Pagi itu saya berangkat kerja tanpa sarapan pagi, lauk di rumah tidak terlalu membuat saya bernafsu untuk sarapan pagi, namun sesampainya di tempat kerja, perut saya berontak karena kelaparan. Iseng saya keluar dan mencari makan untuk mengganjal rasa lapar, sampailah saya ke sebuah outlet bubur ayam, tempatnya tak terlalu besar namun sangat ramai. Setelah memesan satu mangkuk bubur ayam, saya menikmatinya dengan lahap, benar-benar enak dan lezat, berbeda dengan bubur ayam yang biasa saya makan dari penjual keliling. Sambil melihat-lihat tempat bubur ayam itu, saya menemukan sebuah selebaran pengumuman, ternyata alamat cabang lain dari bubur ayam tersebut, wah ada 5 tempat berbeda.
Sepulangnya dari tempat bubur ayam itu, saya bercerita kepada teman saya tentang penjua bubur ayam itu, dia ternyata sudah tahu tentang bubur ayam itu, lalu dia menceritakan perjuangan penjualnya yang tak lain adalah tetangganya sendiri.
Beberapa tahun yang lalu, ada seorang bapak-bapak yang membuka usaha bubur ayam dengan gerobak, dia selalu berkeliling komplek setiap pagi dan sore hari. Orang-orang di sana sangat menyukai bubur tersebut karena rasanya enak, jualannya selalu habis bahkan terkadang ada pelanggan yang kecewa karena tidak kebagian. Hanya berselang beberapa bulan, sang penjual membuka sebuah warung bubur ayam, dan ternyata warungnya itu ramai pengunjung. Jam operasi mulai dari jam 7 pagi hingga jam 7 malam, dan hampir selalu habis dagangan yang dijajakannya. Tak butuh waktu lama, kemudian penjual itu membuka cabang di tempat lain, yang kemudian diikuti dengan cabang-cabang lain hingga sekarang dia memiliki 5 cabang bubur ayam dengan karyawan sekitar 15 orang.
Pelayanan di tempat itu sangat profesional, ketika pelanggan datang maka penjual langsung menawarinya, dengan cekatan dia mempersiapkan pesanan, dan hal sederhana seperti itu membuat pelanggan menyukainya. Tempat jualannya tak telalu besar, namun sangat bersih, dengan berbagai aksesoris yang dipajang membuat para pelanggan betah di sana. Harga yang ditawarkan lumayan murah, hanya Rp 7.500, 00, dan kemarin saya melihat penjualannya sudah mencapai 500rb mangkuk dalam satu tahun yang artinya dalam satu hari menjual sekitar 1.500 mangkuk bubur ayam, saya tahu karena ada selebaran yang dipajang di sana. Yah saya pikir pemiliknya adalah orang yang modern, dia mau mengeluarkan uang untuk hal sepele seperti itu, namun sangat mencuri perhatian pengunjung.
Kini sang pengusaha memiliki beberapa mobil, dengan usaha yang terus berkembang, kini dia menjadi salah satu orang kaya di daerah saya, dengan berjualan bubur ayam saja. Seperti kesuksesan Tukang bubur yang naik haji, di tempat saya juga ada penjual bubur yang sukses seperti bang Sulam, namun saya kurang paham apakah dia sudah haji atau belum hehehee.
0 comments:
Post a Comment