Ada sebuah kisah yang pernah diucapkan oleh Habib Munzir Al Musawa, Suatu ketika saat Rasulullah SAW bersama para sahabatnya, datanglah tamu kepada Sang Nabi saw dan Sang Nabi saw tidak bisa menjamunya karena tidak ada makanan.
Rasul bertanya pada istrinya, “punya makanan apa kita untuk menjamu tamu ini?”,
istri Nabi saw menjawab “tidak ada, yang ada cuma air”.
Maka Rasul berkata "siapa yang mau menjamu tamuku ini?",
Satu orang anshar langsung mengacungkan tangan dan berkata "aku yang menjamu tamumu ya Rasulullah".
Kemudian sahabat membawa tamu itu ke rumahnya, sampai dirumah dia mengetuk pintu dengan keras hingga istrinya yang sedang tidur terbangun.
Sang istri bertanya "Kenapa suamiku? kau tampak terburu – buru."
Suaminya menjawab "akrimiy dhaifa Rasulillah, kita dapat kemuliaan tamunya Rasulullah. Ayoo.. muliakan, keluarkan semua yang kita miliki daripada pangan dan makanan, semua keluarkan. Ini tamu Rasulullah bukan tamu kita, datang kepada Rasul, Rasul saw tidak bisa menyambutya. Rasul tanya “siapa yang bisa menyambutnya?”, aku buru – buru tunjuk tangan, ini kemuliaan besar bagi kita."
Istrinya berkata "suamiku, makanannya hanya untuk 1 orang. Tidak ada makanan lagi, itu pun untuk anak – anak kita. 2 orang anak – anak kita hanya akan makan makanan untuk 1 orang, kau ini bagaimana menyanggupi undangan tamu Rasul? kau tidak bertanya lebih dulu? apakah kita punya kambing, punya ayam, punya beras, punya roti, jangan main terima sembarangan!"
Maka suaminya sudah terlanjur menyanggupi "sudah kalau begitu anak kita tidurkan cepat – cepat, matikan lampu agar anaknya tidur". belum makan, suruh tidur jangan suruh makan malam, biar saja". Ditidurkanlah anaknya tanpa makan. Lalu tinggal makanan yang 1 piring untuk 1 orang,
Istrinya lalu berkata "ini bagaimana? tamunya tidak mau makan kalau hanya ditaruh 1 piring kalau shohibul bait (tuan rumah) tidak ikut makan karena cuma 1 piring makanannya."
lalu suaminya berkata "nanti sebelum kau keluarkan piringnya, lampu ini kau betulkan lalu saat makan tiup agar mati pelitanya, jadi pura – pura lampu mati. Taruh piring, silahkan makan dan kita taruh piring kosong di depan kita, tamu makan kita tidak usah makan tapi seakan – akan makan dan tidak kelihatan lampunya gelap." Maka tamunya tidak tahu cerita lampunya mati, pelitanya rusak, tamunya makan dengan tenangnya, nyenyak dalam tidurnya.
Pagi – pagi saat shalat subuh tamu itu kembali kepada Rasul saw "Alhamdulillah ya Rasulullah aku dijamu dengan makanan dan tidur dengan tenang”.
Rasul berkata “Allah semalam sangat ridho kepada shohibul bait (tuan rumah) yang menjamumu itu" (shahih Bukhari).
Saat itu Allah tersenyum, bukan Allah itu seperti manusia bisa tersenyum tapi maksudnya Allah sangat sayang dan sangat gembira. Dengan perbuatan itu Allah sangat terharu, bukan terharu karena tamunya saja tapi juga karena shohibul bait berucap. "akrimiy dhaifa Rasulillah" muliakan tamu Rasulullah. Ini yang membuat Allah terharu, untuk tamunya Rasulullah rela anaknya tidak makan, tidur semalaman dalam keadaan lapar untuk memuliakan tamunya Rasulullah saw.
Dari kisah di atas, kita bisa mencontoh kemulian Rasulullah Saw yang sangat menyambut tamunya, namun karena Rasul Saw tidak memiliki makanan, maka beliau menawarkan sahabatnya untuk menyambut tamunya, salah satu sahabatnya menerima tamu Rasul Saw dengan sangat gembira, walau makanan yang hanya ada satu piring dan dimaksudkan untuk anaknya, dia rela memberikannya kepada tamunya itu dan memilih menidurkan anaknya dalam keadaan lapar dan dia beserta istrinya berpura-pura makan dalam gelap hanya untuk menyenangkan tamu Rasul Saw.
Perbuatan sederhana seperti itu membuat Allah Swt senang dengan hambanya, Allah ridha dengan hambanya itu, padahal hanya menyambut tamu saja, namun dia sangat bahagia dan dengan sepenuh jiwa menyambut tamunya walau harus kelaparan.
Banyak pelajaran yang bisa diambil dari penggalan kisah di atas, salah satunya adalah kemuliaan untuk menyambut tamu Rasulullah Saw. Kita bisa belajar dari kisah di atas, menyambut tamu dengan sebaik-baiknya, itu adalah hal sederhana yang disukai oleh Allah Swt.
0 comments:
Post a Comment