Seorang pria datang mengadu kepada seorang ustad, dia mengatakan bahwa hidupnya sedang dalam masalah besar, lalu sang ustad menanyakan perihal permasalahan yang sedang dihadaipnya dan memintanya untuk menjelaskan secara detail agar sang ustad bisa memberikan solusi yang terbaik untuk pria bermasalah tersebut.
Berceritalah pria itu sedari awal kisah hidupnya, dulu saat sedang berjaya dengan bisnisnya dia merasa telah menjadi seorang yang baik karena dengan kesuksesannya tersebut, dia mau merawat adik-adiknya, menyekolahkan mereka hingga kini sukses, mengingat mereka saat itu sudah kehilangan kedua orang tuanya yang sudah meninggal, namun seiring berjalannya waktu, ternyata bisnis pria itu semakin surut dan akhirnya bangkrut, sehingga tersisa hanya satu rumah yang sekarang dia tinggali. Namun sangat disayangkan sang adik yang selama ini dibesarkan dan dibiayai sekolahnya, diberikan modal untuk usahanya, dan sekarang sukses malah tidak tahu diri karena adiknya meminta rumah sang kakak tadi yang memang tinggal satu-satunya harta yang tersisa itu. Sang kakak yang berang memperjuangkan rumahnya melalui jalur hukum, namun selalu kalah, hal tersebut wajar saja, pasalnya dulu ketika jaya dalam bisnisnya dia membeli rumah, namun yang mengurusi adiknya, sehingga memakai nama adiknya untuk rumah tersebut, sehingga kini adiknya bisa menang melawan kakaknya di pengadilan dalam memperebutkan rumahnya itu.
Sang ustad yang memperhatikan cerita tadi agar menghela nafas sebentar, lalu beliau menanyakan beberapa pertanyaan penting, sang ustad menanyakan kepada sang pria apakah rumah itu benar miliknya, kok adiknya tega merebut rumah itu?. Sang pria agak marah mendengar pertanyaan sang ustad, dan menjawab dengan tegas bahwa rumah itu adalah miliknya yang dia beli saat dulu dalam keadaan jaya dala bisnisnya. Lalu sang ustad mengiyakan saja dan melanjutkan pertanyaannya, pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana awal usaha yang dulunya sukses itu dia bangun, sang pria menjawabnya masih dengan agak emosi, dia menjawab bahwa usahanya dirintis dari 0 dan dibesarkan olehnya, lalu sang ustad bertanya tentang modalnya, awal mula modalnya, dan sang pria tertunduk lesu sambil menjawab bahwa modal yang didapatkannya dulu ketika mengawali usaha adalah modal yang didapat dengan menjual tanah orang tuanya secara diam-diam, dan BAMMMM!!! sang ustad sudah menemukan akar permasalahannya. Sang ustad menceramahi pria itu, beliau berkata bahwa sehebat apapun kyai atau ustad yang dia datangi, sekuat apapun do'a yang dia pakai, sepintar apapun pengacara yang dia sewa, tidak akan menolongnya dalam mempertahankan rumahnya itu, karena itu bukanlah hak miliknya mengingat awal modalnya adalah modal yang didapatkan dengan cara yang salah, yaitu menjual tanah orang tuanya secara sembunyi-sembunyi.
Sang ustad lalu menyarankan kepada pria itu agar bertaubat, menyesali kesalahannya, meminta maaf kepada pihak keluarganya, dan mendoakan orang tuanya yang telah meninggal agar memaafkan kesalahannya tersebut, lalu dia diminta untuk menyerahkan rumahnya kepada adiknya secara ikhlas. Awalnya sang pria malang ini menolaknya, dia mencemaskan tempat tinggalnya nanti jika rumah itu diberikan kepada adiknya, tapi sang ustad meyakinkan bahwa dia akan menemukan ketenangan hidup, dia disuruh untuk berserah diri, yang penting dosanya diampuni dulu.
Karena keyakinannya dengan perkataan sang ustad, lalu pria ini kemudian pulang dan mengundang keluarganya yang tersisa, dia meminta maaf dan menceritakan kesalahannya dulu yang telah menjual tanah orang tuanya secara diam-diam, dia mengikhlaskan rumahnya untuk adiknya dan meminta mereka untuk menemaninya berziarah ke kuburan orang tuanya dengan maksud untuk meminta maaf dan mendoakannya. Selang beberapa saat dari kejadian itu, sang adik datang dan mengatakan bahwa dia tidak jadi mengambil rumahnya, dan malah memberikan modal kembali untuk kakaknya agar bisa memulai bisnisnya yang sudah bangkrut, sang adik mengatakan bahwa dia sudah tahu kelakuan buruk kakaknya dulu, saat itu ibunya sakit mendengar tanahnya dijual sehingga menyebabkan kematiannya tersebut, hal itulah yang mengakibatkan adik-adiknya dendam terhadap kelakuan kakaknya itu, ditambah dengan kesuksesan yang membutakan mata sang kakak, adiknya menuggu saat-saat kehancurannya agar dia sadar akan kesalahan yang diperbuatnya dan mau bertaubat, ternyata adiknya melakukan semua itu karena mereka sayang dengan kakaknya, mereka ingin kakaknya sadar akan kesalahannya.
Dalam hidup ini, terkadang kita sibuk mencari kambing hitam atas kesalahan kita, namun kita tidak sadar bahwa permasalahan yang kita hadapi terkadang berasal dari kesalahan kita sendiri, dan kita akan sadar ketika kita sudah tidak menemukan jalan keluar dan baru deh bertaubat mengakui kesalahan. Semoga dengan kisah ini, kita bisa bersabar dalam menghadapi masalah, dan lebih jeli melihat kesalahan kita sendiri.
Sumber : Ceramah Ustad Yusuf mansur
0 comments:
Post a Comment