Suatu ketika saya bersama saudara saya akan melakukan perjalanan ke kota sebelah, kami bermaksud untuk datang ke tempat saudara yang sedang melakukan acara pernikahan. Namun saat itu hujan turun dengan derasnya sepanjang hari, sedangkan mobil yang akan dipakai menuju ke sana adalah mobil bak terbuka dengan penumpang yang berjumlah 5 orang, jadi mau tidak mau 3 diantara kai harus di belakang. Karena itu juga kami akhirnya menunda perjalanan kami hingga malam hari dikarenakan tidak adanya terpal pelindung di belakang.
Setelah hujan reda, sekitar jam 7 malam, akhirnya kami berangkat menuju tempat saudara yang sedang meakukan acara pernikahan itu, namun sangat disayangkan ternyata kami terlambat karena acaranya sudah selesai, namun tak apa yang penting kami sudah berniat untuk datang. Di awal perjalanan kami tidak menemui hal yang aneh, kami melaju dengan normal tanpa ada hambatan, namun beberapa kali kami tersesat karena kami semua kurang paham daerah saudara kami itu. Perjalanan kami yang tadinya melewati perkotaan akhirnya selesai dan memasuki jalur yang cukup berbahaya dimana jalanan yang kami lalui adalah jalanan menanjak dan menurun dengan dikelilingi hutan belantara, dan jalur itu terkenal sangat berbahaya karena banyak kejadian mistis di sana dan juga sering terjadi perampokan dan begal di saerah itu.
Di sepanjang jalan itu kami yang di belakang seakan terdiam karena agak ketakutan, ditambah dengan hujan yang turun lagi saat itu, kami semakin tidak karuan. Saya yang semakin kedinginan karena angin malam dan hujan yang cukup lebat akhirnya masuk angin dan hampir muntah, saya tahan-tahan agar tidak muntah karena saya malu. Di tengah perjalanan, saya kaget karena mobil kami tiba-tiba berhenti, segera saudara saya menanyakan kepada sopir perihal berhentinya mobil itu, dan setelah melihat ke depan ternyata ada segerombolan anak muda yang berpakaian aneh dan berdiri mencegat mobil kami. Melihat hal itu, kami sempat ketakutan dan mempersiapkan diri dengan senjata seadanya, ada kunci inggris, ban mobil, dan benda keras lainnya kalau-kalau ini adalah sebuah perampokan. Satu orang dari mereka datang mendekat, kemudian tanpa basa-basi dia berkata kepada sopir,
"pak nebeng ya, sampai perempatan yang di depan, udah capek nih",
sopir menjawab "berapa orang? numpang doank kan gak mau ngerampok?"
"iya pak, kami cuma numpang aja kok gak mau niat jahat", kata salah satu anak itu.
Setelah dipersilakan masuk di belakang, saya hitung ada sekitar 10 anak yang ikut nebeng dalam mobil itu, dengan mobil kecil yang kami kendarai ditambah 10 penumpang lagi, maka mobil kami seperti kelebihan beban dan akhirnya hanya bisa berjalan dengan lambat. Saya iseng menanyakan siapa mereka dan tujuan mereka, karena jujur saya agak penasaran dengan mereka saat itu, dengan gaya yang nyleneh. Mereka menjawab bahwa mereka adalah anak punk, dan mereka sedang menuju ke Jogja untuk mengikuti sebuah pesta akbar anak punk, dan mereka berjalan kaki menuju jogja hanya bermodalkan nekad tanpa membawa uang sepeserpun. Edan bener ini anak, yang pakai mobil aja lama dan capek, ini malah jalan kaki. Mereka lanjur cerita, katanya mereka sudah 2 hari jalan ke jogja, cuma mengandalkan tumpangan yang ada, mereka makan dari hasil ngamen dan terkadang nyari sisa makanan di tong sampah hanya demi menahan lapar yang mereka rasakan.
Sambil mendengarkan mereka bercerita, saya menyalakan rokok di mobil, beberapa memperhatikan saya ketika menyalakan rokok, saya paham mereka ingin merokok tapi segan untuk meminta. Akhirnya saya memberikan sisa rokok yang saya miliki kepada mereka, terlihat wajah mereka sangat gembira hanya karena beberapa batang rokok dari saya. Setelah beberapa lama di perjalanan, akhirnya kami sampai di perempatan, para anak punk itu segera turun dari mobil, mereka sangat berterimakasih atas tumpangan dan rokok yang kami berikan. Ada kejadian yang membuat saya tertawa terbahak-bahak ketika mereka turun, salah satu dari mereka menemukan puntung rokok yang masih tersisa setengah batang, dan dia kegirangan diikuti teman-temannya yang seakan berebut mau mengambil puntung itu, saya tertawa melihat tingkah polos mereka.
Setelah sampai di tempat saudara, saya langsung tepar karena masuk angin, disana saya dirawat dan diberi obat agar tidak tambah parah. Dari pengalaman yang saya temui saat itu, saya merasa kasihan dengan para anak punk jalanan, mereka yang ingin hidup bebas tanpa ada sebuah kekangan terkadang hanya dianggap sampah yang tidak memiliki masa depan, namun apapun keadaan mereka, saya yakin mereka sangat-sangat menikmati hal itu, mereka mendapatkan kebebasan yang mereka idam-idamkan.
0 comments:
Post a Comment