Saya masih ingat beberapa tahun silam di kala desa saya masih tertinggal, listrik belum tersalurkan semuanya, jalan masih rusak, alat elektronik masih jarang yang punya. Di saat memasuki bulan Ramadhan, banyak sekali warga yang "kembali" kepada-Nya untuk menjalankan ibadah dan bertaubat atas segala kesalahan yang telah dilakukan.
Saat itu saya adalah anak kecil yang masih belum paham tentang apa yang dilakukan, saya hanya ikut-ikutan teman bermain di luar rumah. Sehabis taraweh kami berkumpul untuk membaca ayat-ayat Al-Qur'an, setelah cukup malam kami berhenti dan melanjutkan malam di dalam masjid (mushola).
Sebenarnya rasanya sangat dingin di dalam masjid, tidur di atas sajadah tipis tanpa bantal dan selimut, angin berhembus cukup kencang, banyak nyamuk yang menggigit. Mungkin jika mulai tidur jam 10 malam, maka baru bisa tertidur pulas di kisaran jam 1 karena tidak nyaman.
Sebelum masuk waktu sahur (kira-kira jam setengah 3) ada salah satu tetangga yang membangunkan kami. Setelah bangun tidur, kami membereskan mushola dan ikut membangunkan sahur warga desa. Saat itu alarm belum banyak yang punya, hanya sedikit orang yang punya jam weker dan umurnya juga tak lama karena sebentar saja sudah rusak.
Jika diingat-ingat, pada jaman dahulu mencari pahala itu terbilang cukup mudah dan banyak temannya. Mulai dari iktikaf di dalam masjid banyak temannya, godaannya jarang karena belum banyak yang punya tv apalagi smartphone seperti saat ini. Bangunin orang sahur disambut dengan senyum, nah sekarang bangunin orang sahur ya diketawain, orang udah pada punya alarm sendiri.
Oh iya, kalau habis sahur kami langsung berangkat ke masjid untuk sholat subuh berjamaah mmebawa obor sebagai penerangannya. Meskipun kurang tidur namun rasanya tidak terlalu ngantuk karena semangat dalam beribadah pada saat itu cukup besar, apalagi banyak temannya.
Berbeda dengan di jaman yang semakin lemah ini, dulu sehabis sholat subuh berjamaah kami masih sempat berolahraga dan menghindari tidur. Namun saat ini rasanya mata semakin susah melek dan tubuh semakin lemah saja, padahal aktivitas semakin berkurang.
Itulah salah satu pengalaman iktikaf yang kami lakukan dulu meski sebenarny saya sendiri kurang paham dengan yang kami lakukan, pasalnya pada saat itu saya tidak tahu apa itu iktikaf dan hanya sekedar ikut-ikutan saja.
0 comments:
Post a Comment