Sengsaranya Menikah Karena Hamil Duluan

Jika waktu dapat diulang kembali dan aku punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku dulu, pasti aku tidak akan berzina dan mendapatkan ganjaran kesengsaraan di dunia seperti sekarang ini.

Masa pacaran yang penuh kebebasan, kebahagiaan, dan rencana masa depan yang indah ternyata sirna karena ulah kami sendiri. Hanya karena menuruti hawa nafsu semata, akhirnya kami berzina dan terus menerus melakukan hal keji itu. Sampai akhirnya petaka datang dan aku hamil karena perbuatanku dengan pacarku, saat itu dunia berbalik menyerangku dan rasanya aku sudah bosan hidup.

Orang tuaku marah besar, aku dihajar oleh ayah karena membuat malu keluarga, ibuku menangis, saudara-saudaraku diam, acuh, dan seakan menyumpahiku dengan segala caci maki mereka. Aku mengaku salah, ini murni kebodohanku sendiri yang terlalu menuruti hawa nafsu.

Awalnya pacarku enggan bertanggung jawab, aku cukup kecewa kepadanya, dia beralasan masih sangat muda dan belum siap berkeluarga. Namun tekanan dari orang tua membuatnya harus mau menikahiku dan menjalani kehidupan baru yang merupakan awal mula dari petaka kehidupan ini.

Kami menikah dengan diam-diam karena malu kepada orang di sekitar, rencana indah kami untuk menikah dengan acara resepsi yang besar dan dihadiri banyak tamu undangan sirna dan hancur karena kelakuan kami sendiri.

Setelah menikah aku mengikuti suamiku yang sebenarnya belum pantas untuk menjadi seorang suami, pasalnya kami masih kelas 2 SMA dan seharusnya kami sedang belajar di sekolah, mengerjakan tugas, bergabung dengan teman-teman, ah semua itu harus ku buang jauh-jauh karena aku sudah punya keluarga baru yang terpaksa.

Kandunganku semakin besar dan aku hanya bisa berdiam diri di rumah, mau keluar rumah rasanya sangat malu kepada tetangga yang terus menggunjing kami. Suamiku awalnya masih mengandalkan uang dari orang tuanya, namun karena orang tuanya bangkrut, kini dia harus mencari kerja sendiri untuk menafkahi aku.

Aku kasihan pada suamiku karena setiap dia melamar kerja pasti ditolak karena umur dan ijazahnya, hingga terpaksa dia menjadi kuli hanya demi mendapat uang untuk biaya hidup kami.

Setelah anakku lahir tak ada satupun teman yang menengok, mereka sepertinya menghakimi kami sebagai orang yang buruk. Hanya keluarga yang kadang mau menengok bayiku yang baru lahir ini, namun mereka selalu menangis ketika menggendong anakku, yah aku tahu mereka sayang padanya tapi kecewa dengan aku dan suamiku.

Setelah melahirkan anak pertamaku, kehidupan kami masih dalam kesusahan karena pendapatan suamiku tidak pernah cukup untuk kebutuhan rumah tangga kecilnya ini. Kadang aku harus mengemis hutang kepada orang tua dan saudaraku, kadang aku harus menahan lapar hanya demi memenuhi kebutuhan susu anakku, rasanya sedih hidup susah, dan semua itu karena kelakuan kami sendiri.

Masalah datang lagi ketika suamiku ternyata selingkuh, rasanya sedih dan marah, aku ingin bercerai namun aku memikirkan nasib anakku kelak, mau tidak mau aku harus mengalah. Hingga akhirnya masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan, akhirnya suamiku berjanji setia padaku dan kami menjalani kehidupan selanjutnya.

Beberapa waktu berlalu adik suamiku menikah, mau tak mau aku dan suami harus pindah rumah dan yang pasti tidak bisa pindah ke rumah orang tuaku karena mereka membenci suamiku sendiri. Kalian bisa bayangkan rasanya menjadi aku? Punya suami yang dibenci oleh mertuanya sendiri, rasanya seperti tak berguna hidup kami.

Dengan susah payah akhirnya kami hidup di kontrakkan sempit, hidup dengan sederhana, dan mau tak mau harus menikmati segala kesengsaraan yang terus berlanjut. Kami dikucilkan oleh tetangga, dan anakku yang mulai tumbuh menjadi bahan ejekan teman-temannya, mereka sering mengatai anakku sebagai anak haram yang membuatnya menangis, rasanya aku ingin memukuli mereka yang mengejek namun apa dayaku?

Setelah bertahun-tahun menikah dan menjalani kesulitan hidup, saat ini aku dan keluarga kecilku masih terus berjuang melawan hidup yang semakin mencekik ini. Aku tak menyalahkan Tuhan karena semua itu memang salah kami, dan kami memang harus menanggung apa yang kami perbuat dulu.

Jika kalian sedang dalam kebahagiaan bersama kekasih, ingatlah untuk menjauhi zina karena itu akan menghancurkan masa depan kalian kelak. Hati-hati!

Updated at: 10:12 PM

0 comments:

Post a Comment