Ketika Pakaian yang Ku Kenakan Di Pesta Jadi Bahan Olok-Olokan

Sore itu aku yang sedang merasakan kebingungan di kamar segera keluar lalu mendatangi ibu dan ayahku yang sedang nonton TV di ruang tengah, dengan wajah murung aku mengatakan apa yang ingin aku katakan kepada mereka,

Aku : Pak, Bu, aku gak ada baju yang bisa dipakai ke rumah teman, besok aku diundang ke pesta ulang tahunnya
Ibu : Loh, baju yang warna biru itu kan masih bisa dipakai?
Aku : Kekecilan bu, bagian lengan udah nyampe ketiak.
Ayah : Besok kalau dapat rejeki ayah belikan yang baru.
Ibu : Jangan janjiin gitu lah pak, kalau gak dapat rejeki gimana coba? Kasihan anak kita.
Ayah : Ya makanya kalian do'akan agar ayah dapat rejeki.

Aku masuk ke dalam kamar dan kembali mencari baju bekas yang mungkin masih layak untuk ku pakai ke pesta ulang tahun besok, namun semakin aku mencari malah semakin tidak ku temukan yang cocok. Oh iya, sebagai informasi saat itu aku masih SD dan kalian tahu berapa baju yang ku punya? Seragam SD, 1 baju yang dibeli waktu lebaran tahun lalu, dan 5 kaos yang sudah berlubang, sementara celana panjang tak ada satupun yang bisa ku pakai karena hampir semuanya sudah kekecilan dan ada pula yang sudah rusak.

Besok paginya aku masih saja bingung, belum ada baju yang bisa ku pakai ke pesta ulang tahun temanku, bahkan untuk hadiah yang akan ku bawa saja, itupun aku mengisinya dengan hiasan rumah yang masih terlihat bagus, ibu membungkusnya kembali sedemikian rupa agar patut untuk hadiah. Memang kala itu kami benar-benar tidak punya uang untuk membeli baju baru, apalagi untuk membeli hadiah ulang tahun, tapi yang namanya undangan, mau tidak mau harus dihadiri juga.

Akhirnya aku menyerah karena ayah belum pulang dan membawakan baju baru yang beliau janjikan kalau dapat rejeki, ah mungkin dagangannya sedang sepi hari ini. Aku mendatangi ibu lagi, aku meminta solusi kepadanya perihal baju yang bisa ku pakai ke pesta itu. Ibu adalah sosok yang tegar, beliau tak pernah menunjukkan kesedihan meski dalam hatinya pasti terluka melihat anaknya kesusahan.

Ibu kemudian menjahit celana yang sobek, menutupi bagian yang sobek, kaos bekas yang berlubang juga dijahit kembali. Aku masih ingat kala itu aku memakai sandal jepit yang sudah putus dan disambung lagi dengan kawat, celana panjang yang kekecilan dan bekas jahitannya masih kelihatan, kaos bekas dan baju yang kekecilan. Meski sangat tidak enak dipakai, ibuku tersenyum dan berkata kalau aku ganteng dengan pakaian itu (kalau saat ini, pasti aku sudah nangis mengingat perkataan ibu waktu itu).

Aku berangkat ke rumah temanku yang sedang mengadakan pesta ulang tahun, dan aku sepertinya datang terlambat ke sana, aku masuk saja dan menyalami temanku serta memberikan hadiahku kepadanya dan mengucapkan beberapa ucapan selamat serta do'a. Temanku menyambut dengan ramah kedatanganku, dia juga berterima kasih kepadaku karena sudah datang pada pestanya.

Setelah memberikan ucapan selamat ulang tahun, aku bergabung dengan teman-teman kelasku yang lain, kami menikmati hidangan yang disediakan oleh ibu temanku. Banyak sekali makanan enak yang ada di sana, mulai dari kue, permen, minuman segar, dan ada beberapa makanan yang aku tidak paham namun rasanya sangat enak.

Ternyata pakaianku sedari tadi diperhatikan oleh beberapa teman, yah bisa dibilang mereka adalah anak nakal yang ada di kelasku dan mereka memang suka menggangguku. Salah satu temanku menarik bajuku, dia berteriak dan mempermalukanku karena bajuku jelek dan bau apek, lalu ada pula yang tega menarik celanaku sehingga bekas jahitannya sobek kembali, mereka sangat senang melihatku malu dan mereka tertawa terbahak-bahak.

Aku tidak bisa menuliskan apa yang aku rasakan waktu itu, sungguh aku merasa malu dan terhina sekali karena perbuatan mereka. Aku menangis karena kejahilan teman-temanku, dan tanpa berpamitan aku segera pulang ke rumah tanpa mempedulikan mereka lagi, ini adalah salah satu kejadian paling memalukan dalam hidupku.

Sesampainya di rumah aku menangis di pangkuan ibuku, aku mengadukan apa yang terjadi padaku, dan entah kenapa kesedihanku segera hilang saat aku ada di dekat ibuku. Aku melihat raut wajah ibuku, beliau tidak menangis, wajahnya tetap ceria dan beliau memberikan beberapa nasehat kepadaku, tak lupa beliau juga memberikan beberapa candaan yang membuatku tenang.

Sampai saat ini kejadian buruk itu masih terngiang dalam ingatanku, dan entah kenapa akhirnya hal itu membuatku menjadi sosok yang sangat sederhana saat ini, aku tak biasa membeli pakaian mahal ataupun pakaian bagus, aku hanya ingin menunjukkan bahwa "inilah aku teman-teman, jangan lihat pakaianku, bertemanlah dengan aku, bukan pakaianku!".

Updated at: 2:09 AM

0 comments:

Post a Comment