Pengorbanan Seorang Ibu yang Tak Diketahui Keluarganya

Sore itu seorang ibu berkumpul bersama 3 orang anaknya di rumah semi permanen mereka yang sempit dan hampir roboh. Anak pertama yang masih kecil bernama Udin, anak keduanya bernama Inah, dan anak ketiganya bernama Ujang.

Udin merengek minta makan, dia kelaparan karena sejak tadi malam belum makan, sedangkan Inah meminta baju baru karena baju miliknya sekarang penuh dengan tambalan, sedangkan Ujang meminta buku tulis baru karena bukunya sudah penuh dengan tulisan pelajaran di sekolahnya.

Sang ibu mengiyakan semua permintaan mereka, sang ibu berkata "baik anakku kan mak penuhi permintaan kalian, asal bapak sudah pulang".

Mendengar jawaban ibunya, anak-anak diam dan menunggu kedatangan ayahnya yang sedang bekerja, mereka berharap jika ayahnya pulang maka keajaiban akan segera datang dan permintaan mereka segera terpenuhi.

Tiba-tiba datang mang Ujang yang merupakan teman sekerja sang bapak, dia memberitahukan kabar duka pada si ibu. Suaminya mengalami kecelakaan kerja, kepalanya terkena beton yang jatuh dan kini masih dirawat di rumah sakit. Seketika si ibu bingung dengan keadaan itu, terbayang berbagai hal ketika mendengar kabar itu.

Anak-anak tak tahu bahwa bapaknya mengalami musibah, mereka masih merengek dan bertanya-tanya kenapa bapaknya tak pulang-pulang. Mereka masih menagih janjinya untuk makanan, pakaian, dan buku tulis yang akan dibawakan oleh ayahnya.

Si ibu tak ingin membebani anaknya, dia tak mengatakan bagaimana keadaan bapaknya saat ini.

Dengan penuh kebingungan si ibu mendatangi mandor di tempat suaminya bekerja, dengan mengiba dia meminta uang pinjaman untuk pengobatan suaminya di rumah sakit. Namun malang dia dapat, ternyata si mandor adalah orang jahat, dia seorang yang pelit dan tak peduli dengan nasib anak buahnya sama sekali.

Si ibu bingung harus bagaimana, dia menghadapi masalah yang begitu banyak, anak-anaknya menantikan keinginan mereka, sementara suaminya sedang menanti perawatan di rumah sakit.

Akhirnya si ibu berfikir sempit, dia menawarkan tubuhnya pada si mandor dengan imbalan biaya untuk pengobatan suaminya dan keperluan anaknya. Si mandor jahat ternyata hidung belang, dia senang hati menikmatinya dan ringan tangan memberikan uang pada si ibu sebagai imbalan kepuasan.

Suaminya bisa dirawat di rumah sakit, anak-anaknya senang keperluannya bisa terpenuhi, si ibu tersenyum namun jauh di dalam lubuk hatinya dia merasakan sakit yang takkan pernah terobati. Hidup ini sungguh kejam, orang miskin harus tertindas oleh kebutuhan, orang berpunya tak peduli iba!

"Terinspirasi dari lagu milik Iwan Fals - Mak"

Updated at: 9:22 PM

0 comments:

Post a Comment