Pertama aku mengenalnya di depan kelas kala aku masih kelas 1 SMP, dia adalah seorang gadis periang yang banyak bicara dan wajahnya sangat cantik. Dia menyodorkan tangannya, memperkenalkan dirinya dan aku dengan terbata-bata menerima sodoran tangannya dan memperkenalkan diriku. Dia bilang aku lucu karena kelakuanku yang polos dan kaku.
Selang beberapa hari kemudian aku mulai dekat dengannya, kami sering menyapa dan dia tak segan untuk bergabung bersamaku ketika bertemu, hmm ini adalah pertama kalinya aku dekat dengan lawan jenis. Dia sangat santai ketika berbicara denganku, namun berbeda dengan aku yang masih tetap kaku dan banyak diam di depannya.
3 bulan kemudian dia mengajakku untuk pacaran, aku yang masih polos mengiyakan saja tanpa mengerti apapun arti dari pacaran itu. Kami seperti 2 orang yang bahagia waktu itu, dan banyak sekali hal yang dia ajarkan kepadaku dalam hal berpacaran ini, yah aku mengenal dunia darinya.
Hampir 2 tahun lamanya kami berpacaran dan tak ada masalah yang berarti di dalam hubungan kami, yah aku merasa nyaman dengannya dan aku seakan sudah jatuh hati kepadanya. Berkali-kali dia memintaku untuk tetap mencintainya, dia memintaku untuk tetap menjaganya, dan kami sudah membayangkan banyak hal di masa depan, mulai dari menikah, punya anak yang banyak, punya rumah bagus, mobil yang baru, dan lain sebagainya.
Memasuki kelas 3, kami mulai disibukkan dengan berbagai hal, hingga akhirnya kami jarang bertemu. Namun aku masih tetap menjaga cinta ini kepadanya, dia adalah segalanya bagiku dan aku berharap suatu ketika benar-benar bersamanya menjalani kehidupan yang bahagia.
Setelah lulus SMP, kami masih berpacaran meski SMA kami berbeda, aku yang mendapat nilai tinggi bisa masuk ke SMA negeri, sementara dia yang nilainya pas-pasan hanya bisa masuk ke SMK swasta saja.
Sejak tak satu sekolah lagi, kami semakin jauh dan jauh saja, hingga suatu ketika aku mendapatinya sedang jalan dengan cowok lain. Aku langsung mendatanginya dan marah-marah, ternyata dia selingkuh di belakangku, dan aku malah dipukuli pacar barunya itu yang sedang bersama teman-temannya.
Aku masih ingat ketika terjatuh di rerumputan setelah dipukuli, dia menangis dan dengan lirih dia berkata "kita putus yah, maafin aku". Aku hanya termenung saat itu, wajah dan tubuhku memang sakit, namun hatiku lebih sakit dari semua itu.
Aku mencoba bangkit, aku fokus dengan sekolahku meski banyak wanita lain yang dekat padaku, namun rasanya aku belum bisa move on dari sosok cinta pertamaku itu. Hingga aku lulus SMA, aku masih betah sendiri meski banyak perempuan yang dekat denganku. Kadang aku masih stalking mantanku, entah melalui media sosial, atau aku menanyakan kabarnya dari teman-temannya, dan katanya dia sudah bahagia dengan pacar barunya, sebuah kabar yang membuatku selalu sedih dan menundukkan kepala.
Aku masuk ke salah satu universitas negeri, dan sejak saat itu aku tak pernah mendengar kabarnya lagi karena ada yang bilang jika dia pindah rumah ke kota lainnya. Sedih dan sempat merasa putus asa, yah itulah yang aku rasakan saat itu. Namun aku masih waras, aku terus menguatkan diriku bahwa hidup harus tetap berjalan, aku harus meraih hidupku sendiri sebaik mungkin.
Kalian tahu apa yang lebih membosankan dari masa SMA yang sendiri? Yah, masa kuliah seorang jomblo yang masih berharap kepada pacar pertamanya. Aku tak ingin mengingat-ingat masa kekosongan itu karena rasanya hampa!
Lulus kuliah aku kerja di salah satu perusahaan ternama di kotaku, hmm rasanya perjuanganku selama ini sudah mulai menghasilkan dan saat ini aku mulai disuruh untuk segera menikah. Namun karena kelamaan sendiri, rasanya aku sudah tidak terlalu berani dengan sosok bernama perempuan, kadang aku merasa sangat minder di dekat mereka, entahlah.
Malam itu aku sedang di sebuah mall, aku sedang memilih baju baru yang ingin aku beli, hingga tanpa sadar ada sosok yang sangat mengejutkanku, yah dia adalah cinta pertamaku yang juga sedang menatapku dengan mata berkaca-kaca. Aku terdiam beberapa saat sampai dia menyodorkan tangannya kepadaku, dia menanyakan kabarku dan dengan terbata-bata aku menjawabnya.
Kami sempat duduk bersama di food court, memesan minuman hangat yang rasanya jadi dingin, makanan enak yang rasanya tetap hambar. Kami saling menunduk dan tanpa ucapan sama sekali, rasanya banyak sekali pertanyaan yang ingin aku katakan namun mulut ini serasa terkunci. Hanya sedikit pertanyaannya yang bisa aku jawab, dan selebihnya kami terdiam tanpa kata.
Dia akhirnya pamit pulang, namun aku sempat meminta kontaknya sebelum dia pergi. Sejak saat itu kami sering berhubungan melalui WA, dia sering menanyakan banyak hal padaku dan kami semakin dekat. Namun ada hal yang membuatku cukup terkejut, ternyata dia sudah menikah dan punya 1 anak, yah aku benar-benar patah hati kala mendengar kabarnya itu.
Lanjut cerita di hari berikutnya, dia mengaku kalau saat ini dia sudah bercerai dengan suaminya dan kini dia hidup sendiri sebagai seorang janda 1 anak. Meski agak kecewa, namun entah kenapa aku merasa sangat senang mendengar kabar itu.
Tak mau kehilangan dia lagi, aku memutuskan untuk menikahinya meski awalnya dia menolak karena malu padaku. Dengan berbaga alasan kuat yang aku utarakan tentang perasaan dan perjuanganku, akhirnya dia mau ku nikahi dan aku benar-benar mendapatkan kembali cinta pertamaku, dan semoga dia adalah cinta terakhirku sampai akhir hayat tanpa ada orang ketiga yang memisahkan kami lagi.
"Banyak orang yang sudah tak mempercayai kuatnya ikatan cinta, padahal cinta itu tetap suci dan punya magicnya sendiri"
0 comments:
Post a Comment