Kisah raja Abrahah adalah salah satu kisah pembuka sebelum kelahiran nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam. Pada masa itu, Aminah sedang mengandung nabi Muhammad SAW, ketika terdengar kabar jika ada pasukan dari negeri Yaman yang dipimpin oleh raja Abrahah yang hendak menghancurkan ka'bah, kebanggaan orang arab pada masa itu.
Alasan raja Abrahah ingin menghancurkan Ka'bah bermula ketika dia menjadi penguasa Yaman setelah menaklukan kerajaan itu. Sebenarnya Abrahah adalah gubernur perwakilan Abyssina di Habasyah (Sekarang Etiopia, Afrika). Raja Abrahah heran dengan kepopuleran Ka'bah di Arab, dia merasa iri hati ketika melihat banyak orang yang berdatangan ke Arab mengunjungi Ka'bah yang merupakan bangunan yang dibuat oleh nabi Ibrahim AS dan Ismail AS.
Kemudian raja Abrahah yang beragama Nasrani membangun sebuah katedral bernama Al-Qullais yang ingin dijadikan sebagai pesaing dari Ka'bah. Pembangunan katedral itu dilakukan dengan sangat cermat dan megah, bahkan pintunya dilapisi dengan emas dan berbagai ornamen lain yang mengagumkan. Namun sayangnya bangunan itu masih kalah saing dengan ka'bah, dan bahkan ada salah seorang yang sengaja membuang hajat di dalamnya sebagai sebuah tindakan penghinaan.
Raja Abrahah geram dan memutuskan untuk mengerahkan seluruh pasukannya untuk menuju ke Mekah guna menghancurkan ka'bah. Esoknya mereka berangkat dengan pasukan gajah di depannya sebagai tameng utama, dan pasukan lainnya di belakang pasukan gajah itu.
Sebenarnya beberapa pasukan kecil di Arab mencoba melawan mereka namun karena pasukan raja Abrahah yang banyak dan kuat membuat mereka mudah ditaklukan. Penduduk Mekah yang dipimpin oleh kakek nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib, tidak melawan mereka karena mereka sadar bahwa pasukan raja sombong itu sangat banyak dan kuat.
Abdul Muthalib adalah seorang yang bijaksana, sebelumnya dia mendengar kabar bahwa pasukan raja Abrahah merampas banyak harta orang Arab, termasuk 200 unta miliknya. Dengan gagah berani, Abdul Muthalib mendatangi raja Abrahah dan pasukannya yang sedang beristirahat di sekitar Mekah, kemudian beliau mengutarakan keinginannya,
Raja Abrahah : Apa keperluanmu datang kemari?
Abdul Muthalib : Kembalikan 200 unta milikku yang telah dirampas oleh pasukanmu
Raja Abrahah : Mengapa kau lebih mengkhawatirkan untamu, padahal kami datang ke sini untuk menghancurkan Ka’bah? Mengapa kau tidak mengkhawatirkan Ka’bah itu saja?
Abdul Muthalib : Unta-unta yang kau rampas itu adalah miliku, sementara Ka’bah merupakan milik Allah. Maka, Allahlah yang akan melindunginya.
Kemudian raja Abrahah mengembalikan unta milik Abdul Muthalib, dia senang karena ternyata orang Arab tidak berani menghalanginya menghancurkan Ka'bah. Kemudian Abdul Muthalib memerintahkan orang di sekitar Mekah untuk berlindung di gua-gua di atas gunung dan mengosongkan Mekah.
Pada saat hendak melakukan penghancuran Ka'bah, tiba-tiba saja gajah-gajah tidak mau bergerak mendekati Ka'bah meskipun sudah dicambuk berkali-kali, hal ini tentu saja karena perintah Allah SWT. Saat itu pula datang rombongan burung ababil dari atas langit dengan jumlah yang sangat banyak seakan menutupi matahari yang bersinar pada siang itu, tanpa diduga ternyata burung-burung itu membawa batu sijjil (salah satu batu dari neraka yang amat panas) dan menjatuhkannya kepada tentara raja Abrahah. Kemudian pasukan itu hancur seperti daun yang dimakan ulat dan mereka kalah oleh kekuatan Allah SWT yang tak tertandingi siapapun.
Kisah raja Abrahah dan pasukan gajahnya yang dikalahkan oleh burung ababil dengan batu sijjil ini ada dalam Al-Qur'an surat Al-Fil. Kisah ini adalah salah satu kisah yang menunjukkan betapa Allah SWT melindungi ka'bah dari perusakan yang dilakukan oleh orang-orang kafir.
0 comments:
Post a Comment