Kebahagiaanku Ketika Hujan Turun dengan Berkahnya

Tahun ini adalah tahun 2015, tahun yang menurut saya adalah tahun yang penuh dengan cobaan dan ujian kesabaran, saya tidak mempercayai primbon, nasib sial, atau bahkan ramalan bintang atau tahun hewan yang sering digembor-gemborkan media yang mencari popularitas. Tahun ini banyak kejadian yang membuat kita semua menderita, contohnya saja asap di Sumatra sana yang hingga kini belum usai juga, kebakaran hutan yang terjadi, kekeringan yang menimpa banyak daerah, dan gejolak ekonomi yang terjadi seakan membuat sebagian orang semakin sulit hidupnya. Bencana yang terjadi di negri ini, semua adalah pemberian Tuhan, dan semua itu kembali kepada diri kita sendiri, andaikata lahan gambut tidak dibakar untuk membuka lahan pertanian, mungkin saja bencana kabut asap tidak ada dan presiden tidak disalahkan karenanya. Saya sendiri adalah orang yang heran ketika para rakyat menyalahkan presiden karena penanganan yang kurang dari pemerintah.

Kekeringan yang terjadi dan bencana yang menimpa membuat sektor ekonomi menjadi terpuruk, harga barang naik dan pekerjaan menjadi barang langka, usaha banyak yang bangkrut, dan pengangguran semakin bertambah. Hal itu diperparah dengan jalanan berdebu, tanah kering yang pecah, air yang sulit didapatkan, untuk minum saja sudah susah, terkadang mandi harus membeli air galon, sungai mengering tanaman mati kekurangan air, ternak menjadi kurus karena kekurangan rumput yang mati kekeringan, dan ini semua terjadi di tahun ini, ini buka sebuah wacana di dongeng atau soal di ujian nasional, ini juga bukan sebuah kisah khayalan di salah satu novel, ini adalah kisah nyata yang terjadi di negri kita tercinta.

Setelah beberapa bulan kita hidup dalam kesusahan, akhirnya sebuah solusi yang kita tunggu muncul juga. Ketika hari yang sangat panas, dimana debu beterbangan dan air PAM mati, biaya listrik naik karena AC dan kipas angin terus dihidupkan, ketika banyak dedaunan berwarna coklat tertutup debu, dan mereka layu sebelum berbuah, akhirnya semua itu berakhir ketika tiba-tiba langit mendung, gelap menyeliuti bumi, suara gemuruh petir terdengar malu-malu, suasana agak mencekam seakan memasuki waktu maghrib, dan akhirnya air penuh berkah dari langit mulai menetes, terdengar seperti batu yang dilemparkan ke atas atap, suara kecil yang sudah lama kita rindukan, tanah berdebu yang tersiram air dari langit, baunya membuat kita seakan mabuk karena wanginya, dan air penuh berkah itu menjadi hujan pertama setelah beberapa lama kita mengalami kekeringan yang menyiksa, sungai kembali mengalirkan air, tanaman hijaukan bumi lagi dengan senyumnya, dan ikan-ikan menari di air yang jernih.

Entah mengapa saya sangat bahagia ketika hujan kemarin turun dengan derasnya, saya merasa mendapatkan rejeki yang sangat banyak, katakanlah saya mendapatkan rejeki kaget 10juta, ah bukan 100juta, terlalu kecil mungkin 1milyar atau bahkan lebih, dan saya merasakan bahwa hujan kemarin harganya lebih mahal dari berapapun uang yang ada di bumi ini. Semua kesedihan berubah menjadi senyum bahagia melihat langit mengeluarkan berkahnya, langit menyerukan petirnya, dan hujan turun dengan derasnya.

Ya, semoga hujan akan membawa keberkahan kepad kita semua, semoga asap di Sumatra sana cepat mengilang, semoga hujan membawakan rejeki kepada setiap orang, semoga hujan akan menguatkan nilai tukar rupiah, dan semoga hujan bukan sebuah pertanda bencana selanjutnya yang akan menyerang negri ini, yah pantaskah kita mendapatkan keberkahan hujan? Tanyakan pada diri kita sendiri...

Updated at: 8:46 PM

0 comments:

Post a Comment