu, jadi kami disuruh pulang
Ibu : owh gitu yah, ya udah kamu ganti pakaian dulu gih
Anak : (menengok meja makan) eh itu mi buat aku yah bu? Aku masih lapar nih gara-gara tadi pagi cuma sarapan mi aja
Ibu : (tersenyum sambil menahan air matanya) iya nak ini ibu buatin untuk kamu, maaf yah kamu jadi gak kenyang tadi pagi
Anak : (tersenyum senang) wah makasih banyak yah bu
Dan sang anak menghabiskan semangkuk mi instant yang sebenarnya adalah makanan terakhir si ibu, rasa lapar yang dirasakan ibu tak lagi dia pikirkan, karena melihat anaknya bisa tersenyum senang dan tak kelaparan saja sudah membuatnya bahagia.
Itulah kebohongan ibu kita, kebohongan yang bahkan tidak kita ketahui sama sekali, kita sebagai anak memang tak pernah ingin tahu keadaan orang tua kita, yang kita pikirkan hanya uang saku, makanan enak, dan mereka selalu ada untuk kita di saat kita membutuhkan mereka. Namun apa balasan kita sebagai seorang anak? Bahkan terkadang kita seakan membuang mereka saat kita sukses dan mereka mulai memasuki masa tuanya, tak jarang banyak anak yang mengirmkan orang tuanya sendiri ke panti jompo hanya karena tak mau direpotkan oleh orang tua. Nangis kalau kita tahu pengorbanan orang tua kita, tapi apa yang kita berikan kepada mereka, kiat seakan menjadi orang yang tak tahu balas budi terhadap orang tua.
Sayangilah orang tuamu selagi kau masih bisa bersamanya, karena di luar sana banyak anak yang bahkan tak sempat merasakan kehangatan pelukan orang tuanya, dan mereka tak tahu bagaimana rupa orang tuanya.
0 comments:
Post a Comment