Aku adalah seorang wanita berusia 30 tahun yang sudah 7 tahun menikah dan punya seorang anak perempuan yang cantik. Tetangga melihat kehidupanku sangat bahagia, punya suami yang rajin bekerja, anak yang cantik dan penurut, orang tua yang masih lengkap, rumah yang cukup nyaman, dan berbagai kebahagiaan dunia.
Namun sebenarnya aku sangat tertekan dalam menjalani kehidupanku, pasalnya dulu aku menikah karena dijodohkan dengan suamiku saat ini. Dalam hati kecilku aku tidak mencintainya, dia adalah pria yang gemuk dan tidak romantis sama sekali. Pekerjaannya biasa saja, gajinya kecil dan terkadang aku harus berhutang ke warung untuk sekedar membeli pulsa atau jajanan anakku.
Meski begitu keadaannya, sebenarnya aku sudah berkecukupan jika dibandingkan dengan tetangga lainnya yang masih banyak kekurangannya dari segi ekonomi.
Ternyata kegelisahan yang ku pendam selama ini sejalan dengan saudara-saudaraku yang sudah sukses, kakak pertamaku pengusaha sukses yang punya banyak harta, kakak keduaku juga sama nasibnya jadi orang kaya. Mungkin akulah yang paling miskin diantara mereka.
Beberapa kali saudara-saudaraku menasehatiku dengan agak memaksa agar aku meminta cerai kepada suamiku, namun aku masih menolaknya karena aku takut masa depan anakku bisa terganggu. Sayangnya tekanan mereka semakin intens saja tiap waktu, bahkan mereka sering menghina suamiku sendiri sebagai orang yang gagal.
Orang tuaku yang sebelumnya meyukai suamiku berbalik mengikuti saudara-saudaraku, mereka juga memintaku untuk meminta cerai kepada suamiku agar bisa mendapatkan suami lain yang lebih mampu dari segi ekonomi.
Setelah tekanan yang membuatku stres, akhirnya aku nekad meminta cerai kepada suamiku. Awalnya dia menolak menceraikanku karena sangat mencintaiku dan anaknya, namun aku yang sudah kepalang tanggung terus memaksanya dengan berbagai cara dan perkataan yang menyakiti hatinya.
Suamiku tak tahan aku perlakukan seperti itu hingga akhirnya dia mengabulkan keinginanku untuk bercerai.
Semuanya tampak bahagia kecuali mantan suamiku dan keluarganya yang marah, sedangkan aku seperti kambing hitam yang dikorbankan oleh keserakahan keluargaku. Namun demi berbakti kepada orang tua dan saudaraku, aku harus menanggung semua itu.
Saudarku mengenalkanku kepada lelaki lain, seorang yang terbilang cukup sukses kehidupannya. Tampangnya ganteng, perawakannya gagah, dan dia sangat romantis. Tak butuh waktu lama hingga aku menyukainya karena dalam masa kekosongan janda ini rasanya sangat menyakitkan.
Aku berpacaran dengan lelaki itu, kami sudah punya rencana untuk segera menikah dalam waktu dekat. Namun semua impian indah itu berantakan ketika aku mengetahui keburukannya, ternyata dia adalah seorang pria yang sudah beristri dan sudah punya anak, aku sangat menyesal dengan segalanya hingga aku langsung memutuskannya.
Saudara-saudaraku dan orang tuaku seakan buang muka, mereka cuci tangan dari masalahku dan tak terlalu memperdulikannya. Aku seperti seorang janda yang jahat, sendirian dan siap dicaci maki jika menikah dengan pria itu karena merebut suami orang lain.
Gosip kehidupanku ini cepat menyebar, entah kenapa hal ini membuat beberapa pria nakal yang merupakan tetanggaku semakin liar menggodaku. Beberapa dari mereka dengan terang-terangan mengajakku untuk menginap di hotel, ada pula yang ingin menikahiku sebagai istri kedua, dan berbagai godaan lainnya yang membuatku seperti wanita murahan.
Aku sangat menyesal dan ingin kembali ke pelukan suamiku, namun semuanya seperti tak mungkin dan ini adalah kehidupan yang menyebalkan untukku. Saat ini aku bahkan harus bekerja dari pagi hingga tengah malam demi bisa menghidupi anakku dan kedua orang tuaku yang sudah tua.
Aku sebatang kara sebagai seorang janda yang tak punya tempat mengadu, aku benar-benar merindukan suamiku yang gendut, tidak romantis, bau kaki, dan gajinya kecil itu. Ya Tuhan, apa ini adalah balasan untuk tindakanku yang kurang bersyukur ini?
0 comments:
Post a Comment