Kisah Perjalanan Wisata Melintasi 6 Kabupaten

Kisah kali ini adalah sebuah kisah perjalanan wisata yang dipenuhi dengan banyak kejadian yang tak terduga dan tentu saja sangat berkesan. Kisah ini bermula di senin pagi ketika saya berangkat berdagang ke toko saya yang berada di Banyumas, saat itu saya sampai jam 8.30 dan mulai beres-beres toko. Namun tiba-tiba datang 4 teman saya mengajak liburan ke pantai, karena tergoda dengan ajakan mereka, akhirnya saya mengikuti mereka berwisata ke pantai menggunakan sepeda motor.

Berangkat dari Banyumas, kami menuju ke pantai di kabupaten Kebumen, setelah melewati jalanan di sekitaran kabupaten Cilacap yang ramai dengan kendaraan, kami akhirnya sampai ke pantai pertama jam 11.30 siang.
pantai suwuk, karang bolong, kebumen 
pantai Kebumen

Beberapa lokasi pantai kami datangi di sekitaran kabupaten Kebumen, diantaranya adalah pantai ayah, pantai suwuk, pantai bopong, pantai menganti, pantai karang bolong, dan pantai lainnya di Kebumen. Dari pertama kali saya melihat pemandangan pantai di Kebumen, saya takjub dengan kebesaran Allah Swt, indahnya alam yang sudah Allah ciptakan, pikiran saya saat itu sangat damai dan tenang seakan saya lepas dari segala macam masalah hidup barang sejenak.

Setelah selesai berkunjung ke pantai di sekitaran Kebumen, kami sempat mampir di salah satu warung kopi di pinggiran jalan. Niat kami hendak pulang ke Banyumas, namun salah satu teman mengajak menginap ke Dieng di Wonosobo. Walau sempat menolak, akhirnya saya ikut juga (kena bujuk lagi).

Dari Kebumen sekitar jam 2 siang, kami melewati jalur alternatif melewati banjarnegara, sepanjang perjalanan saya menikmati jalanan mulus yang menanjak dan berliku, di samping jalan banyak sekali sungai yang mengering, maklum saat ini musim kemarau yang sudah cukup panjang. Kami berhenti di kabupaten Banjarnegara, tepatnya di warung lamongan untuk menikmati santap makan siang dan beristirahat sebentar. Setelah perut kenyang, kami melanjutkan perjalanan langsung menuju kabupaten Wonosobo, melewati jalanan kota di Banjarnegara.

Kami sampai di alun-alun Wonosobo sekitar jam 8 malam, udara dingin seakan tidak terasa setelah saya menikmati tatanan kota Wonosobo yang menurut saya sangat rapi dan bersih. Di alun-alun kami sempat ngopi di warung pinggiran, sembari mencari masjid kami jalan-jalan di sekitar alun-alun. Waktu menunjukkan jam 9 malam ketika kami harus mencari tempat untuk istirahat, untung saya punya teman di Wonosobo, kami tidur di rumah teman saya di sana, kami juga sempat disuguhi geplak (makanan khas Wonosobo).

5 jam kami bisa melepas lelah tidur di rumah teman saya, akhirnya jam 3 pagi kami bergegas berangkat ke Dieng. Sejak awal kami tidak memiliki persiapan yang lengkap, sehingga ketika memasuki kawasan Dieng kami sempat mengalami kedinginan yang sangat parah, kaki dan tangan kami mati rasa, akhirnya kami berhenti untuk menempelkan telapak tangan dan kaki kami di mesin dan knalpot motor guna menghangatkannya.

Tepat jam 4 pagi kami sampai di kawasan Dieng, tepatnya desa Sembung (desa tertinggi di pulau jawa), setelah memarkirkan sepeda motor, kami segera menuju ke puncak Sikunir. Sekitar 20-30 menit dengan berjalan kaki, akhirnya kami sampai di puncak bukit sikunir, sungguh saat itu saya merasakan sesak nafas, kelelahan, dan susah bernafas, kepala pusing hampir saja saya jatuh pingsan. Namun semua perjuangan itu akhirnya terbayarkan ketika kami menunggu momen dimana munculnya sinar matahari atau yang disebut sunrise, sungguh menakjubkan...

sunrise sikunir 
sunrise bukit sikunir 1
 
sunrise bukit sikunir
 sunrise bukit sikunir 2

sunrise bukit sikunir full
 sunrise bukit sikunir 3

Subhanallah...sungguh pemandangan alam yang sangat indah, dan ini ada di Indonesia, negri yang kaya raya dan memiliki segalanya. Kami menikmati pemandangan ini bersama beberapa warga sekitar, para wisatawan yang merupakan mahasiswa dari Jogja, Jakarta, Tangerang, bahkan ada yang dari Papua, tak lupa beberapa bule luar negri juga datang untuk menikmati indahnya pemandangan Dieng ini.



Pengalaman minum kopi di area bukit Sikunir di pagi hari sangat nikmat, kopi terasa lebih nikmat diminum di sana, kalian perlu mencobanya.


Sambil menikmati pemandangan Dieng, kami sempat menikmati minuman khas dari Dieng, yaitu purwaceng, minuman hangat yang kalau saya bilang itu adalah ginseng-nya Dieng, lalu kami juga membeli oleh-oleh khas Dieng, Carica, buah khusus yang mirip pepaya dan itu adalah buah khusus dari Dieng. Pemandangan di sana sangat asri, pertanian yang subur, tanaman kentang, kubis, carica ada di sekitar.

Setelah selesai dan agak puas di sana, akhirnya kami mengemasi barang bawaan untuk bersiap-siap pulang ke Banyumas. Jalur yang kami lewati adalah jalur alternatif yang melewati kabupaten Banjarnegara, jalanan di sana sangat curam dengan jurang di pinggirnya, jalan yang menurun tajam dan menikung adalah sesuatu yang lumayan membuat jantung kami berdetak kencang. Kami juga sempat melihat sisa bencana longsor di Karang Kobar, yah desa Jemblung yang dulu ditimpa tanah longsor ketika hujan turun dengan derasnya.

jalur karangkobar yang extrem
 
Sisa bencana longsor desa Jemblung

Sempat kami terpisah di jalan, satu teman memilih jalur sendiri, satu teman motornya bermasalah, dan saya bersama teman saya meneruskan perjalanan melewati waduk mrican, lalu menyusuri pinggiran kabupaten Purbalingga, dan sampai di Banyumas, tepatnya di Sokaraja.

Sebenarnya banyak sekali pemandangan alam yang indah, namun sayang sekali tidak semuanya berhasil saya abadikan karena di perjalanan, saya sendiri terganggu dengan cuaca yang sangat panas dan sangat dingin. Buat anda yang ingin mencoba wisata alam yang masih alami, coba deh di sekitaran 6 kabupaten yang saya sebutkan tadi, banyak sekali alam yang masih bersih dan asri.

Updated at: 6:48 AM

0 comments:

Post a Comment