Kisah Sukses Penjual Cimol Keliling

Cimol adalah makanan ringan yang saat ini digemari oleh banyak kalangan masyarakat, berbahan dasar tepung kanji (kalau tidak salah hehehee) digoreng dan ditaburi bumbu beraneka rasa membuat cimol menjadi salah satu jajanan sejuta umat. Nah saya pribadi adalah penikmat cimol, apalagi kalau dinikmati dengan segelas kopi hitam, wuihhh itu adalah quality time banget. Saya adalah langganan salah satu penjual cimol di pinggir jalan, dia adalah penjual cimol yang kini sukses.

Sekitar tahun 2013 lalu, saya sedang memacu roda dua saya di sekitaran kota, saat itu saya ingin membeli jajanan yang gurih dan enak, setelah lama berkeliling dan melihat-lihat di sepanjang jalan, tidak ada jajanan yang pas dengan keinginan saya. Akhirnya saya memutuskan untuk melewati salah satu jalan yang cukup sepi di sana, dan entah kenapa pandangan saya tertuju kepada sebuah gerobak kecil dengan seorang penjual, saya dekati dan perhatikan, ternyata itu adalah penjual cimol. Saat itu saya tidak tahu apa itu cimol, bagaimana rasanya, dan berapa harganya. Iseng saja saya menanyakan harganya, ternyata cuma 5 ribu sudah dapat satu bungkus besar cimol, tanpa pikir panjang saya merogoh uang dari saku saya dan membeli cimol tersebut. Pas ditanya rasanya, saya bilang pedas dan asin, saya bilang juga supaya pedas super. Ketika pertama kali mencicipinya, saya langsung jatuh cinta, satu bungkus cimol itu saya habiskan dengan cepat, namun ternyata saya kepedasan karena bumbu pedas yang ditaburkan sangat banyak, sempat diare beberapa hari karena cimol itu, namun entah kenapa saya malah ketagihan dengan cimol tersebut.

Beberapa kali saya datang ke tempat itu, para pembeli tak terlalu banyak, namun penjual cimol itu hanya beroperasi dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang saja, menurut penjual cimol yang cukup tua itu, jualannya selalu habis sebelum jam 2 siang. Beberapa bulan berikutnya ketika saya datang membeli cimol tersebut, saya kaget karena banyak mobil yang parkir di sekitar gerobak itu, ditambah puluhan motor yang parkir di sana, entah ada apa saya tidak tahu saat itu. Ketika mendekat, ternyata mereka sedang mengantri cimol, buset pembelinya sekarang banyak banget, belum matang sudah diboking sama yang beli. Kala itu, untuk membeli 1 bungkus cimol saja, saya harus mengantri hingga hampir 10 menit karena saking banyaknya pengunjung gerobak cimol itu.

Berselang satu tahun, ketika saya mau membeli cimol itu lagi, suasana yang disuguhkan tak jauh berbeda, antrian pembeli sangat banyak, gerobak itu seperti gula yang dikerubuti semut. Saat itu penjual cimol sudah memiliki satu orang pegawai yang membantunya dalam menjual cimol. Selang beberapa bulan, sang penjual lalu mengembangkan usahanya, dia membuka dagangan makaroni dan es cincau, walau tak seramai cimol yang dia jajakan, namun lama-kelamaan jualan itu juga ikut ramai. Tahun ini saya melihat, sang penjual sudah tidak terlalu aktif untuk jualan, dia hanya mengkoordinasi para pegawainya, saat ini dia memiliki 3 gerobak yang menjual cimol, makaroni, dan es cincau, dengan 5 orang pegawai.

Hanya dalam jangka waktu 2 tahun, penjual cimol dengan gerobak di pinggir jalan sudah mampu membuka usaha lain, menyewa pegawai hingga 5 orang. Menurut saya itu adalah usaha yang berkembang dengan sangat cepat, dengan jualan berupa cimol di pinggir jalan, ingin rasanya saya jualan cimol juga, tapi takut anti habis saya makan sendiri hehehee.

Sukses ternyata tidak selalu harus dengan usaha yang mewah, mahal, dan besar, dengan cimol yang dijual dengan harga beberapa ribu saja sudah bisa membuat penjualnya sukses, semua itu ada kalanya, semua itu butuh perjuangan, sukses milik semua orang yang mau memperjuangkannya.

Updated at: 8:25 PM

0 comments:

Post a Comment