Saat ini umurku 24 tahun, sudah beberapa tahun yang lalu aku lulus kuliah dan aku sekarang adalah seorang sarjana, kini aku bekerja kepada kakakku, menjalankan tokonya. Sore ini aku sedang duduk di atas kursi kayu, menatap netbook yang hampir 4 tahun menemani perjalanan hidupku sambil mendengarkan lagunya Led Zeppelin, saat ini aku sedang merasa jenuh dengan pandangan tentang masa depanku, aku selalu memikirkan bagaimana caranya aku beranjak dewasa, bagaimana aku akan sukses, bagaimana aku akan menghadapi kehidupan selanjutnya. Ada semacam kejenuhan yang sekarang aku rasakan, setiap hari aku harus berada di toko kecil ini, melayani pelanggan, menghitung keuntungan, mencoba memajukan usaha kakakku, namun Tuhan masih memberiku cobaan untuk bersabar, karena hingga saat ini aku masih merasa pendapatanku dari pekerjaan ini belum layak sama sekali. Beberapa kali aku disuruh mendaftar kerja dengan ijazahku, namun aku selalu menolak dengan alasan yang tidak jelas, sebenarnya dalam hatiku ada alasan yang selalu aku pegang teguh untuk tetap di sini, aku ingin membalas budi atas segala jasa kakakku, aku ingin memajukan usahanya dan membuatnya sukses. Terkadang tekanan untuk maju bukan datang dari orang lain, namun datang dari dalam diriku sendiri. Yah kejenuhan yang saat ini aku rasakan terkadang membuatku ingin kembali ke masa kecilku, masa di mana takkan lagi bisa ku ulangi.
Kembali ke masa lalu, saat itu aku masih SD, aku adalah seorang anak bungsu pemalas dan paling manja, aku selalu mendapat perlakuan khusus dibandingkan saudara-saudariku yang lain. Aku tahu hidup kami saat itu sangat sederhana, dengan rumah semi permanen, ayahku adalah seorang pedagang, ibuku adalah ibu rumah tangga, kakakku yang pertama merantau di luar kota, kakak perempuanku sedang menuntut ilmu agama di pondok pesantren, dan kakak yang terakhir sudah masuk ke bangku SMP.
Aku selalu menikmati masa kecilku dengan bahagia, walau kekurangan dari segi ekonomi, aku hidup di sebuah lingkungan yang membuatku tak ingin jauh dari rumah, aku tinggal di lereng gunung, di sebuah desa yang sangat sejuk dan alami, hingga saat ini tempat tinggalku masih diselimuti hutan dan tak ada pabrik dengan asap yang mengepul, itulah yang membuatku betah di sini. Hidupku saat itu hampir tanpa beban kecuali saat ada ulangan atau harus mengerjakan PR matematika, yah itu adalah momok yang membuatku pusing kala itu. Sedikit tentang pendidikan SD yang aku rasakan dulu, jarak dari rumah ke SD hanya beberapa ratus meter, namun aku harus menempuhnya cukup lama karena jalan yang menanjak, namun aku dan teman-temanku tak pernah mengeluh, kami berangkat dan pulang dengan berjalan kaki, dan kami menikmatinya, selama 6 tahun. Sehabis pulang sekolah, aku makan siang, lalu mencari teman-temanku untuk menghabiskan hari yang indah, kami bermain sepakbola di kebun tetangga dengan bola plastik, kami memancing di sungai, kami pergi ke kebun mencuri buah kelapa, dan lain sebagainya yang hampir setiap hari kami lakukan dan itu adalah kenangan manis yang aku rindukan saat ini. Dimana kalian teman-teman? Apa kini kalian sudah sukses di tanah rantau? Apa kalian masih ingat aku? Apa kalian mau bermain denganku lagi? Aku ingin mengajak kalian bermain bola lagi seperti dulu.
Setelah lelah menghabiskan hari, kami pulang ke rumah, mengambil handuk dan sabun, kami berangkat ke pemandian umum yang terletak di dalam hutan, yah saat itu di tempat tinggalku belum ada saluran air dari PDAM. Di sana kami mandi dengan bapak-bapak, ibu-ibu, teman-teman entah lelaki atau perempuan, kami mandi dengan tenang tanpa ada rasa canggung atau takut diperlakukan tidak baik, kami adalah orang desa yang belum mengerti banyak dengan pergaulan yang tidak senonoh, kami sangat menjaga kelakuan kami. Air di tengah hutan itu selalu mengalir bahkan ketika masuk musim kemarau sekalipun, airnya sangat jernih dan segar, kami merasakan sensasi yang menyegarkan ketika mandi di sana. Setelah selesai mandi, kami segera pulang, menempuh jarak yang lumayan jauh dan menanjak, yang akhirnya seperti percuma saja karena sesampainya di rumah, kami sudah berkeringat lagi, terkadang kotor karena jatuh, atau di jalan ada tebing yang menjatuhkan tanah yang menempel sehingga mengenai badan kami. Namun entah kenapa di sana, di pemandian itu yang dulu aku pakai, menjadi sebuah tempat yang sangat menyenangkan bagiku.
Ketika malam datang, aku hanya bisa belajar atau mengerjakan PR yang diberikan oleh guruku di SD, kami jarang menonton TV karena memang kami saat itu tak memiliki TV, kalaupun ingin menonton TV kami harus datang ke rumah tetangga yang memiliki TV, itupun kalau tidak diusir oleh sang pemilik rumah. Bisa anda bayangkan jika keadaan seperti itu terjadi sekarang? Tanpa TV, hanya bertemankan radio rusak, dan terkadang di malam hari mati lampu, hujan besar disertai petir dan atap rumahku bocor, menyedihkan? Tidak! Aku sangat menikmatinya, itu adalah masa kecil yang penuh perjuangan, masa yang membuat aku sangat menyayangi orang tua, saudara, dan tetanggaku, mereka semua adalah orang baik yang membuatku sekarang menjadi pribadi yang sekarang ini. Aku juga masih ingat ketika subuh datang, sehabis sholat (aku gak ikut solat, tetap bandel) kami selalu pergi dari rumah dengan membawa obor, masuk ke kebun hanya untuk memunguti buah duku atau durian yang jatuh dari pohonnya, kegiatan yang mungkin takkan aku lakukan lagi, yah selain aku sekarang bangun siang, dan aku rasa hal itu adalah kegiatan sia-sia, namun sangat berkesan bagiku ketika mengingatnya.
Aku rindu masa-masa itu, aku rindu semua orang yang terlibat dulu, aku rindu suasana dan masalah yang cepat aku temukan jalan keluarnya. Kini masalah hidupku semakin berat, internet, gadjet, dan segala teknologi terkadang menjadi masalah utamaku, bukankah mereka adalah kemajuan yang gunanya membantu pekerjaan kita? Akhirnya aku memutar lagu dari Pas Band - Jengah, semoga ini bisa mewakili keadaanku saat ini...
0 comments:
Post a Comment