Ini adalah kisah tentang tetangga saya sendiri, kisah perjuangan yang sangat mengharukan, dan saya sangat tahu mengenai perjuangannya karena saya ada disampingnya ketika dulu dia berjuang. Mungkin kebanyakan orang akan memandangnya di masa kini, namun mereka seakan tak mengenalnya dulu, kenapa? Karena dia miskin dan tanpa orang tua, adilkah?!
Namanya adalah Faris, seorang pemuda yang ditinggalkan ibunya bekerja di luar kota, jarang pulang, bahkan sangat jarang, sedangkan ayahnya sudah menikah lagi. Yah Faris adalah seorang anak korban perceraian, dan hidupnya sebatang kara, tanpa orang tua yang mau mengasuh dan mengajarinya dalam hidup. Di masa kecil, Faris menumpang di rumah neneknya, namun dia seakan bukan bagian dari keluarga itu, karena hampir setiap hari tak ada omelan dan caci maki yang tak dia terima, dia hanya boleh makan ketika sudah bekerja keras, sekolahnya hanya sampai SD, padahal kakek neneknya termasuk orang kaya. Pernah dia mengikuti nenek dari ayahnya, bukan juga kasih sayang yang dia dapat, namun caci maki dari paman dan bibinya yang kebetulan tinggal di situ juga, saat itu kehidupan Faris sangat menyedihkan, anak yang ditinggal ibunya bekerja, dan ayahnya tak peduli karena sudah menikah lagi dengan wanita lain.
Menginjak usia belasan, Faris nekad merantau ke kota besar untuk meninggalkan kehidupan buruknya bersama saudaranya sendiri di kampung, dia berharap dengan merantau akan merubah nasibnya yang terlunta-lunta itu. Namun beberapa kali dia berganti pekerjaan, masih saja tak merubah nasibnya, dia sering ditipu saat bekerja, bukannya uang yang dia dapatkan, namun malah kerja rodi tanpa gaji yang harus diterimanya. Hingga beberapa lama akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya.
Sekembalinya ke kampung halaman, tak ada perubahan, saudara dan orang tuanya tak ada, mereka terlalu mengurusi kehidupannya masing-masing, mengacuhkan Faris yang dianggap tak berguna. Wajar saja seorang pemuda dengan ijazah lulusan SD dan kemampuan terbatas tanpa pekerjaan tetap, dia seakan ingin menyerah memperjuangkan kehidupannya itu. Namun dengan adanya teman-teman dan beberapa orang yang peduli, akhirnya faris masih tetap sabar dan menerima keadaan, dia mulai membangun hidupnya, segala macam pekerjaan dia coba hanya untuk bisa mendapatkan uang untuk menyambung hidupnya.
Hingga suatu saat Faris diajak oleh tetangganya untuk bekerja di tempat pemotongan daging, dari pekerjaan itu Faris mulai berubah, anak kampung yang tak punya apa-apa, tak dihargai oleh keluarganya sendiri, dan seakan hidup sebatang kara itu akhirnya mulai memiliki gaji yang layak, beberapa lama bekerja di sana akhirnya dia dibelikan motor oleh majikannya yang memang baik hati kepada Faris. Semakin tahun, gaji Faris semakin meningkat, dia mampu membeli rumah, motor, tanah, dan lain sebagainya. Dengan kesuksesannya itu, berubah juga kehidupannya, keluarga yang mengacuhkannya kemudian mendekat untuk sekedar meminta uang dan lain sebagainya (dari dulu kemana aja?). Faris yang sudah bisa dibilang sukses dengan pekerjaannya ini akhirnya menyuruh ibunya untuk pulang, dia memberikan uang belanja setiap bulan asal ibunya mau berhenti bekerja di luar kota, Faris akhirnya memiliki kasih sayang dari seorang ibu, walau agak terlambat. Ayahnya yang dulu mengacuhkannya kemudian berbalik menyayanginya (kemana juga ini ayah?), dan begitu pula dengan saudaranya yang dulu entah kemana.
Roda hidup memang selalu berputar, Faris, teman saya yang dulu tak dianggap dan diacuhkan kini menjadi seorang anak yang dibanggakan oleh keluarganya, dipuja dan dimintai uang, yeah!
0 comments:
Post a Comment