Setelah sebelumnya aku menceritakan kisah perjodohanku dengan seorang pria pilihan orang tuaku, kini aku ingin menceritakan bagaimana aku menjalani pernikahan dengan seorang pria yang dijodohkan denganku. Mungkin sebagian dari kalian ada yang merasakan apa yang aku alami, namun kebanyakan malah gak kebayang sama sekali yah nikah dengan pria yang bukan pilihannya sendiri.
Malam kamis keluarga Aryo datang ke rumah, yah ini adalah acara lamaran yang akan berlangsung dan aku sangat deg-degan, masih tak percaya aku akan menikah dengan pria yang dijodohkan dan aku menerimanya. Jujur aku tak mengenal Aryo dengan baik karena kami jarang jalan berdua, kami berhubungan lewat HP juga hanya sebatas hubungan yang normal, tak pernah ada curhat yang menunjukkan jati diri kami.
Acara lamaran itu berlangsung dengan lancar, ah aku tak perlu menceritakan bagaimana detail acaranya karena kalian pastinya sudah mengetahui bagaimana acara lamaran. Dalam acara lamaran itu juga ditentukan langsung tanggal pernikahanku, dan aku semakin deg-degan saja karena bulan depan kami sudah harus menikah sesuai dengan keputusan bersama itu. Duh rasanya ingin menolak atau mengundurkan tanggalnya, tapi aku tak berani bicara di depan orang banyak, aku hanya bisa pasrah dengan keputusan mereka.
Sambil menunggu hari pernikahanku, keluarga mulai beberes rumah dan mempersiapkan segala kebutuhan untuk acara tersebut. Acara pernikahan rencananya akan dilangsungkan dengan sederhana saja karena masalah dana, "udah gak usah protes kami bukan orang kaya yang punya banyak harta untuk berpesta!".
Satu bulan rasanya hanya seminggu saja, tak terasa aku akhirnya dipinang oleh Aryo, seorang pria pilihan orang tuaku, anak dari sahabat ayahku, dan aku kini sudah sah menjadi istrinya Aryo dan harus mengabdi kepadanya. Tangis bahagia, tangis kecemasan, dan tangis kepasrahan menetes dari mataku, apakah aku sanggup menjalani pernikahan ini? Aku hanya pasrah kepada Tuhan, aku berserah diri kepada-Nya semoga ini adalah yang terbaik bagiku, bagi keluarga baruku, dan bagi keluarga besar kami semua.
Aku tak akan menjelaskan bagaimana malam pertama dengan pria yang dijodohkan ini, aku hanya akan menceritakan bagaimana aku menghadapi "akward moment" karena harus terbiasa dengan suamiku ini. Aku baru menikah dan kini baru mengenal lebih dalam sifat dan sikap suamiku, aku harus melayaninya dengan baik, yah itulah yang diajarkan oleh ibuku untuk menjadi seorang istri yang berbakti.
Setiap pagi aku harus terbiasa menyiapkan keperluan suamiku sebelum dia berangkat kerja, aku menyiapkan sarapan dan melayaninya di pagi hari. Di siang hari aku menunggu kepulangan suamiku dan menyiapkan kopi hitam, yah aku baru tahu kalau ternyata suamiku adalah penikmat kopi hitam dan aku harus bisa membuatkannya kopi sesuai dengan seleranya, sedikit gula saja.
Moment paling canggung adalah ketika malam tiba, aku tidur di samping seorang pria yang masih belum ku kenal dengan baik, hmm deg-degan dan kadang gemetar takut aku melakukan hal memalukan, jangan-jangan kalau aku tidur nanti aku ngorok atau bahkan ngiler, aku takut membuat malu. Ternyata suamiku memperhatikan kegelisahanku, tiba-tiba saja dia memelukku dan menghiburku agar aku lebih tenang,
Suami : kamu gak usah takut, gak usah bingung, aku gak bakal menuntut banyak darimu. Kita sudah jadi suami istri, jadi harus menerima keadaan pasangan, aku senang kamu mau melayaniku dan aku harap kamu gak usah canggung denganku (kemudian dia mengecup keningku)
Ketika dia mengecup keningku, rasanya dadaku sesak dan tubuhku menggigil, selimut yang ku pakai tak memberikan efek apapun karena ini adalah hal yang sangat menggetarkan. Aku bahkan tidak bisa menjawab apa yang dikatakan suamiku, mulutku seakan terkunci, hmm perasaan apa ini? Berada di pelukan suamiku, akhirnya aku tertidur pulas dan tahu-tahu aku dibangunkan karena sudah pagi, yah sejak saat itu aku mulai nyaman dan tak canggung lagi dengan suamiku itu. "eh udah napa tong, lu gak usah nungguin bocoran malam pertama!, ini privasi kami!".
Yah kini aku sudah menjadi seorang istri, sama seperti wanita lainnya, hanya saja aku menikah dengan seorang pria yang dijodohkan oleh orang tuaku, rasanya aneh sih tapi ya sebenarnya biasa saja dan gak menakutkan seperti kisah-kisah di tv yang lebai itu. Ada sisi baiknya juga, menjalin hubungan dengan orang yang sudah pasti direstui, dan tidak terjerumus dengan hubungan di luar nikah yang terkadang menghancurkan kita sendiri.
di jodohkan tdk ada slhnya karna itu juga jalan allah utk mempertemukan jodoh
ReplyDeleteI like your story
ReplyDelete